- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[COC Ramadhan 2020} Kenapa Mendengar Al Hikam bisa Menunda Rasa Bosan dan Kecemasan?


TS
telah.ditipu
[COC Ramadhan 2020} Kenapa Mendengar Al Hikam bisa Menunda Rasa Bosan dan Kecemasan?

Sumber: https://cdn.pixabay.com/photo/2018/1...748312_640.jpg
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Halo agan dan sista kaskuser di seluruh jagat maya, bagaimana kabar ente semua hari ini? Bagi yang menjalankan ibadah puasa, masih terus lanjut dong ya. Perjuangan tinggal beberapa hari lagi, jadi sayang kalau mandeg di tengah jalan. Jadi tetap semangat puasanya.
Ngomongin soal puasa ramadhan, banyak orang bilang kalau puasa di tahun ini berbeda dengan puasa tahun - tahun kemarin. Ada yang bilang beda karena dulu bisa bukber, sekarang sudah enggak bisa lagi. Ada yang berkata beda karena dulu tarawih masih rapat barisan shaf-nya, tapi sekarang kayak ada sedikit jarak yang bikin renggang.
Terus yang terakhir ane dengar, dulu kalau bulan puasa hampir berakhir banyak yang mudik ke kampung, tapi sekarang sudah enggak bisa kemana - mana. Intinya puasa tahun ini banyak banget bedanya.
Perbedaan tersebut sebenarnya enggak begitu berpengaruh banget sih sama puasa yang ane jalankan. Soalnya ane sekarang tidak berada di luar kota, jadi ane enggak harus mudik. Di puasa tahun - tahun kemarin, kegiatan buka bersama dengan teman - teman sekolah, teman - teman kuliah dan teman - teman nongkrong juga sudah agak berkurang karena lebih sering berbuka bersama keluarga di rumah.

Sumber: https://i2.wp.com/blog.passpod.com/w...20%2C381&ssl=1
Mungkin yang paling ane rasakan perbedaannya itu waktu tarawih. Soalnya di tempat tinggal ane masih ada masjid yang melaksanakan ibadah sholat tarawih berjamaah, tapi dikasih jarak antara jamaahnya. Jadi kalau dulu pas sholat sebelah kanan kiri diapit sama jamaah lain, sedangkan sekarang kayak terasa renggang begitu. Rasanya agak beda aja sih.
Selain itu, mungkin masih sama dengan ramadhan tahun - tahun kemarin. Diawali dengan sahur di tengah malam, istirahat, belanja, masak dan bersih - bersih sudah jadi rutinitas selama bulan ramadhan tahun ini.
Sesekali ane tanya kabar saudara - saudara dan teman - teman yang sudah lama tidak bertemu, entah lewat media hape atau pergi ke rumahnya kalau memungkinkan. Intinya kegiatan di bulan ramadhan kali ini tidak jauh berbeda dengan yang kemarin - kemarin.
Walau begitu, ane enggak memungkiri kalau ane lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Biar ane enggak keseringan merasa jenuh dan bosan, ane berusaha untuk tetap melakoni aktivitas di sekitar rumah.

Sumber: https://i1.pickpik.com/photos/401/15...pa-preview.jpg
Mulailah ane bongkar - bongkar lemari dan gudang, membuka buku - buku lama yang sudah jarang ane baca, menata file - file yang berserakan di laptop, dan melihat foto - foto zaman ane masih kecil sampai sekarang. Dan hasilnya, walau memang tidak bisa menghilangkan kejenuhan seutuhnya, tapi bernostalgia dengan berbagai kenangan di atas bisa jadi semacam pengalihan yang cukup mengasyikkan.
Tentu saja, hal - hal di atas ane lakukan setelah ane melakukan aktivitas mainstream selama di rumah saja kayak nonton film, main game, dan video call sama kerabat dan sahabat.
Sisanya, ane pakai waktu luang yang ada untuk belajar menenangkan diri, instrospeksi diri dan meninjau kembali apa saja yang ane alami selama setahun belakangan. Biasanya ane butuh bantuan kertas dan pulpen buat corat - coret dan menulis jurnal, soalnya dengan kertas dan pulpen akan membuat ane lebih fokus menulis tanpa takut terganggu notifikasi yang ada di hape. Jadi bisa lebih nyaman aja sih pas menulisnya.

Sumber: https://pixnio.com/free-images/2017/...0-1000x667.jpg
Tapi kalau mau diingat - ingat lagi, sebenarnya ada sih kegiatan yang sering ane lakukan saat menanti buka puasa tiba. Kegiatan tersebut adalah mendengarkan audio pengajian Al Hikam. Ada banyak audio tersebut di berbagai tautan, tapi ane biasanya mendengarkan lewat youtube.
Saat mendengar al hikam, memang tidak selalu tapi seringkali pikiran yang terlalu banyak jadi dikupas sedikit demi sedikit. Jadi setelah itu pikiran – pikiran seperti takut pandemi, cemas akan hari besok, menyesali kejadian di masa lalu itu bisa rontok secuil demi secuil. Pada akhirnya, pikiran jadi enggak begitu sumpek lagi.
Kenapa bisa begitu? Kalau menurut ane, mungkin beberapa alasan di bawah ini yang menyebabkannya demikian.
Disampaikan dengan Lebih Lembut
Pengajian ini sebenarnya enggak jauh berbeda dengan pengajian yang ane dengar saat jumatan atau tarawih. Keduanya sama - sama mengingatkan orang lain untuk sering beribadah dan berbuat kebaikan. Hanya saja kalau di al hikam mungkin penjelasannya agak "lebih dalam", tidak sekadar menjelaskan sesuatu di atas permukaan saja.

Sumber: https://c0.wallpaperflare.com/previe...-beautiful.jpg
Contohnya adalah, di pengajian umum sering ane dengar kalau sedang ditimpa musibah sebaiknya kita sabar. Tapi kalau di pengajian al hikam, anjuran untuk sabar memang ada, cuma penyampaiannya disampaikan dengan pengertian yang "lebih lembut." Dalam hal ini, sabar berarti menerima enak dan tidak enaknya hidup di dunia.
Dengan penjelasan yang lebih lembut itu, bisa melunakkan isi kepala – isi kepala yang terlalu keras seperti ane sendiri.
Dijelaskan dari Sudut Pandang Lain
Al hikam juga kaya akan sudut pandang. Jadi walau inti ceritanya sama tapi bisa menyentuh lebih banyak orang, mengingat setiap orang kadang perlu sudut pandang lain dalam memahami sesuatu.
Di salah satu pengajian al hikam dijelaskan, sebenarnya yang disebut musibah itu juga bentuk pemberian Tuhan kepada makhluknya. Seperti sekarang, pandemi yang mengganggu kehidupan banyak orang itu juga pemberian Tuhan.

Sumber: https://c0.wallpaperflare.com/previe...ridge-city.jpg
Kenapa bencana virus itu bisa disebut sebagai salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepada manusia? Pertama, dengan adanya pandemi bisa mengingatkan orang agar tidak hidup dengan seenaknya sendiri. Kedua, pandemi bisa mencegah orang untuk berbuat kerusakan bagi alam.
Ketiga, pandemi bisa merenggut nyawa orang yang kita sayangi, sehingga ke depannya kita lebih bisa bersyukur dengan apa yang ada. Intinya bencana bisa dilihat sebagai sesuatu yang membawa kebaikan, dan al hikam bisa menjelaskannya dari sudut pandang yang berbeda dari pengajian pada umumnya.
Menawarkan Harapan bagi Jiwa Kerdil
Ane juga pernah dengar, masih dari al hikam, kalau seseorang sekarang merasa sedih atau susah maka orang itu akan mendapat sesuatu yang akan menyenangkan hatinya. Kenapa bisa begitu? Karena kesusahan yang dia alami sekarang adalah pancingan, sebelum kejutan berupa kesenangan itu diberikan.
Jadi yang awalnya dia menderita sampai ampun - ampun menyerah kepada putaran nasib, kini dia bisa merasakan kasih sayang yang membuatnya merasa lega dan lapang. Andai tidak merasa susah dulu, maka apa yang dia dapat setelah itu tidak memberikan kepuasan baginya.

Sumber: https://cdn.pixabay.com/photo/2018/1...748312_640.jpg
Begitulah, mendengarkan al hikam bisa membuat ane tidak melulu memperhatikan pandemi dari sudut pandang berbahaya, merusak dan bikin takut saja; tapi juga menggesernya jadi semacam "DP" buat anugerah yang akan kita terima sebentar lagi.
Jadi banyak penjelasan dan cerita dari al hikam yang membuat ane merasa "Oh iya, benar juga ya". Jadi setelah mendengarnya, hati dan pikiran yang kusut bisa diurai sedikit - sedikit sehingga tidak terlalu ruwet dan mbulet dalam menjalani hidup.
Mungkin begitu sih dampak bagusnya yang bisa ane petik.
Kegiatan yang cuma duduk, diam dan mendengarkan cerita yang telah disampaikan jutaan kali tapi mampu mempersingkat waktu tunggu berbuka tiba. Kegiatan yang bikin telinga ane mendengar yang itu - itu lagi, tapi bisa memudarkan rasa takut dan cemas akan hari esok dan bayang – bayang masa lalu yang pahit. Jadi mungkin ane akan melakukannya lagi mumpung bulan ramadhan masih ada beberapa hari.
Thanks for reading gan sis, tetap semangat puasanya dan wassalam.
SS Cendol:

Diubah oleh telah.ditipu 12-05-2020 01:07






kartikanurazmi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
767
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan