Apa yang diharapkan saat ini sudah terbukti, benar-benar merdeka, sekolah tanpa sepatu dan seragam lagi, merdeka sekali, tanpa upacara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tak ada bel masuk, bel istirahat dan bel pulang sekolah. Sungguh merdeka. Tapi hukuman tetap berjalan bila tidak patuh dan disiplin (ya dari ibu lah) tak ada juga bangku dan gedung sekolah, semua kami tinggalkan dulu.
Kami tinggalkan entah sampai kapan, kami harus belajar di rumah, berteman dan berakrab-akrab dengan orang rumah. Kami tahu ini bukan libur panjang ini sungguh luar biasa, kami bersekolah di rumah, menahan rasa rindu bertemu teman-teman, guru dan penjaga sekolah. Kami merasa seperti jaman penjajahan kala itu. Sekolah di dalam rumah saja, karena di luar ada bahaya kompeni yang siap menyiksa.

Tapi saat ini di luar tak ada kompeni, yang ada pandemi, yang juga merupakan penjajah yang ditakuti seluruh isi dunia yang akan menggerogoti kesehatan.
Pendidikan harus terus berjalan, belajar harus tetap tekun, dan guru kami adalah Ayah Bunda di rumah. Yang membimbing, mengajari, membantu, menemani mengerjakan tugas setiap hari.

Pandemi juga telah mengajarkan pada kami tentang menjaga kebersihan, kepedulian, kepatuhan, tentang bumi yang mendapatkan haknya untuk bersih. Bumi telah memperbaiki dirinya dengan bantuan pandemi.
Hari Pendidikan Nasional yang kami peringati walau di rumah saja

Kami belajar dari pesan Ki Hajar Dewantara, ketika belum bisa berangkat ke sekolah, dan masih harus belajar di rumah;
Ing ngarsa sung tulada
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Bahwa bila di depan harus bisa menjadi contoh, bila di tengah harus bisa membangkitkan niat yang sudah ada, dan bila di belakang harus memberi dorongan semangat.
Kami rasa semboyan ini tidak hanya untuk para guru tetapi untuk semuanya. Sebagai manusia yang berpendidikan patut memegang tiga semboyan itu.

Walau di rumah harus saling memberi semangat meskipun melalui jaringan sosial, agar tetap tekun dalam belajar karena ilmu bisa didapat di mana saja. Materi tersedia di sekitar kami dan segala sesuatu bisa sebagai guru kami.



Salam Hardiknas

02 Mei 2020, @alizazet