

TS
Indriaandrian
Perlon Unggahan Tradisi Menyambut Ramadhan Trah Bonokeling
Tradisi unik Banyumas

Ramadhan merupakan bulan yang istimewa buat umat islam, berbagai perayaan kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan penuh berkah ini.
Salah satu perayaan untuk menyambut ramadhan datang dari daerah Pekuncen, kecamatan Jatilawang, Banyumas. Perayaan ini bernama Perlon Unggahan.
Perlon Unggahan merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan sepekan sebelum bulan Ramadhan, biasanya dilakukan pada jumat terakhir sebelum Ramadhan. Sebenarnya ini merupakan tradisi berkunjung ke makam leluhur dengan di barengi acara selametan dan makan bersama. Leluhur yang dimaksud adalah kyai Bonokeling yang terletak di desa Pekuncen.
Mereka yang melaksanakan Perlon Unggahan merupakan pengikut Bonokeling yang biasa disebut anak-putu Bonokeling.
Pada pelaksanaannya pengikut Bonokeling dari berbagai daerah akan berjalan kaki puluhan kilometer menuju desa Pekuncen dengan membawa berbagai macam hasil bumi, ternak dan sayur-sayuran. Pada awalnya jalan kaki dilakukan tanpa alas kaki tapi seiring perkembangan jaman, sekarang sandal jepit sebagai alas kaki diperkenankan digunakan.
Para pengikut Bonokeling, keturunan trah Bonokeling dari luar kota akan khusus pulang untuk mengikuti seluruh prosesi tradisi ini. Bagi masyarakat luar/umum harus mendapat ijin dari tetua untuk dapat mengikuti perlon unggahan dengan menaati peraturan yang berlaku, misalnya bagi lelaki untuk memakai pakaian adat jawa dan ikat kepala, sementara kaum wanita memakai kain jarit ( kemben) dengan selendang berwarna putih.

Setibanya di Pekuncen para anak-putu bonokelingakan di sambut oleh tetua desa, sedangkan bawaannya akan diterima dan diolah untuk selamatan esok harinya.
Acara Perlon Unggahan biasanya dimulai pada sejak dinihari, dengan melantunkan tembang harapan pada Tuhan yang dipimpin oleh juru kuncen makam.

Menjelang siang diadakan makan besar yang dihadiri juga oleh warga sekitar. Berbagai macam hidangan tradisional disajikan.
Namun ada hidangan yang wajib ada dalam acara ini yaitu nasi bungkus, serundeng sapi dan sayur becek/ sayur yang berkuah.

Yang uniknya adalah untuk serundeng sapi dan nasi becek harus disajikan oleh 12 lelaki dewasa atau dapat disesuaikan dengan jumlah sapi yang disembelih sebagai korban.

Pada akhir ritual masyarakat akan berebut makanan seperti halnya berebut gunungan di Jogja. Umumnya pengikut Bonokeling percaya bahwa makanan yang tersedia tersebut mengandung keberkahan.
Demikian gansis sekilas tentang tradisi Perlon unggahan, terimakasih kunjungannya


Sumber :
mailo
wikipedia

Ramadhan merupakan bulan yang istimewa buat umat islam, berbagai perayaan kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan penuh berkah ini.
Salah satu perayaan untuk menyambut ramadhan datang dari daerah Pekuncen, kecamatan Jatilawang, Banyumas. Perayaan ini bernama Perlon Unggahan.
Perlon Unggahan merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan sepekan sebelum bulan Ramadhan, biasanya dilakukan pada jumat terakhir sebelum Ramadhan. Sebenarnya ini merupakan tradisi berkunjung ke makam leluhur dengan di barengi acara selametan dan makan bersama. Leluhur yang dimaksud adalah kyai Bonokeling yang terletak di desa Pekuncen.
Mereka yang melaksanakan Perlon Unggahan merupakan pengikut Bonokeling yang biasa disebut anak-putu Bonokeling.
Pada pelaksanaannya pengikut Bonokeling dari berbagai daerah akan berjalan kaki puluhan kilometer menuju desa Pekuncen dengan membawa berbagai macam hasil bumi, ternak dan sayur-sayuran. Pada awalnya jalan kaki dilakukan tanpa alas kaki tapi seiring perkembangan jaman, sekarang sandal jepit sebagai alas kaki diperkenankan digunakan.
Para pengikut Bonokeling, keturunan trah Bonokeling dari luar kota akan khusus pulang untuk mengikuti seluruh prosesi tradisi ini. Bagi masyarakat luar/umum harus mendapat ijin dari tetua untuk dapat mengikuti perlon unggahan dengan menaati peraturan yang berlaku, misalnya bagi lelaki untuk memakai pakaian adat jawa dan ikat kepala, sementara kaum wanita memakai kain jarit ( kemben) dengan selendang berwarna putih.

Setibanya di Pekuncen para anak-putu bonokelingakan di sambut oleh tetua desa, sedangkan bawaannya akan diterima dan diolah untuk selamatan esok harinya.
Acara Perlon Unggahan biasanya dimulai pada sejak dinihari, dengan melantunkan tembang harapan pada Tuhan yang dipimpin oleh juru kuncen makam.

Menjelang siang diadakan makan besar yang dihadiri juga oleh warga sekitar. Berbagai macam hidangan tradisional disajikan.
Namun ada hidangan yang wajib ada dalam acara ini yaitu nasi bungkus, serundeng sapi dan sayur becek/ sayur yang berkuah.

Yang uniknya adalah untuk serundeng sapi dan nasi becek harus disajikan oleh 12 lelaki dewasa atau dapat disesuaikan dengan jumlah sapi yang disembelih sebagai korban.

Pada akhir ritual masyarakat akan berebut makanan seperti halnya berebut gunungan di Jogja. Umumnya pengikut Bonokeling percaya bahwa makanan yang tersedia tersebut mengandung keberkahan.
Demikian gansis sekilas tentang tradisi Perlon unggahan, terimakasih kunjungannya


Sumber :
mailo
wikipedia
Diubah oleh Indriaandrian 15-05-2020 17:01






nona212 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
677
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan