- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ibuku Tidak Merestuiku Untuk Menikahi Dia Yang Usianya Lebih Tua Dariku


TS
awesome.techid
Ibuku Tidak Merestuiku Untuk Menikahi Dia Yang Usianya Lebih Tua Dariku

Entah kenapa, wanita yang umurnya jauh lebih tua dariku lebih bisa mebuatku tertarik ketimbang wanita yang usianya setara denganku atau lebih muda dariku. Dimataku, wanita itu tampak lebih dewasa dan lebih bisa membinbingku ini yang masih pusing dengana arah. Berbeda dengan wanita yang usianya dibawahku, aku selalu melihat mereka tampak masih kekanak-kanakan dan masih beranggapan bahwa pernikahan semanis sinetron.
Aku pernah menyukai seorang wanita yang umurnya 7 tahun diatasku. Bagi sebagian orang mungkin akan menilai aku bodoh karena memilih wanita yang sudah berumur ketimbang wanita yang masih muda. Banyak orang-orang yang aku temui beranggapan bahwa mencari istri haruslah wanita yang lebih muda, karena nanti disaat tua, kita masih bisa memandangi wajahnya yang cantik. Sedangkan bila menikahi wanita yang lebih tua, mungkin cantik yang bisa kita nikmati hanya sesaat.
Tapi sekali lagi, aku menyukai wanita yang lebih tua bukan karena fisiknya, tapi karena sifatnya.
Ketertarikanku menyukai wanita yang lebih tua berawal sejak kelas 1 SMA. Aku yang saat itu masih duduk di kelas 1 menyukai kakak kelas yang 2 tingkat lebih tinggi dariku. Tapi hal itu tidak menghalangiku untuk menyerah mendapatkan cintanya walaupun akhirnya harus kandas juga.
Ketertarikanku masih berlanjut saat kuliah bahkan hingga sekarang aku kerja. Di tempat ini ada seorang wanita yang aku suka. Seperti yang aku sebutkan tadi, umurnya 7 tahun diatasku. Walau menginjak kepala 3, body dan wajahnya masih sangat terawat. Tapi yang aku suka bagaimana dia bersikap dengan orang-orang yang di dekatnya. Dia ramah, baik namun tegas. Namun mungkin karena sifatnya yang bisa tiba-tiba meledak-ledak membuat laki-laki ciut ketika mendekatinya.
Anehnya dia tidak pernah marah denganku meski aku beberapa kali membuat kesalahan. Mungkin dia mengetahui kalau aku menyimpan rasa dengannya. Entahlah.
Singkat cerita kita berdua semakin dekat. Namun kali ini tidak ada kata "jadian" diantara kita. Semua terjadi begitu saja secara perlahan-lahan seiringnya waktu. Dia yang dulu dikenal sebagai wanita pemarah tak pernah sekalipun kemarahan ada dalam dirinya. Bahkan yang aku rasakan kedewasaan dan kebaikan yang ada pada dalam dirinya. Yang membuatku mantap memilih dia menjadi teman hidupku.
Hanya ilustrasi (sumber)
Setelah beberapa bulan saling kenal, saling memahami dan saling percaya, aku putuskan untuk mengenalkan dia pada orang tuaku. Dan itu menjadi awal sekaligus akhir bagi dirinya bertemu dengan kedua orang tuaku. Lantaran hubungan kami tidak direstui oleh ibuku. Aku sudah mempersiapkan diri akan hal ini, apalagi dari raut wajah ibu saat mengetahui usia dia, nada bicaranya terlihat berbeda saat pertama kali menjamunya. Tampak sedikit kekecewaan dalam dirinya yang terus ditahan-tahan.
"Ibu gak mau anak ibu menikah dengan wanita yang usianya jauh diatas anak ibu" Ucap ibu ketika aku baru tiba dirumah setelah mengantarnya pulang.
"Kamu itu masih muda, karirmu bagus, kenapa harus wanita tua yang kamu nikahi?" Tanya ibu lagi dengan nada yang mulai meninggi. Aku sendiri tidak berani berkata apa-apa, karena sedari kecil aku memang diajarkan untuk diam saat di marahi dan tidak boleh menjawab.
"Pokoknya kalau kamu masih ngeyel nikah sama dia, mending kamu gak usah pulang ke rumah lagi. Ibu malu!" Ucapnya sambil pergi meninggalkanku.
Saat itu aku benar-benar galau, galau segalau galaunya. Aku tidak mungkin membantah permintaan ibu. Tapi tidak mungkin juga meninggalkan dia yang sudah sangat aku sayangi.Tapi dua pilihan ini sangatlah berat untuk aku pilih. Bila aku memilih dia, aku harus siap menjadi anak yang tidak dianggap oleh orang tuanya lagi. Namun bila aku memilih ibuku, aku harus siap menanggung malu serta omongan orang-orang di kantor dan pasti aku harus keluar dari kantor tersebut. Pilihan yang sangat rumit dan beresiko.
Selama beberapa minggu dua keputusan itu juga belum ada yang aku pilih. Dan rupanya ibu menyadarinya pula.
"Putuskan pilihanmu atau ibu yang akan memutuskannya sendiri dengan cara ibu" Pinta ibuku.
Akhirnya kuambillah keputusan kedua. Dengan sangat berat hati dan tidak tega, aku katakan apa yang terjadi sebenarnya. Disana aku melihat wajahnya yang manis menjadi memerah dengan air mata yang terus mengalir.
Kini sudah hampir dua tahun berlalu, aku sudah memiliki calon yang sesuai dengan kriteria ibu. Dan kita akan melangsungkan pernikahan beberapa bulan setelah wabah ini benar-benar dinyatakan selesai. Sedangkan dia, aku tak tau bagaimana dia sekarang. Aku takut bila menanyakan kabarnya akan kembali membuka lama yang pernah terjadi.






nona212 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
469
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan