- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[SFTH]Cinta dibalik Hijabku


TS
faridatul.a
[SFTH]Cinta dibalik Hijabku
![[SFTH]Cinta dibalik Hijabku](https://s.kaskus.id/images/2020/05/01/10740583_202005011104080542.jpg)
Namaku Rosita, sejak lulus SD aku di masukkan di sebuah pesantren di kota kediri. Aku tumbuh remaja dalam lingkungan yang islami.
Tak banyak yang mampu di ungkapkan, ketika aku pulang setelah Tujuh tahun berada dalam pesantren itu. Saat pertama kali aku bertemu dengan Haris, pemuda tampan, tinggi tegap dan bertato.
Dia pemuda yang masih satu desa denganku, namun karena saya tumbuh remaja di pesantren kami tidak saling kenal. Saat itu dia menolongku karena ban sepeda yang aku naiki bocor saat pulang dari masjid yang tak jauh dari rumahku. Dia menyuruhku pulang, dan satu jam kemudian dia datang dengan membawa sepedaku yang sudah diperbaiki.
Entah apa yang ada dalam fikiranku, rasanya wajahnya tak pernah mau hilang dari mimpi dan anganku.
Kamipun sering bertegur sapa, walaupun sekedar basa basi saat bertemu di warung dekat rumahku.
Hingga pada suatu malam, tiba-tiba dia datang ke rumahku, menemui orang tuaku. Dan berniat melamarku.
Hatiku berdendang, begitu indah semua kurasakan. Mungkin benar inilah cinta yang diam-diam bersemi dalam hatiku selama ini. Walau hatiku terus memberontak, selalu bertanya
"Bisakah dia jadi imam terbaik untukku?"
"Bisakah dia mewujudkan mimpi-mimpiku, membina keluarga yang sakinah seperti yang selama ini diajarkan guruku?"
Berbagai pertanyaan bermunculan, hingga ku dengar suara ayahku.
"Maaf nak Haris, aku tidak menerima lamaran ini." kata ayahku lembut namun terdengar tegas.
"Apa yang salah denganku pak, aku mencintai putri bapak, aku ingin melamarnya jadi istriku." terdengar suara Mas Haris sedikit meninggi.
"Tidak ada yang salah dengan nak Haris, tapi saya sudah menjodohkan Rosita dengan seseorang."
Bagai dihantam benda tumpul terasa amat menyakitkan di dadaku. Walau kami tidak berpacaran, namun hatiku sudahpun untuknya. Aku bahagia ketika mendengar bahwa kedatanganya untuk melamarku.
Aku menangis, tak kudengar lagi suara mereka, kututup kedua telingaku ini, berharap semua ini hanyalah mimpi.
Ketika pagi, aku segera bertanya kepada ayah.
"Semalam mas Haris datang ya, yah?"
"Iya nak, dia berniat melamarmu, tapi sudah kutolak, karena ayah tahu, kamu gak mungkin nerima pemuda kayak dia."
"Darimana ayah tahu?" tanyaku penasaran.
"Memang kamu kenal baik dengan Haris, nak?" ayah kembali bertanya.
"Ya enggak sih, tapi kenapa ayah tidak minta pendapatku?
"Sudahlah, dia bukan pemuda baik-baik, peminum, dan cuma keluyuran gak jelas." jawab ayah mengakhiri percakapan kami.
Aku hanya bisa menunduk, tanpa bisa mengungkapkan bahwa aku telah jatuh cinta.
Hari demi hari berlalu, ada pemandangan berbeda, mas Haris sering terlihat memakai kopyah dan berjamaah di masjid, sebelumnya kata ayah dia diragukan sholat atau tidak. Entah mengapa hatiku semakin mengagumi sosoknya, yang berjuang untukku.
Walaupun ketakutan pun masih menghantuiku, aku punya kegelisahan dalam sudut hatiku, antara cinta dan impian.
Impian mempunyai keluarga yang bahagia dan islami. Itulah yang membuatku terkadang memilih membuang perasaan ini.
Hingga pada suatu hari, mas Haris datang lagi ke rumahku menemui ayahku, masih dengan niat yang sama, untuk melamarku. Karena setelah beberapa waktu berlalu, mas Haris tidak mendengar kabar bahwa aku akan menikah, seperti alasan ayah padanya saat itu.
"Baiklah, beri saya waktu untuk berbicara pada putriku dan juga keluarga besar kami." kata ayahku pada mas Haris.
"Kapan saya boleh datang kesini untuk jawaban itu, pak?" tanya mas Haris penuh keyakinan.
"Satu minggu lagi, datanglah malam minggu nanti." jawab ayahku tegas.
Mas Harispun berpamitan, aku hanya melihat dari balik selambu. Setelah itu, ayah memanggilku. Aku segera datang dengan hati yang tak karuan, antara takut dan senang.
"Rosita, ayah tahu kamu suka dengan Haris, tadi dia datang melamarmu, apa kau betul-betul mencintainya, dan tahu segala resikonya bila mau menikah dengan dia? karena setahu ayah dia bukan pemuda baik-baik." tanya ayah memulai percakapan.
"Aku menurut dengan ayah saja, apapun keputusan ayah, insya alloh aku ridho." jawabku dengan hati yang sesungguhnya berharap ayah akan merestuinya.
"Ayah tak ingin egois, nak. Ayah beri waktu satu minggu ini, mohonlah petunjuk pada alloh, malam minggu nanti semua keputusan ada di tanganmu, kalau kau terima ayah juga ridho, bila kau tolak, aku akan menikahkanmu dengan pemuda pilihan ayah, sesegera mungkin." kata ayah sambil menyeduh teh hangat di depanya.
Aku sudah memantapkan hati menerima dia sejak saat itu, namun aku juga berdoa dalam tiap malamku, agar alloh memberiku jodoh terbaik untukku.
Malam minggu yang kutunggupun sudah di depan mata. Sudah menunjukkan jam delapan malam, namun dia belum datang juga.
"Apakah tidak kau persiapkan apapun untuk menyambut pangeranmu?" kata ayah menggodaku."
"Apa sih, ayah ..." sahutku tersipu.
"Kita keluar dulu saja, cari beberapa makanan ringan, biar nanti Haris dengan ibumu dulu."
"Iya, keluar saja. Biar Haris nunggu sebentar nanti." kata ibu sambil menyerahkan kunci motor.
Akupun keluar, ada keyakinan bahwa ayah benar-benar sudah merestui kami.
Di tengah jalan, tiba-tiba ada sebuah motor menabrak kami dari belakang, kami terjatuh. Namun tidak ada yang serius, beruntung hanya tersenggol sedikit. Dan yang menabrak kami oleng dan terjatuh.
Aku tak mengerti, kami sudah berjalan di tepi, mengapa masih ditabrak juga.
Ku hampiri penabrak itu, ada dua orang, dalam sekejap orang-orang berdatangan menolong.
Aku mundur ketika mereka membawa dua orang itu tepat di bawah lampu jalan.
Ya, salah satunya adalah mas Haris.
Aku mundur dan terus mundur menjauh. Mencoba tak mendengar suara orang-orang itu.
"Riiis, Haris... Belum tobat juga, masih mabuk terus."
"Sudah biarin saja, nanti juga bisa pulang sendiri kalau sudah sadar."
Suara-suara mereka bersahutan. Aku tertunduk, menangis.
Teramat perih.
Ayah memandangku, dia tahu apa yang ada dalam benakku.
Aku segera berbalik, berlari.
Tanpa aku peduli ayah memanggilku.
Aku kecewa
Sangat kecewa.
Kecewa pada diriku sendiri.
Dan aku sudah memutuskan tidak menerima lamaranya. Dan membuang jauh perasaan ini untuknya. Kufikir semua bisa berubah, ternyata tidak untuk dia.
End
Sumber : Dokpri
Diubah oleh faridatul.a 02-05-2020 10:31






dalledalminto dan 26 lainnya memberi reputasi
27
686
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan