Kaskus

Entertainment

First.CrownAvatar border
TS
First.Crown
Virus Corona: Pandemik Yang Membongkar Busuknya Kapitalisme
Ok, Ditulisan kali ini ane akan mengeshare beberapa thread tentang hubungan ekonomi dan pandemi covid-19

Semoga bermanfaat untuk kita semua, selamat membaca.

Ditulis oleh Lady Andres, anggota Lingkar Studi Sosialis dan Dipo Negoro, kader Perserikatan Sosialis.


Corona, telah ditetapkan sebagai pandemik pada Maret 2020 oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Corona, atau yang disebut (Corona Virus Disease) COVID-19 merupakan singkatan dari kata ‘corona’, ‘virus’, dan ‘disease’. Angka 19 yang ada di belakangnya mewakili tahun 2019 saat virus itu pertama kali diidentifikasi. Covid-19 diketahui dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan/ percikan cairan dari batuk atau bersin penderitanya. Virus ini mengakses sel inang melalui enzim pengonversi angiotensin 2 (ACE2). ACE2 ditemukan di berbagai organ tubuh, tetapi paling banyak terdapat di sel-sel alveolar tipe II paru-paru. Corona menyebabkan sindrom pernafasan akut yang parah. Orang yang tertular biasanya mengalami gejala ringan dan berat, diantaranya demam, batuk kering, kelelahan, dan sesak napas. Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin. Sedangkan beberapa dapat berkembang menjadi pneumonia dan kegagalan multi-organ yang mengakibatkan penderita meninggal.

Setiap harinya jumlah korban yang terinfeksi maupun meninggal diberbagai negara terus meningkat. Jumlah korban virus ini telah dikonfirmasi, yaitu sebanyak 113.582 infeksi dengan 3.996 kematian yang terjadi. Sementara, jumlah pasien sembuh telah mencapai 62.512 atau sekitar 55,04 persen dari seluruh jumlah kasus yang dikonfirmasi (10/3). Adapun lima negara dengan jumlah kasus terbanyak sejauh ini adalah Italia, Tiongkok, Korea Selatan, Iran, dan Perancis. Di Indonesia, pada Minggu (15/3) mengumumkan 117 kasus. Virus ini telah ke 152 negara seperti Tiongkok, Indonesia, Australia, Belgia, Kamboja, Kanada, Finlandia, Prancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Malaysia, Nepal, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, AS, dan Vietnam. 

Ancaman virus Corona ini digunakan oleh kelas borjuis untuk memperkuat pengaruhnya lewat ide-ide reaksioner, mistis, anti-keilmiahan serta rasis. Trump mengatakan Corona adalah “hoax” yang digunakan oleh lawan politik untuk menyerangnya. Menurutnya, orang dapat sembuh dengan duduk-duduk dan bahkan berangkat kerja. Trump kemudian mendeklarasikan Hari Berdoa Nasional setelah deklarasi darurat nasional pada 15 Maret.

Wakil Presiden, Ma’aruf Amin, menyebutkan perlunya sertifikasi bebas Corona. Ini tentu saja ide yang sangat bagus (sic), mengingat besarnya dana yang didapatkan MUI dari sertifikasi halal. Dana yang tidak jelas transparansi dan pengelolaannya. Cara lain untuk mengatasi Corona adalah peran besar ulama yang membaca doa qunut. Ditambahkan dengan meminum susu kuda liar maka Corona akan hilang, menurutnya setelah mendapatkan “bisikan” dari Gubernur NTB, Zulkieflimansyah. MUI tentunya tidak mau ketinggalan, wudu, perbanyak doa ditambah baca qunut adalah resep MUI. Sementara itu Ustad Abdul Somad mengatakan bahwa virus Corona adalah “tentra Allah” yang datang untuk menolong Muslim Uighur. Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menggaungkan gerakan memakmurkan masjid dan salat berjemaah di tengah pandemik Corona.

Kumpulan-kumpulan massa untuk yang tidak berguna untuk rakyat dan mengembangkan mistisisme serta anti-keilmiahan sepeti Tabligh Ijtima Dunia 2020 di Gowa yang melibatkan ribuan orang dibiarkan. Sementara dengan dalih Corona, aksi buruh AICE diminta untuk bubar juga aksi solidaritas bagi-bagi masker dan handsanitiser di Jakata.

Demikian juga rasisme yang dialami oleh orang Tiongkok di luar negari, bahkan orang Asian juga turut menjadi korban sentiment rasis. Virus Corona dijuluki dengan Virus Tiongkok. Terdapat toko-toko serta restoran yang membuat tanda bahwa orang Tiongkok tidak boleh masuk. Jonathan Mok seorang mahasiswa asal Singapura yang menjadi korban perundungan (bully) yang dikaitkan dengan penyebaran virus corona di London, Di pusat perbelanjaan di London Mereka memukuli Mok di tengah meningkatnya ketakutan terhadap orang asing (xenophobia) di Inggris dan seluruh dunia. 

Ekonomi dunia kemudian bergejolak karena serangan virus ini, yang sebelumnya terjadi perang dagang yang sengit antara Tiongkok dan Amerika. Kapitalisme global sedang menatap kehancuran pasar saham yang membuat Trump sangat kesal, karena kerugian triliunan Dolar AS dalam lima hari terakhir. Banyak bursa telah melihat semua keuntungan mereka pada tahun 2020 musnah. Situasi ekonomi riil berpotensi jauh lebih buruk. Pariwisata adalah faktor utama dalam PDB global – sudah maskapai dunia memproyeksikan kerugian sebesar $ 30 miliar tahun ini dan akan terus berlanjut.

Pada kenyataannya, gangguan terhadap perdagangan global yang terjadi menempatkan jutaan pekerjaan dalam bahaya, tidak hanya di AS, tetapi di seluruh dunia. Seperti yang dikatakan Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell: “Ekonomi Tiongkok sangat penting dalam ekonomi global sekarang, dan ketika ekonomi Tiongkok melambat, kami merasakannya.” Ekonomi Tiongkok berada di urutan kedua setelah AS, dengan produk domestik bruto hampir $ 14,55 triliun pada 2019, yang merupakan 16,38 persen dari ekonomi global. Ekspor global Tiongkok bernilai $ 2,5 triliun pada tahun 2018, menurut Bank Dunia. 

Michael Robert dalam It Was The Virus That Did It mengatakan pandemik Corona akan mengguncang ekonomi global lebih buruk dari yang sebelumnya pernah terjadi. Namun resesi yang akan terjadi bukanlah disebabkan oleh Corona, melainkan gerak kapitalisme itu sendiri. Pandemik Corona menjadi palu yang membongkar kebusukan kapitalisme.

Bahkan sebelum pandemik ini, ekonomi kapitalis utama di negara maju ataupun berkembang telah melambat hingga berhenti. Beberapa mengalami kontraksi di output nasional dan investasi dan banyak yang berada di tepi jurang. Selain itu profitabilitas kapital rendah dan keuntungan global paling baik dalam kondisi statis. Perdagangan dan investasi global dalam kondisi menurun bukan meningkat. Harga minyak dunia menurun bukan meningkat dan imbas pandemik pertama kali terjadi di rantai suplai bukan di pasar finansial yang tidak stabil. Pandemik ini mengakibatkan gangguan pada produksi, perdagangan dan investasi yang kemudian mengakibatkan pendapatan menurun dan daya beli runtuh. Kita akan melihat resesi besar dalam waktu-waktu kedepan.

Beberapa negara seperti Inggris Raya dan Swedia menggunakan pendekatan kekebalan komunitas/ herd immunity yang berbeda dengan membiarkan virus menentukan nasib jutaan orang dengan harapan mereka yang terjangkiti virus akan mendapatkan kekebalan. Penasehat ilmiah utama Inggris Raya, Sir Patrick Vallance, mengatakan sekitar 40 juta orang di Inggris harus terjangkiti Corona untuk mendapatkan kekebalan komunitas dan mencegah kembalinya penyakit tersebut di masa depan. Mereka percaya bahwa orang-orang yang sudah terlalu tua atau sakit akan mati karena Corona sehingga tidak ada gunanya menghabiskan sumber daya nasional merawat mereka. Demikian pula maka lockdown tidak ada gunanya karena akan mengganggu ekonomi (dan keuntungan) serta toh mereka akan mati juga. Sementara AS tidak memiliki pendekatan apapun, hanya menunggu hingga orang-orang menjadi sakit dan kemudian diurus kasus-kasus yang parah. Ini bisa dikatakan pendekatan Malthusian, ekonomi klasik paling reaksioner pada awal abad 19. Pandangannya adalah terlalu banyak orang-orang “tidak produktif” di dunia ini jadi pandemik ataupun bencana reguler dibutuhkan untuk menyingkirkan mereka dan membuat ekonomi semakin produktif.

Alasan kenapa pemerintah AS dan Inggris Raya belum mengambil langkah-langkah tegas karena itu akan melemahkan ekonomi. Menerapkan lockdown serta social distancing membutuhkan penutupan sekolah, universitas dan produksi non-esensial serta meminta mayoritas rakyat pekerja untuk tinggal di rumah. Ini akan mengganggu produktivitas dan pada analisa terakhir kebijakan kesehatan publik terbaik akan mengakibatkan ekonomi berhenti dan produksi serta perdagangan berhenti. Diperkirakan lockdown selama satu bulan akan menurunkan 50 persen aktivitas ekonomi dan 25 persen untuk bulan berikutnya. Dalam situasi resesi beberapa tahun lalu, ekonomi AS kehilangan 800 ribu pekerjaan perbulan dan angka pengangguran sekitar 10 persen. Corona bisa menciptakan situasi dimana dalam waktu singkat, 50 persen atau lebih rakyat pekerja tidak akan bekerja.

Dalam upaya menangani pandemik Corona, Tiongkok melibatkan lebih dari 20 ribu buruh medis dari seluruh Tiongkok, membangun rumah sakit khusus dalam hitungan hari. Jaminan listrik bagi seluruh penduduk Hubei yang dikarantina. Demikian juga dengan pasokan bahan utama seperti gandum, daging dan telur. Aplikasi smartphone dikembangkan dan diurus oleh 2 ribu dokter yang memberikan konsultasi online gratis mengenai pandemik Corona.

Sementara itu di Vietnam setelah menemukan 6 kasus, segera menyatakan keadaan darurat. Sekitar 10 ribu penduduk Son Loi mengalami lockdown selama 20 hari. Petunjuk-petunjuk di buat di bebagai tempat publik mengingatkan untuk mencuci tangan dan langkah pencegahan lainnya. Pemerintah mengingkatkan uji coba di laboratorium, memastikan pencegahan serta kontrol infeksi dan manajemen kasus di fasilitas kesehatan, serta kerjasama berbagai sektor dijalankan. Pemerintah juga mengeluarkan pernyataan detail dan transparan mengenai gejala serta membantu orang tua yang anaknya menjadi korban. Paling penting dalam penangannya adalah sistem kesehatan Vietnam gratis.

Korea Selatan menjalankan tes massal gratis dan penggunaan teknologi. Dalam sehari 15 ribu tes bisa dilakukan dan total jumlah tes mencapai 200 ribu. Dengan begitu maka pasien dapat segera diidentifikasi dan efek berbahaya bisa dicegah. Sementara itu Spanyol mengambilalih jasa kesehatan swasta dan fasilitas mereka. Mahasiswa kedokteran tingkat keempat juga dimobilisasi.

Kuba menyatakan bahwa molekul Interferon Alpha 2B telah berhasil digunakan untuk memerangi pandemik Corona di Tiongkok dan lain sebagainya. Interferon telah dibuat Kuba selama 40 tahun dan berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi orang yang terinfeksi virus. Kuba juga sudah menyatakan akan memproduksi massal Interferon dan siap terlibat dalam solidaritas dengan negara-negara lain.

Solidaritas itu juga sudah ditunjukan Kuba dengan bersedia menerima kapal pesiar Inggris, MS Braemer. Sementara AS menolak permintaan pertolongan dari diplomat Inggris. Kapal dengan total 600 penumpang tersebut terkonfirmasi 5 kasus Corona dan 52 orang memiliki gejala Corona.

Menurut Oxam, meningkatkan, sedikit saja, pajak untuk 1 persen orang paling kaya di dunia akan cukup untuk mendanai 117 juta pekerjaan di sektor kesehatan.

Pandemik Corona ini, bahkan bencana sekalipun, tidaklah menunjukan bahwa “uang tidak bisa dimakan”. Bencana justru menjadi ladang akumulasi modal bagi kelas borjuis. Mereka yang berkuasa dan kaya raya dapat meminimalisir segala resiko dan membebankan semuanya ke pundak kelas buruh dan rakyat pekerja.

Penasehat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mendorong investor untuk berebut keuntungan dari pasar saham yang tergoncang. Jurnalis Konservatif Inggris, Jeremy Warner, mengatakan bahwa Corona yang terutama membunuh lansia, dalam jangka panjang akan menguntungkan secara ekonomi. Sementara Airlangga, Menteri Perdagangan, menghubungkan Corona yang belum masuk ke Indonesia dengan perijinan yang berbelit-belit.

AS dan Jerman sedang bertarung memperebutkan vaksi Corona yang sedang dikerjakan oleh perusahaan Jerman, CureVac. Trump menawarkan sejumlah besar uang agar mendapatkan hak eksklusif HANYA UNTUK AS atas vaksin tersebut. Monopoli terhadap obat bagi pandemik yang dibutuhkan oleh ratusan juta orang tentunya sangat menguntungkan.

Pada 10 Maret, setelah bertemu dengan eksekutif Goldman Sachs, Bank of America, JP Morgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup di Gedung Putih, Trump menawarkan ide memotong pajak untuk mereka sebesar 700 miliar USD. Ini tambahan dari triliunan dollar potongan pajak yang disahkan pada 2017.

Indonesia tidak kalah sigap. Pengusaha di 12 sektor industri diberikan izin untuk menunda bayar pajak, diperkirakan ada sekitar 12 triliun rupiah yang terpengaruh. Jokowi-Ma’aruf juga berencana memberikan subsidi bagi para pemilik maskapai penerbangan. Usulan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi tersebut, menurutnya sudah disetujui Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Avtur-pun akan diberikan subsidi termasuk perubahan rute penerbangan domestik untuk memudahkan maskapai menguasai rute-rute “gemuk”. Jika ada yang mengatakan bahwa kalau perusahaan sehat maka buruhnya juga akan sehat, sebaiknya berkaca pada kopilot Wings Air yang bunuh diri karena terikat kontrak kerja selama 18 tahun kemudian di PHK dan didenda 7 miliar pada 18 November 2019 lalu.

lanjut dibawah gan emoticon-Malu
jagogkritikalAvatar border
lie13Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
907
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan