- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Mengapa Joe Biden Harus Takut pada Donald Trump?


TS
nichols15
Mengapa Joe Biden Harus Takut pada Donald Trump?

Trump telah menunjukkan ia adalah orang yang selamat secara politik. Biden harus berhati-hati.
Mantan Wakil Presiden Joe Biden dengan mudah mengungguli sebagian besar jajak pendapat atas Presiden Donald Trump. Masalahnya, banyak ganjalan yang patut ia khawatirkan, termasuk matinya para manula–basis konstituen terbesar–karena virus corona di Amerika.
Salah satu alasan lain kenapa Biden harus khawatir, yakni pengalaman sejarah, tulis The National Interest. Di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016 lalu, Hillary Clinton selalu unggul dalam jajak pendapat, tapi pada akhirnya harus menelan pil pahit kekalahan dari Trump. Ini jadi semacam langganan hal buruk yang terus diterima Demokrat. Dalam kasus Pilpres 2016, Clinton, pembawa standar partai itu, digulingkan oleh mantan mogul dan playboy real estat Manhattan yang mencuri uang makan siang dari Demokrat dengan membujuk pemilih kelas pekerja—kelompok terlupakan yang ia sanjung dalam pidatonya.
Itu bisa terjadi lagi. Untuk semua kesalahan, kelemahan, dan amarahnya, Trump telah menunjukkan konsistensi yang luar biasa selama masa kepresidenannya. Kemampuannya mempertahankan retorika metaforis cenderung membuat posisinya masih kuat. Ada dua contoh yang relevan, yakni kasus Michael Flynn dan pandemi corona.
Ketika Flynn awalnya dipaksa untuk mengundurkan diri setelah masa jabatan terpendek dalam sejarah sebagai penasihat keamanan nasional, Trump pada dasarnya memunggungi dirinya. Namun sejak saat itu, ia telah mengubah Flynn menjadi alasan populer untuk menggembleng basis konservatif dan menargetkan Barack Obama. Trump kemungkinan membuat kesalahan dengan tidak mengampuni Flynn. Sekarang Flynn diliputi oleh keresahan hukum ketika langkah-langkah Departemen Kehakiman mendapat pengawasan yang meningkat dari Hakim Emmett Sullivan
Trump mengindikasikan, ia mungkin belum memaafkan Flynn, tetapi pukulan balik akan lebih besar karena Departemen Kehakiman telah terlibat banyak dalam kasus tersebut. Di sisi lain, Trump dapat menikmati kesempatan untuk membuat pernyataan berani yang menarik bagi dirinya. Seperti sebelumnya, ia akan dengan gagah menentang elit DC dan membakar kepercayaannya sendiri kendati ia telah menjadi presiden selama hampir empat tahun.
Ia menandaskan niatnya untuk terus meningkatkan taruhan ketika banjir kritik terus mengalir padanya. Sebagai informasi, pada Senin di Gedung Putih, Trump menuduh Obama telah melakukan kejahatan terhadap dirinya dan menamakannya “Obamagate.” Namun, dia menolak untuk mengatakan apa sebenarnya makna kata itu.
Menurut Trump, “Kejahatan itu jelas bagi semua orang.” Seperti yang ditunjukkan oleh Susan Glasser di New Yorker, menyerang Obama telah menjadi tujuan Trump ketika ia menemukan dirinya dalam kesulitan politik.
“Sejak awal, kata-kata anti-Obama-nya telah ditunjukkan pada Hari Ibu lalu. Trump berkicau dan meritwit serangan terhadap mantan Presiden tiga puluh tiga kali, menurut perhitungan saya, dengan sekitar selusin twit merujuk pada`OBAMAGATE ‘yang samar-samar tetapi jahat. Pada Rabu, Trump meneruskan video ke pengikut Twitter-nya dari 2016 soal Obama yang menyebut Trump tidak akan pernah bisa menjadi Presiden. ‘Obama selalu salah! kata dia. Implikasi yang jelas adalah siapa pun yang menjabat sebagai wakil presiden Obama turut merasa terhina. Saat menyerang Biden sebagai penjahat yang licik, atau menyingkirkan Flynn, bagaimana pun, Trump benar-benar tak konsisten. Apakah ia menggambarkan Biden sebagai orang tua yang menghindar, seperti yang ia lakukan di masa lalu, atau sebagai penjahat keji. Namun, ia tidak bisa menjadi keduanya.”
Senada dengan percobaannya mengeksploitasi kasus Flynn demi keuntungannya, kini Trump berusaha untuk mendapatkan keuntungan politik dari corona. Saat mengadu ekonomi dengan kesehatan, Trump mengambil risiko. Dia sudah berjudi sejak awal, menganggap corona tidak akan pernah berarti banyak bagi Amerika. Pada saat yang sama, perekonomian sebagian besar masih tertutup. Taruhan baru Trump adalah ia dapat mengubah kesuraman ekonomi menjadi peluang.
Dalam analisis yang cerdik, Stephen Cllinson mengamati, “Perhitungan Trump untuk menolak ilmu pengetahuan dan mendorong percepatan pembukaan ekonomi di tengah corona, dapat membunuh lebih dari 85.000 orang Amerika.”
Di negara-negara di mana virus itu tidak menyebabkan korban tewas besar-besaran, itu bisa menghasilkan dampak lebih jauh. Namun, hantaman ekonomi ada di mana-mana bisa menimbulkan badai politik yang bisa menghukum Demokrat jika Trump memposisikan mereka sebagai musuh yang keras kepala untuk kembali bekerja.
Trump tetap menjadi kekuatan yang tidak dapat diprediksi sejak ia mulai mencalonkan diri sebagai presiden. Kepresidenan Trump dapat dihancurkan oleh pandemi jika terus mengamuk dan ekonomi tetap stagnan atau lebih buruk. Namun, Trump telah menunjukkan, dia adalah orang yang selamat secara politik. Biden harus berhati-hati.
Sumber
Gak ada yang nyangka Hillary Clinton bisa kalah di Pilpres AS 2016. Jadi wajar Biden harus takut.






reita96 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
579
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan