- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hilangnya Moral dan Etika Pada Wajah Generasi Bangsa


TS
hugomaran
Hilangnya Moral dan Etika Pada Wajah Generasi Bangsa
Moral dan Etika anak bangsa Indonesia


Selamat Hari Pendidikan.
Ilustrasi Gambar: Sumber Google
Penulis: @hugomaran

Setiap zaman memiliki orang, dan setiap orang memiliki zamannya sendiri. Generasi yang baik adalah generasi yang mampu memberi kontribusi nyata bagi masyarakat, sehingga tercatat dalam sejarah. Sejarah selalu mencatat yang bernilai—baik kelebihan maupun kekurangannya—untuk dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang.

Seperti pesan Ir. Soekarno dalam pidatonya yang terkenal: “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah (Jasmerah).” Peringatan itu bukan sekadar kata-kata, melainkan pekikan yang menegaskan pentingnya menghargai warisan sejarah. Dari sejarah, kita belajar karakter bangsa: salah satunya adalah etika sopan santun, cermin dari wajah bangsa itu sendiri.
Seseorang bisa saja menjadi tokoh terhormat, namun bila ia tak menunjukkan etika yang baik, maka namanya akan hilang dari ingatan bangsanya sendiri. Jika kita ingin dihargai, maka terlebih dahulu kita harus mampu menghargai orang lain. Jangan menuntut kehormatan bila diri sendiri miskin akan etika—ibarat menaburkan garam di laut.
Sayangnya, etika sopan santun di generasi kini mulai luntur. Moralitas yang dulu menjadi kekuatan bangsa perlahan terkikis. Pertanyaan pun muncul: apakah ini kesalahan generasi, ataukah kegagalan pendidikan karakter? Sering kali, kita hanya sibuk beretorika tanpa menyentuh akar masalah.
Pendidikan sejatinya bukan hanya soal ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Namun, peran guru kini semakin terbatas oleh aturan yang kaku. Sanksi ringan yang dahulu mendidik, kini dianggap pelanggaran. Akibatnya, anak didik kurang menghargai guru, bahkan berani melawan. Orang tua pun kadang ikut menekan pendidik, lupa bahwa keberhasilan anak lahir dari sinergi keluarga dan sekolah.
Di sinilah celah yang perlu kita jaga: guru harus diberi ruang untuk membentuk karakter anak sesuai kebutuhan mereka. Sebab tiap anak berbeda, dan karakter yang kuat hanya bisa lahir dari proses panjang—seperti perjuangan para pendiri bangsa. Tanpa fondasi etika, generasi bangsa akan kehilangan arah.
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa sudah memberi kita pedoman. Tinggal bagaimana kita menghidupkannya dalam keseharian: dengan menghargai, menghormati, dan menjunjung etika sopan santun. Hanya dengan itu, kita bisa menumbuhkan generasi yang kuat, bermoral, dan berkarakter.
Tulisan sederhana ini dipersembahkan bagi seluruh pelopor pendidikan—guru, orang tua, dan siapa pun yang berjuang membentuk anak bangsa beretika. Karena etika bukan sekadar tata krama, melainkan jati diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seseorang bisa saja menjadi tokoh terhormat, namun bila ia tak menunjukkan etika yang baik, maka namanya akan hilang dari ingatan bangsanya sendiri. Jika kita ingin dihargai, maka terlebih dahulu kita harus mampu menghargai orang lain. Jangan menuntut kehormatan bila diri sendiri miskin akan etika—ibarat menaburkan garam di laut.
Sayangnya, etika sopan santun di generasi kini mulai luntur. Moralitas yang dulu menjadi kekuatan bangsa perlahan terkikis. Pertanyaan pun muncul: apakah ini kesalahan generasi, ataukah kegagalan pendidikan karakter? Sering kali, kita hanya sibuk beretorika tanpa menyentuh akar masalah.
Pendidikan sejatinya bukan hanya soal ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Namun, peran guru kini semakin terbatas oleh aturan yang kaku. Sanksi ringan yang dahulu mendidik, kini dianggap pelanggaran. Akibatnya, anak didik kurang menghargai guru, bahkan berani melawan. Orang tua pun kadang ikut menekan pendidik, lupa bahwa keberhasilan anak lahir dari sinergi keluarga dan sekolah.
Di sinilah celah yang perlu kita jaga: guru harus diberi ruang untuk membentuk karakter anak sesuai kebutuhan mereka. Sebab tiap anak berbeda, dan karakter yang kuat hanya bisa lahir dari proses panjang—seperti perjuangan para pendiri bangsa. Tanpa fondasi etika, generasi bangsa akan kehilangan arah.
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa sudah memberi kita pedoman. Tinggal bagaimana kita menghidupkannya dalam keseharian: dengan menghargai, menghormati, dan menjunjung etika sopan santun. Hanya dengan itu, kita bisa menumbuhkan generasi yang kuat, bermoral, dan berkarakter.
Tulisan sederhana ini dipersembahkan bagi seluruh pelopor pendidikan—guru, orang tua, dan siapa pun yang berjuang membentuk anak bangsa beretika. Karena etika bukan sekadar tata krama, melainkan jati diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selamat Hari Pendidikan.
Ilustrasi Gambar: Sumber Google
Penulis: @hugomaran
Diubah oleh hugomaran 31-08-2025 23:27






alifrian. dan 55 lainnya memberi reputasi
56
2.7K
127


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan