- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Lu dan Gue Putus!


TS
victoria56
Lu dan Gue Putus!


Malam itu hujan. Gw berdiri di simpang tiga. Sebuah halte setengah tua menjadi tempat menahan lelah dan gelisah. Lelah menunggu dan gelisah coz pikiran aneh. Gw lirik berulang kali jam imut bergambar Hello Kitty dengan gantungan sama yang lebih-lebih imut.
"Tunggu gw pukul 08.00 pm!" Lu tegasin itu ke gw.
Janji temu sebelumnya telah kita sepakati. Sebenarnya halte itu bukanlah tempat asing. Bisa dikatakan itulah tempat pertemuan favorit antara lu dan gw.
Sudah pukul 21.00. Lu belum juga nongol-nongol. Otak gw mulai berpikir aneh-aneh. Ada apa dengan lu. Kok setelat ini. Gak biasanya lu gini.
'Motornya rusak kali. Kehabisan bensin akhirnya mogok. Atau ... lu kecelakaan. Nabrak orang. Oh No!' Otakku sibuk hunting tak jelas.
"Kalo si Tod beneran nabrak gimana nih?" Gw jadi kalang kabut sendiri. Pikiran gak jelas. sukses buat gw makin gelisah dan ngomong sendiri kayak orang gila.
Malam itu udah mulai sunyi. Rada-rada ngeri sih. Soalnya kawasan sebelah biasa ramai preman sedang mabuk. Penghuni perumahan sudah molor semua. Hanya satu dua kendaraan roda dua dan empat terlihat lewat. Tapi setidaknya tak menyamai sepi dan suramnya kuburan tua di ujung kampung gw.
"Aduh gimana nih?" Gw ngoceh hanya dengan kalimat pendek itu melulu. Sampai telinga gw bosan sendiri mendengarnya.
Pukul 21.30. Gw tak lagi gelisah tapi udah ngeri. Gimana coba. Pocong, kuntilanak udah nyangkut di alam bawah sadar gw. Gw jadi takut sendiri.
"Aduh tuh bocah. Ntar kalo ketemu gw pencet-pencet kayak kecoa." Omelan gw mungkin terdengar beberapa radius. Saking sunyinya kawasan kenangan itu.
Gw berpikir panjang di antara biola bulu kuduk gw yang bergesek. Gw menatap langit seolah-olah sedang berimajinasi.
"Kok kelakuan gw aneh gini. Ini nih efek drakor yang saban hari gw tonton."
Masih sempatnya drakor-drakor favorit gw nongol di saat genting gini.
'Kok kisah gw hampir sama dengan drakor kemarin itu. Dikaretin, diabaikan dan akhirnya sahabat nongol setelah di telp ...'.
"Ahay. Bener! Telpon. Gw mesti hubungin Sandi."
Saking girangnya nemu ide. Gw salah pencet kontak. Tapi gw matiin cepat. Hingga nama Sandi ketemu.
"Halo. San. Tolongin gw dong. Jemput gw di halte komplek Melati!" pintaku sambil menahan ngeri.
"Lu kenapa. Si Tod kemana?" tanya dari seberang telpon.
"Udah. Gak usah tanya-tanya. Buruan sini, gw takut nih!"
"Oke. Tunggu gw 15 menit!"
Selang 15 menit. Sandi---sahabat dekat gw nongol.
"Key!" sapa Sandi dan bermaksud turun dari motor Ninja-nya.
"Udah gak usah lu turun dari situ!" perintah gw.
Sahabat gw itu emang penurut dan baik hati gak pernah ngemil cacing goreng.
"Kok lu gak bareng Todi?"
Gw langsung raih tas selempang jeans belel di kursi halte cepat-cepat tanpa hiraukan pertanyaan Sandi.
Wajah herannya masih saja menuntut sesuatu yang malas gw jelasin.
"Mendingan lu daripada kecoa itu. Udah! Jalan gih!" Cerocos gw setelah merapatkan bokong di jok motor. Empuk. Setidaknya menetralkan rasa sakit tulang ekor gw saking kelamaan duduk di bangku besi.
"Lewat mana, Key?" tanya Sandi kemudian.
"Jalan S. Parman aja. Gw pengin beli sesuatu di toko Ran."
"Oke!" tanggapnya.
Oh yah. Sandi adalah sahabat gw sejak SMP. Dia baik. Kadang dijuluki Ikali. Coz, rambutnya satu-satunya yang ikal di antara kami berempat. Grup kacau waktu zaman-zaman pubertas. Entah di mana teman lainnya mengitari bumi. Hanya Sandi yang masih dekat ma gw.
Perawakan wajah Sandi gak sebanding dengan tubuhnya yang atletis meski kulitnya sedikit mirip dengan gw. Sandi memiliki kulit putih bersih. Putihan ia malahan dari gw. Kalian pasti ngerti maksud gw tentang wajah Si Sandi. Gak jelek-jelek amat juga sih. Satu lagi hobinya selalu candain gw bikin jidatnya tak pernah absen dari jitakan. Sandi orangnya humoris.
Sedangkan gw. Dahulunya gw tomboy. Rambut potongan bob. Tapi sekarang. Sandi saja tak pernah mengenal lagi Bob itu ada pada gw, berganti potongan asimetrix sebahu. Tinggi gw semampai. Berkulit putih. Lumayan keras sih. Cabe setan adalah julukan gw dari sahabat-sahabat yang memiliki otak hampir sama dengan gw. Berotak rata-rata.
Dan Todi. Jangan tanya. Playboy kecoa. Hobinya selingkuh. Matre. Berlagak kaya tapi otak dan isi dompet keok. Kulit putih dan wajahnya yang kekoreaan menjadi senjata andalannya buat ngegaet cewek-cewek, termasuk gw. Betapa bodohnya gw yah yang tertipu oleh bejatnya.
***
Rasa ngeri itu perlahan-perlahan pergi dengan gw menikmati suasana sepanjang jalan yang kami lalui. Sesekali menghirup udara malam yang udah campur asap knalpot. Sungguh konyol.
Gw menoleh di sebelah kiri dari sisi jalan. Mata gw tertuju ke satu titik yang gw kenali. Gw tepuk bahu Sandi agar pelan-pelan.
Sandi bingung dan bertanya, "Ada apa, Key?"
"Berhenti dulu, San!"
"Coba liat ujung sana. Itu Todi bukan?" Gw berharap itu bukan Todi. Mata gw yang udah rabun.
"Sepertinya ...." lirih Todi sambil memastikan.
"Benar, Key. Itu Todi."
"Busyet!! Dengan siapa dia?"
Sandi hanya mengangkat bahu.
"Bawa gw ke sana!" perintah gw.
"Bakal ada perang nih. Cabe setan lagi dipanggang kayaknya," canda Sandi seperti biasa. Sebiasa dia melihat gw nyerocos kalo udah panas.
Gw dan Sandi parkirin motor dan menuju sebuah kursi cafe kopi yang terletak di luaran paling ujung kanan dari sisi jalan.
"Oh jadi ini kelakuan lu?" sambarku geram.
Suara gw yang lumayan tinggi sontak menghentikan seruput Todi pada kopinya juga berhasil mengusik keasyikan pasangan lainnya. Ia menoleh. Rona pucat saking terkejut, menghiasi wajah playboynya.
"Key!" Lu berusaha terlihat santai.
Gw mengendus. 'Huu. Basi. Gw udah biasa liat topeng lu' batin gw geram.
"Siapa dia, Beb?" Suara wanita itu manja tapi terdengar seperti suara Singa liar di telinga gw.
'Beb?' Apa gw gak salah dengar. Sapaan mesra itu buatku membentuk huruf o pada bibir. Gw meradang. Gw menoleh ke arah Sandi yang udah nongol di belakangku.
"Beeeeb!" Suara Sandi sengaja lebih memperjelas pendengaranku. Meski ia tahu gw hanya sekadar basa basi.
"Cabeee setan udah level 30." Sandi masih saja menggoda gw. Gw udah biasa digituin sama Sandi. Tapi lebih biasa gw diduain, tigain oleh brengsek di depan gw ini.
Kopi yang masih panas di hadapan Todi menjadi saksi panas antara gw dan Todi.
Kusambar cangkir tersebut dan ...
"Ini beb lu!"
Alhasil lu ketar ketir dan pelakor itu hanya 'ber-haaah'.
"Sayang, kamu gak apa-apa kan?"
Suara manjanya buat gw jijik. 'Gak apa-apa?' Liat tuh wajah bebekmu yang jadi kepiting rebus lupa kulitnya. Melepuh.
"Makan tuh. Dasar playboy kecoa. Kita putuuuss!"
Geram yang masih nyantol, mengajak jari gw ngejambak rambut pelakor itu.
"Heeei!" Wanita itu kaget dan kesakitan.
"Hei. Hei. Sok manja. Dasar kuntilanak!" sengit gw.
Sandi hanya tertawa dengan tingkah gw dan tak bermaksud sedikit pun melerai gw dan mereka. Gw hengkang dari tempat itu. Otak dan hati gw rasanya seperti direbus 360 derajat panasnya.
Gw tarik baju Sandi buat balik kandang. Jangan salah. Punggung Sandi jadi pelampiasan. Setelah kami di atas motor. Keluhannya gw gak dengerin.
***
Sore itu. Lu nongol di hadapan gw. Gw lagi sibuk online. Tank top pink dan celana sepaha buat mata lu yang mesum itu melotot.
Gw hanya menoleh sekejap. Tak acuh. Gw gak nganggap ada orang. Tapi lu tetap aja berwajah tembok. Lu duduk depan gw dan berusaha megang jari gw.
"Najis!"
"Ngapain lu ke sini lagi? Gw udah jijik liat lu!"
"Pulang gak! Mau muka lu yang luka itu gw tambahin."
"Key. Izinin gw ngejelasin." Lu gak peduli dengan caci maki gw.
"Gw gak perlu penjelasan!"
"Ohhh ...! Jangan-jangan lu udah dibuang sama pelakor itu yah karena muka lu udah kayak kain lap. Kasian sekali dirimu itu, Boy."
"Pulang gak. Gw siram nih dengan teh panas!" gw geram banget.
Akhirnya lu ngalah. Lu milih balik hingga mata gw yang sejak tadi pelototin tak liat lagi punggung lu yang seperti punggung udang. Punggung yang identik dengan kelakuan lu yang berotak mesum.
"Byeee!!" Teriakan gw di ujung perpisahan itu.
Diubah oleh victoria56 03-05-2020 23:05


Bgssusanto88 memberi reputasi
1
314
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan