Kaskus

Entertainment

riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Panik Bila Belum Ada Menu Berbagai
Hai GanSis! Saya sedikit kesusahan menemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkan kondisi saat saya atau mungkin GanSis juga pernah mengalami saat puasa dikala kanak-kanak. Masa kecil saya ya sekitar tahun 2000-an lah, tepatnya presiden-nya sudah Pak SBY.

Quote:

Rasanya itu marah, panik, gusar, gelisah atau apalah, ketika kondisi atau perasaan saat menjelang berbuka puasa, namun menu berbuka belum tersedia. Ada rasa kurang ikhlas jika puasa Ramadan dirayakan kurang meriah.

Quote:


Masa kecil kalian saat berpuasa ada yang kayak gitu gak GanSis? Kalau iya akui saja.

Meskipun rasanya jahat banget ya. Tanpa mau tahu kondisi ekonomi orang tua, anak-anak tahunya minta menu berbuka puasa macam-macam. Begitupun saya yakin, para orang tua selalu berusaha menyajikan menu berbuka puasa terbaik pada anak-anaknya. Sekalipun uang dikantong tinggal beberapa.

*hiks jadi sedih*

Tapi ini fakta yang saya alami. Namanya masih anak kecil ya, maklum. Momen Ramadan itu selalu disikapi dengan suka cita dan kegembiraan. Meskipun kerab ditafsirkan pada sesuatu yang berbau duniawi.

Makanan, minuman, uang thr, kembang api, baju baru, jalan-jalan, mainan dan sebagainya. Meskipun selalu bertolak belakang dengan isi kantong. Tapi kabar baiknya, anak-anak tidak memikirkan itu semua. Hahaha..

Pernah sesekali, mungkin beberapa kali saya saat masih kecil di bulan puasa. Ketika melihat menu berbuka tidak sesuai ekspektasi. Diam-diam saya cari menu berbuka sendiri. Meski awalnya protes dulu, tapi tidak menuntut lebih. Ya, cari sendiri.

Kadang beli sendiri, tapi juga minta tetangga. Bahkan metik buah dipohon, entah pohon siapa. Hadeh, memalukan. Namanya anak-anak.

Kalau boleh saya gambarkan, saat itu memang saya sedang dalam pengaruh godaan setan yang terkutuk. Sebenarnya persoalannya sepele. Menu berbuka sekedarnya juga gak apa, tetap bisa mengenyangkan. Tapi nafsu mengacaukan logika.

Karena saat berbuka, sering menu-menu berbuka tadi tidak dimakan semua. Ngapain coba nimbun menu berbuka, tapi gak dimakan. Mubazir. Kalau GanSis pernah lihat episode Upin & Ipin yang borong menu berbuka puasa dari pasar. Kurang lebih masa kecil saya begitu juga saat berpuasa di bulan Ramadan. Barangkali juga banyak anak-anak lain berbuat sesuatu yang sama demikian.

Panik Bila Belum Ada Menu Berbagai

Seingat saya, sifat-sifat demikian hanya berlangsung beberapa tahun. Artinya tidak seterusnya seperti itu. Lama-lama juga sadar. Seiring bertambah usia, jadi sadar sendiri. Alias kalau makin gede, kita jadi berbalik berpikir dari diberi thr menjadi memberi thr.

Bersukurnya orang tua saya tidak mengajarkan berpuasa berdasarkan dari "hadiah dan penghargaan".Mungkin di kasus lain, metode memberikan hadiah saat seorang anak menunaikan ibadah puasa bisa berhasil. Saya juga gak bilang metode ini gak baik kok.

Tapi saya anggap berpuasa Ramadan saat masih kecil yang penuh hingar bingar, sebagai kenangan dan pembelajaran. Memang dimana-mana, khususnya di Indonesia. Momen Ramadan dan Lebaran memang sangat disenangi anak-anak. Ringkasnya, bagi anak-anak biasa seperti saya ini. Kapan lagi satu bulan dalam setahun bisa memiliki hari libur lebih banyak, uang saku lebih, baju baru dan sebagainya. Maka di momen itu selalu dinantikan.



Ya kita anggap ini sebagai nostalgia. Betapa polosnya masa kecil kita menyikapi ibadah puasa. Meski kesannya hanya mementingkan duniawi. Selama sifat ini gak kebawa hingga dewasa, saya pikir gak masalah. Asal terus dibimbing.

Hingga kita sadari, kemeriahan hari kemenangan ini terletak pada keceriaan anak-anak. Yang saya pikirkan saat anak-anak memang begitu, jika Ramadan dan Idul Fitri "haram" hukumnya bila bila dirayakan begitu-begitu saja. Maunya harus beda dari hari-hari biasanya. Sayangnya itu gak diterapkan pada ibadahnya sendiri.

Barangkali ini bisa kita jadikan pelajaran. Saya tidak begitu menyesali masa kecil saya begitu saat puasa. Mungkin memang terpengaruh teman dan lingkungan. Justru saya sangat menyesali hidup, jika sudah dewasa sifat masih demikian.

Apalagi dimasa Pandemi Covid-19 seperti sekarang. Rasanya gak ada ruang lagi untuk bermegah-megah dalam berbuka puasa. Justru saat berpuasa seperti ini, dimana makan menjadi 2 kali sehari seharusnya dijadikan buat berhemat. Meskipun teori demikian susah untuk diwujudkan setiap tahunnya.

Rianda Prayoga
Binjai, 9 Mei 2020


Spoiler for Kaskus Cendol:
Diubah oleh riandyoga 09-05-2020 06:44
uzanzdAvatar border
infinitesoulAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
714
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan