04 Mei 2020
Peneliti Oxford Asal Indonesia Ungkap Ada 100 Vaksin untuk COVID-19
Dini Suciatiningrum
Jakarta, IDN Times- Sebanyak 95 sampai 100 vaksin untuk COVID-19 sudah dikembangkan perusahaan dan universitas di seluruh dunia. Namun dari jumlah tersebut hanya 33,4 persen yang sukses masuk
clinical trial phase atau uji coba dalam manusia.
Hal itu diungkapkan peneliti Indonesia dari Universitas Oxford, Muhammad Hanifi. "Uji klinis dan pencarian bukti sangat penting untuk penelitian," ujarnya di Webinar Big Questions Forum 8, Minggu (3/5).
1. Vaksin untuk COVID-19 itu harus lulus tiga tahap uji coba manusia

Penemuan vaksin hanya 33,4 persen yang lolos/ Screenshot Big Questions Forum 8, Minggu (3/5).
Sebelum diproduksi massal, vaksin harus melalui serangkaian tahap yakni mulai dari laboratorium dan uji coba pada hewan. Jika dianggap aman dan bisa menghasilkan kekebalan, maka akan diuji coba manusia.
Untuk uji coba manusia dibagi tiga
phase atau tahap yakni kelompok kecil sekelompok kecil orang sehat, jika aman maka dilanjutkan pada sekelompok orang yang lebih banyak dengan dosis efektif yang dibutuhkan serta keamanan. Kemudian, jika tahap dua lulus maka uji coba terakhir pada sekelompok orang yang lebih besar dengan dosis yang efektif.
2. Peneliti Oxford uji coba vaksin pada 800 relawan

Screenshot Big Questions Forum 8, Minggu (3/5).
Hanifi menjelaskan, dokter memerlukan bukti empiris apakah vaksin tersebut bekerja. Di Oxford uji klinis vaksin yang dilakukan sudah disuntikkan pada sekelompok orang.
"Kita gambarkan ada 20 orang sukarelawan yang menggunakan vaksin tingkat terinfeksi hanya 15 persen sedangkan Placebo terinfeksi 70 persen, kemudian kita tingkatkan strategi membutuhkan 800 sukarelawan yang sehat untuk mengetahui benar tidak vaksin COVID-19 bisa melindungi," paparnya.
Jadi targetnya 800 orang, 400 Placebo, 400 vaksin, sehingga mereka tidak tahu apakah mendapatkan vaksin atau Placebo.
3. Tantangan terbesar yang dihadapi peneliti Oxford untuk mengembangkan vaksin ini adalah sukarelawan yang terinfeksi COVID-19 alami
Hanifi mengatakan, tantangan terbesar yang dihadapi peneliti Oxford untuk mengembangkan vaksin ini adalah sukarelawan yang terinfeksi COVID-19 alami, bukan karena disuntik virus.
Dia menerangkan saat ini di Oxford sudah
lockdown hampir beberapa minggu sehingga laju penularan relatif rendah.
"Kalau gak diuji coba kita gak tahu Placebo ini bekerja apa tidak jadi tantangan besar peneliti di Oxford jika gelombang pertama berakhir," tuturnya.
Upayanya memang masih jauh, tapi di garis depan sains tempat para saintis mengembangkan vaksin untuk menyelamatkan kita dari coronavirus, ada orang-orang Indonesia yang terlibat.