Ini kisahku saat masih SD dulu. Aku masih ingat dulu orang tuaku sering berpindah pindah kota karna masalah pekerjaan dan karna hal tersebut akupun sering pindah sekolah.

Saat kelas 4 SD aku pindah ke sebuah sekolah di jawa timur. Kali ini aku cukup beruntung dengan menghabiskan sisa masa SD ku disana. Saat setahun setelah aku pindah sekolah ku kedatangan satu siswa pindahan lagi.

Namanya Wulan, dia pindah dari Bandung karna pekerjaan orang tuanya. Karna sesama murid pindahan aku pun merasa memiliki hubungan dengannya. Mungkin itulah alasan aku langsung menyapanya dan kami pun menjadi dekat.

Kami banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dan saling menukar buku kesukaan kami. Kedekatan kami membuat seisi kelas menggoda kami namun baik aku dan Wulan sama sekali tidak terlalu memusingkan hal itu.

Jelas ada rasa diantara kami berdua dan bila salah satunya menyatakan perasaan naka aku yakin yang lain tidak akan menolak namun saat itu kami hanyalah anak SD yang yakin bahwa kewajiban kami adalah untuk belajar.

Dengan terus seperti itu kami naik ke kelas 6 dan sudah waktunya memikirkan tentang SMP. Kami setuju untuk masuk ke smp yang sama dan belajar keras untuk ikut ujian masuknya. Berkat usaha itu kami pun lulus ujian tersebut.

Namun perpisahan datang tanpa diundang. Wulan memberitahuku bahwa ayahnya dipindahkan lagi dan dia serta ibunya akan ikut menyusul ke Depok setelah kelulusan.

Saat itu semua bayangan indah masa smp itu pun runtuh begitu saja. Sakit rasanya hati ini saat mengingat kembali suaranya yang lirih saat mengatakan hal tersebut. Meski kami sudah berjanji akan masuk smp yang sama, meski kami sudah belajar keras untuk bisa terus bersama, kenyataannya kami harus berpisah secara kejam.

Aku tak tau apa yang harus aku katakan untuk menghiburnya. Tanpa terasa keberadaannya sudah menjadi sesuatu yang berarti bagiku dan aku tak ingin kehilangan itu.

Namun waktu terus berjalan dan tibalah hari kelulusan. Aku masih ingat kata kata Wulan saat itu dengan jelas.

"Jadi, ini adalah perpisahan"

Aku tak ingin berpisah dengannya namun tak ada lagi yang bisa aku lakukan. Saat itulah aku menyadari betapa lemahnya diriku dihadapan sesuatu yang bernama takdir.

"Aku mencintaimu, selalu"

Aku pun mengutarakan perasaan terakhirku sambil menangis. Bagiku dia adalah cinta pertamaku dan akan selalu begitu. Selamat tinggal Wulan.