Kaskus

Story

gegerorion124Avatar border
TS
gegerorion124
Kubiarkan Cintamu Pergi
Kubiarkan Cintamu Pergi

Kubiarkan Cintamu Pergi
Foto

Bagiku mencintainya bukanlah suatu kesalahan. Melainkan keadaanlah yang tidak berpihak padaku. Selayaknya kisah antara aku dan Ezad. Jalinan kasih kita terkoyak oleh onak duri, materi.

*****
Aku dan Ezad merupakan teman satu desa. Satu permainan. Satu sekolah juga dari mulai sekolah dasar. Usia kami pun hanya terpaut satu tahun.

Ezad begitu perhatian padaku. Aku merasa perlakuannya terhadapku pada yang lainnya sangat berbeda. Aku merasakan hal demikian semenjak kami berdua duduk di bangku sekolah dasar. Mulanya aku beranggapan karena kami dari desa yang sama. Berangkat dan pulang sekolah bersama. Jadilah Ezad berusaha melindungiku.
Tapi rupanya, anggapanku salah. Perhatian Ezad masih terus berlanjut hingga dia lulus. 
Hingga kami tumbuh menjadi remaja. 

Aku baru menyadari semuanya setelah Ezad memilih bekerja ke luar kota. Saat itu Ezad lebih memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang menengah atas. Apa alasannya, aku tak tahu. Lebih tepatnya tak mau tahu. Aku mulai merasakan cinta itu nyata setelah Ezad tak lagi di sampingku.

Meski aku dan Ezad berjauhan, tapi lewat goresan tinta kami saling menuangkan kerinduan. Aku mulai berterus terang pada Ezad. Bila perasaannya itu tak bertepuk sebelah tangan. Hanya saja aku yang terlambat menyadari. 

Dalam suratnya Ezad bilang, bila dia akan pulang dan merintis sebagai petani di desa saja agar lebih dekat denganku. Aku bertanya, mengapa itu harus dia lakukan? Dan jawabannya membuatku sebagai perempuan merasa amat istimewa di matanya. 

"Aku ke kota bukan gak ada alasannya, Rin. Semua demi kita. Masa depan kita. Aku ingin menua dengan wanita yang dari lama kucinta. Yaitu kamu Rinda." 

Hari-hari aku lalui seperti biasanya. Kurang beberapa bulan lagi sekolahku selesai. Berdebar menanti kelulusan sama halnya dengan saat Ezad memintaku menjadi pendamping hidupnya. 

Di desaku, kebanyakan memang menikah muda. Lulus sekolah terus menikah. Ya, ini akibat kurangnya pemahaman para orang tua dulu. Malahan teman sepermainanku, Teti, dia harus terima saat orang tuanya menjodohkan dia dari mulai lulus SD dengan anak kerabat jauhnya. Dan, tak lama setelah lulus SMP, Teti akhirnya menikah. Beruntung nasib pernikahannya kini masih normal-normal saja. 

Ezad tidak meminta kami menikah seketika selepas aku lulus sekolah. Dia memberi kebebasan padaku untuk melakukan hal yang ingin dikerjakan. Ezad paham, jika aku ingin terlebih dahulu kursus. Menjahit atau merias pengantin. Karena untuk kuliah aku tak berharap banyak. Mengingat kondisi keluargaku. 

Setahun berlalu, Ezad masih setia menunggu keputusanku. Aku merasa sudah waktunya untuk memberi jawaban. Aku pun segera menitip pesan pada adiknya yang kebetulan adik kelas di tempat kursus agar Ezad menemuiku di rumah esok hari.

Apa yang kuharap sungguh bertolak belakang. Bukan Ezad yang datang, tapi ibunya bersama seorang gadis cantik seusiaku. Hanya saja penampilannya begitu modern. Dan terlihat seperti anak orang berada. 

Aku hanya terpaku saat tiba-tiba ibunya Ezad mengarahkan telunjuknya padaku seraya berkata yang sangat memedihkan hati. 

"Asal kamu tahu, Ezad enggak akan menikah denganmu yang hanya gadis desa. Calon istri Ezad ini yang di samping saya."

Ibunya Ezad terlihat berapi-api seraya meraih lengan si gadis dan menggandengnya bangga. Sedangkan gadis di sebelahnya itu hanya tersenyum sinis ke arahku. 

Aku enggak tahu mengapa tiba-tiba semuanya berubah. Bukankah aku meminta Ezad yang datang, lantas kenapa ibunya yang muncul? 

Aku belum bisa memahami semuanya. Namun, tiba-tiba Ezad muncul dengan motornya. Lelaki yang kukira akan menghiasi hidupku nyatanya tak lebih dari seorang pembohong. 

Ibunya Ezad dan gadis kota itu lantas pergi. Tersisa aku dan Ezad yang sama-sama mematung berjauhan di teras. Ingin memaki tapi lidah terasa membeku. 

"Ini semua salahku, Rin. Aku tidak bisa membantah perintah ibu. Tanpa aku tahu, ternyata ibu menjodohkanku dengan Silvi sedari kami kecil. Dan usaha yang dipunya orang tuaku tak lepas dari sokongan dana orang tua gadis tadi. Aku harap kamu dapat memahami."

Ya, aku memang harus paham dan mesti, jika di mata keluarganya Ezad, limpahan harta adalah segalanya. 

Walaupun sakit tiada terperi, aku pun memilih melupakan semua impian dengan Ezad. Kubiarkan dia pergi tanpa menolehku dengan meninggalkan kepedihan. Kularungkan sedih ini bersama hujan yang seketika luruh begitu derasnya. Kubiarkan Cintamu Pergi
Foto

Semoga kamu selalu berbahagia, Bang E. Biarkan cinta yang pernah ada menjadi prasasti kisah silam kita.
Diubah oleh gegerorion124 03-05-2020 09:38
Iqiramadan21Avatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 21 lainnya memberi reputasi
22
500
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan