- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Babak Baru Perang Dagang Mungkin Akan Mulai, Ini Sinyal Trump


TS
Lockdown666
Babak Baru Perang Dagang Mungkin Akan Mulai, Ini Sinyal Trump

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjanjian dagang fase I antara AS dan China sepertinya belum bisa mengindikasikan kalau perang dagang sudah berakhir. COVID-19 membuat Presiden AS Donald Trump mengeluarkan sejumlah kecaman dan ancaman ke China.
Kali ini, dalam serial Twitternya, Trump mengatakan kesepakatan perdagangan AS-China yang ia tandatangani pada Januari silam, tidak sebanding dengan kerusakan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Ia bahkan menyebut berurusan dengan China adalah hal yang mahal dilakukan.
"Kami baru saja membuat Kesepakatan Perdagangan yang hebat, tinta (perjanjian) hampir kering, dan dunia (kini) dilanda wabah dari Cina. 100 Penawaran Dagang tidak akan membuat perbedaan - dan semua nyawa tak berdosa hilang!," katanya dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
[Gambas:Twitter]
Meski tidak detil apa yang dimaksud Trump, mantan pengusaha ini dan administrasinya tampaknya memang tak main-main dengan upaya "menjatuhkan" China. Mulai dari investasi, tudingan pencurian vaksin dan juga status quo perang dagang.
Padahal pekan lalu China membebaskan tarif 79 barang AS.
Menghentikan investasi ke perusahaan China
Awal pekan ini, Trump dan Menteri Ketenagakerjaan AS Eugene Scalia meminta badan dana pensiun, Federal Retirement Thrift Investment Board (FRTIB), untuk menghentikan rencana investasi di perusahaan-perusahaan China. Alasannya, ini berisiko menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional AS.
Pejabat Trump bahkan memberi peringatan soal sanksi yang mungkin diberikan AS kepada perusahaan China terutama terkait penyebaran COVID-19 global. Ini pun membuat FRTIB menunda rencana investasi hingga US$ 4,5 miliar ke dalam ekuitas China.
Tudingan peretasan
Tekanan lain yang dilakukan AS pada China adalah tuduhan peretasan. FBI bersama Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) mengatakan sedang menyelidiki upaya peretasan cyber ke penelitian-penelitian terkait COVID-19 di negeri itu.
Dalam pernyataan, aktor cyber yang dirujuk AS, berafiliasi dengan China. "Potensi pencurian informasi ini membahayakan pengiriman opsi perawatan yang aman, efektif, dan efisien," kata FBI.
Sanksi ke China
Senat AS yang berafiliasi dengan Trump di Partai Republik kini menginisiasi legitimasi untuk memberi sanksi ke China. Sanksi itu mulai dari pembekuan aset, larangan perjalanan dan pencabutan visa, larangan investasi ke perusahaan China dan larangan listing perusahaan China di bursa Wall Street.
Semua terjadi karena COVID-19. China akan diselidiki terkait merebaknya wabah tersebut.
Jika disahkan, aturan ini akan meminta Presiden AS untuk membuat 'sertifikasi' selama 60 hari, yang ditujukan kepada parlemen AS. Sertifikasi itu berisi jawaban penyelidikan soal data yang diberikan China.
Penyelidikan akan dilakukan AS dan negara sekutu. Termasuk organisasi PBB yang terkait misalnya WHO.
Jika disetujui, UU ini juga akan menekan China untuk menutup semua pasar tradisional basah yang bisa membuat manusia terpapar penyakit. China juga diminta membebaskan semua pendukung pro-demokrasi Hong Kong yang ditahan. Ini dilakukan sebagai upaya menekan laju penyebaran pandemi.
sumur
https://www.cnbcindonesia.com/market...i-sinyal-trump
hahaiyaa cilakaa luewaa welass waa








nona212 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
592
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan