Quote:
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot, Senin (18/5) dibuka menguat 0,03% ke level Rp 14.855 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah terjadi di tengah anjloknya data penjualan retail AS pada April akibat pandemi corona.
Dengan data penurunan penjualan retail AS, indeks dolar AS pun merosot. Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS turun 0,1% ke level 100,31.
Selain rupiah, sebagian mata uang Asia menguat. Dolar Singapura naik 0,16% diikuti dolar Taiwan 0,02%, won Korea Selatan 0,01%, peso Filipina 0,06%, dan baht Thailand 0,05%.
(Baca: Rupiah Menguat 0,17% meski Neraca Dagang RI Defisit US$ 344 Juta)
Adapun, sebagian mata uang Asia lainnya juga ada melemah. Yen Jepang turun 0,05%, dolar Hong Kong 0,01%, rupee India 0,01%, yuan Tiongkok 0,03%, dan ringgit Malaysia 0,06%.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, penjualan retail AS pada April menurun selama dua bulan berturut-turut. "Ini sebagai akibat pandemi virus corona yang membuat warga AS tetap di rumah," ujarnya kepada Katadata.co.id, Senin (18/5).
Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan retail di Negeri Paman Sam terkontraksi hingga -16,4% pada April 2020. Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan Maret yang sebesar -6,2%. Penurunan retail di AS ini merupakan yang terbesar sejak 1992.
(Baca: Rupiah Melemah Tertekan Ramalan Gubernur The Fed soal Ekonomi AS)
Jatuhnya penjualan retail AS, di sisi lain turut menambah hilangnya 20,5 juta pekerjaan di bulan lalu. Jumlah masyarakat yang mengajukan tunjangan di AS pun meningkat menjadi 36,5 juta.
"Ini menggaris bawahi kemerosotan ekonomi yang semakin dalam," katanya.
Dengan adanya sentimen ini, dia menilai rupiah berpotensi menguat tipis hingga penutupan pasar di rentang Rp 14.800-14.950 per dolar AS.
Sumber
https://katadata.co.id/berita/2020/0...-data-ritel-as
Rupiah menguat