- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
Eksplorasi Destinasi Wisata Tersembunyi di Bali


TS
tyatutu
Eksplorasi Destinasi Wisata Tersembunyi di Bali
Saya memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal saya di Bali setelah liputan. Saya tinggal di rumah sahabat kuliah saya yang memelihara 2 ekor anjing yang selalu bikin saya degdegan setiap keluar rumah. Wkwkwk... ini adalah salah satu latihan mental yang membuat saya semakin strong menghadapi anjing-anjing yang katanya lucu ituh.
Malam itu, sehabis makan seporsi daging berukuran besar, saya dan dia sibuk utak atik kemana kita mau berpetualang. Setelah pertimbangan dan kerepotan sedemikian rupa maka dipilihlah Bedugul dan Ubud. Paginya seperti biasa teman saya selalu repot dengan kostum dan makeup sehingga jam keberangkatan kami molor. Dulu saya adalah orang yang strict dan gampang bete kalau ada orang telat janji atau menghadapi banyak kerepotan orang.
Tapi mungkin karena faktor banyaknya pengalaman yang tiap hari saya hadapi, saya merasa emosi saya jadi kian matang. Saya gak lagi lagi memusingkan dan marah jika seseorang telat atau melakukan hal yang gak saya suka. Apalagi untuk orang yang amat dekat dengan saya, pemakluman jadi hal yang tanpa disadari makin terpatri di hati.
OKE, baiklah yang patut dihargai di sini dan saya amat berterima kasih adalah kembalinya teman saya mengendarai motor setelah kecelakaan beberapa waktu lalu. Demi saya, dia kembali mau naik motor lagi meski sebenarnya masih ada pen di kakinya. Walau telah mengalami kecelakaan, dia tetap percaya diri mengendarai motor bahkan tak segan ngebut. Makanya kita bercanda-canda kalau dia benar-benar mirip Valentino Rossi.
Apalagi rumahnya di Canggu perlu waktu lama untuk menuju ke Bedugul. Sekitar 45 menit sampai sejaman lah. Karena kami belom sarapan maka kami melipir dulu di salah satu kedai dengan pemandangan bukit bedugul yang masih terselimuti kabut. Sungguh indah dan sejuk. Kami menikmati sarapan kami dengan khusyuk dan syahdu. Perjalanan pun dilanjutkan hingga sampailah ke tujuan kami yang pertama Golf and Resort Handara.

Lho mau main golf? Gak sih! Mau foto di bagian gapuranya aja wkwkw. Jadi banyak orang berfoto di gapura ini karena di bagian latarnya itu kayak "surga" dengan latar gunung Agung berkabut yang menimbulkan nuansa magis. Foto di depan gapura ini aja musti bayar lho wkwkwk. Ngakak sih dan bayarnya itu sekitar Rp 10/20 ribu saya lupa. Bukan cuma bayar, malahan ngantri. hmmmm...apa jangan-jangan banyakan orang yang datang buat foto daripada main golf.
Tapi yang namanya juga pintu masuk resort dan lapangan golf jadi banyak ada yang lalu lalang. Jadi kita harus sabar dan buru-buru karena sesi pemotretan juga dibatasi waktunya. Ampun dah! Di depan antrean saya ada gerombolan pemuda arab yang perlu diwaspadai adalah kegenitan mereka. Untung mereka ga norak sial siul tapi dengan baik hati mempersilakan kami berfoto. Ini yang bikin awkward dan pas temen saya berpose saya yang tugas foto malah gak nyaman. Jadilah hasilnya ga memuaskan klien saya alias temen saya itu wkwkw.
Trus dia bilang "kok tumben sih, biasanya hasil foto lu bagus," hmmm saya pun tak tahu mengapa. Bukan cuma hasil foto, gegayaan saya di tempat ini pun suram alias ga ada yang bagus2 banget. Akhirnya, saya yang sudah buntu itu berjalan-jalan ke sekeliling dan mulai memotret sana sini mencari sesuatu yang menarik hati. Sampai akhirnya berhenti di bunga matahari yang tumbuh liar di sekitar situ. Sesi pemotretan part 2 pun dimulai dan alhamdulillah dapat foto-foto yang memuaskan padahal cuma berbekal properti bunga matahari hehehe...
Dari Handara, kita meluncur ke Ubud yang ternyata perlu waktu sejam lagi. Saya sih ikut saja saran teman saya karena dia yang tahu lapangan dan ternyata jauh tapi dia rela mengebut lama begitu demi foto-foto cantik. Bahkan sempet-sempetnya melipir di SPBU buat ganti kostum sungguh totalitas tanpa batas wkwkw. Klo saya sendiri ribet garuk-garuk hasil dari ngemper-ngemper membuahkan ruam merah yang tak terdeteksi dari mana hahhaa.

Dari Bedugul ke Ubud kita mengandalkan google maps yang akhirnya dituntun ke jalan yang aneh-aneh bin ajaib termasuk melewati beberapa pepohonan keramat yang lumayan bikin deg-degan. Tapi akhirnya kita sampai juga di destinasi kedua, yaitu Pura Sarasvati. Kenapa temen saya ngebet banget ke sini ya karena pura ini (kelihatannya) di Instagram itu bagus tapi pas nyampe sana biasa aja.
Apalagi pura ini nyatu sama restoran gitu jadi berasa gak nyaman karena foto diliatin orang wkwkwk. Dan sesaat kita sampai hujan turun sebentar jadi kita makan dulu baru deh foto. Entah kenapa karena mungkin tenaga habis setelah perjalanan satu jam maka saya pun gak terlalu mood berfoto jadi yasudah sekedar saja. Cuma teman saya yang masih semangat. Keren emang dia wkwkw.

Tidak sebanding dengan waktu tempuh, kita cuma sekitar setengah jam saja di sana dan ribet sama helm yang takut ilang wkwkw. Jadi setelah ini kami pun pulang karena takut flight gak kekejar. Tapi cobaan datang lagi hujan turun dengan derasnya di tempat yang kami gak tahu dimana. Maka meski sebenarnya sudah kuyup kami pun berteduh sambil menggingil. Ini bagian yang lucu karena kami benar-benar menertawai apesnya kami sambil instasorian. Sungguh kalau sama dia semua terasa lucu meski kami sebenarnya lagi kena sial. Nah, mungkin ini namanya nikmat perjalanan dengan orang tersayang. Yang penting itu bukan destinasinya tapi perjalanannya.
Setelah sekitar setengah jam, hujan mulai mereda maka kami terabas lagi hujan. Saya niatnya langsung mau dari Canggu ke bandara tapi teman saya lagi-lagi bersikeras menuntun saya ke Pantai Berawa. Dia bilang dekat. Tapi etdah ga sampe-sampe, sampai saya terus-terusan tanya "ini masih jauh?" "Berapa lama lagi?" hahaha...tapi dia selalu jawab santai "sebentar lagi" "deket kok" asik amet yak.
Akhirnya sampai juga di Berawa, saya udah minta komitmennya untuk cuma di sini 15 menit karena flight saya cuma 2 jam lagi dan ini di Canggu yang ke Kuta harus 1 jam lagi. Tapi emang dasar temen saya, tetep saja mengharuskan foto keceh.
Akhirnya setelah dapat foto yang dia mau, barulah kita bergeser. Pantai di Berawa punya pasir yang hitam tapi ombaknya wes wes besar banget! Jadi biasanya yang ke sini untuk surfing dan jalan-jalan sambil bawa anjing. Itu sih yang bikin ngeri karena bayangan saya selalu bakal dikejar sama mereka. Tapi dasar temen saya, selalu bilang itu lucu. Bahkan sama anjingnya sendiri si coco, dia sebut dirinya mommy. Ampun dah.
Akhirnya saya tinggal ambil tas ke rumahnya tanpa mau masuk lagi ke dalam rumah. Apalagi kalau bukan gara-gara anjing 2 ekor miliknya yang ngeliat saya aja udah kek pengen makan. Akhirnya saya pun pergi ke bandara, pake gojek dengan harga Rp 50 ribu aja dari Canggu ke Kuta. Murah kan. Dan di Bandara Ngurah Rai, itu enaknya bisa masuk motor sama kayak Halim tinggal jalan ada sedikit kok. Videonya lihat di sini ya. Cerita lainnya di sini.


takum! memberi reputasi
1
1.3K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan