Kaskus

Entertainment

andAvatar border
TS
and
Tris, Sahabat yang Menunjukkan Ane pada Kebaikan
Tris, Sahabat yang Menunjukkan Ane pada Kebaikan

Dalam hidup, ane bertemu dengan banyak orang, dengan berbagai karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Diantara mereka semua, ada beberapa orang yang ane beri label "sahabat".

Ada sahabat yang membuat ane "mengajar", ada pula sahabat yang membuat ane "belajar". Masing-masing dari mereka berkontribusi untuk menunjukkan kekurangan hingga kelebihan dari diri ane.

Ya, memang begitulah seharusnya sahabat! Saling memberi dan menerima manfaat. Dalam kesempatan kali ini, ane ingin menceritakan seorang sahabat ane yang bernama Tris (nama samaran).

Dia adalah orang yang telah menunjukkan ane tentang kebaikan dan kebaikan yang ane pelajari darinya, ane terapkan hingga saat ini. Kebaikan seperti apa dan bagaimana cerita ane bisa bertemu dengan Tris?

Silakan baca kisah selengkapnya di bawah ini...


Tris, Sahabat yang Menunjukkan Ane pada Kebaikan
persahabatan


Di saat sedang libur bekerja, ane biasanya mengisi pagi dengan berjoging bersama teman ane. Jika sedang malas maka ane bakal tidur seharian. Namun, ada kalanya ane mengantar ibu ane ke pasar.

Seperti waktu itu, ane mengantar ibu. Katanya, ada banyak sayur yang ingin dia beli di pasar buat stok di kulkas. Jika untuk stok maka belanjanya bukan di pasar dekat rumah, melainkan di pasar induk yang lokasinya cukup jauh.

Setelah belanja usai, tak seperti biasanya, ibu meminta ane agar jangan langsung pulang, ia ingin diantar dahulu untuk menemui temannya. Tempatnya masih dalam wilayah pasar induk tapi cukup jauh jika berjalan kaki.

Tiba di dekat para pedagang ikan, ibu meminta ane berhenti. Suasana pasar sudah sepi sehingga ane bisa parkir motor dimana saja. Ibu disambut oleh seorang wanita paruh baya yang ane tebak, dialah teman ibu.

Namanya buk Maryam. Bu Maryam ternyata memiliki warung kopi. Ia dibantu oleh suami dan juga anaknya. Ibu menyuruh ane memesan sesuatu sembari menunggunya mengobrol panjang lebar bersama bu Maryam.

Ane memesan kopi susu dan semangkok mie goreng telur dengan irisan cabe hijau sebagai pelengkap. Kebetulan, yang melayani ane adalah anaknya bu Maryam.

Kami tak mengobrol, sekedar senyum ala kadarnya. Selain merasa lelah, ane juga merasa anaknya bu Maryam agak jutek. Bukan agak, melainkan sangat jutek sehingga ane malas berbasa-basi dengannya.

Di lain waktu, saat ane libur kerja, ibu terkadang meminta ane untuk mengantarnya ke warung kopi Bu Maryam lagi. Ternyata, ibu mengambil kopi di sana. Kata ibu, kopi bubuk bu Maryam sangat sedap.

Oleh karena itu, setiap kali kopi hampir habis, ibu akan membelinya pada bu Maryam. Seperti biasa, tiap kali ke sana, ane akan bertemu dengan anaknya yang jutek itu. Namun, di hari itu, bu Maryam sedang tak ada di warung.

Kata anaknya, ayah dan ibunya sedang ada urusan sebentar. Ia mempersilakan kami untuk menunggu orang tuanya jika kami tidak sedang buru-buru. Selagi menunggu, ibu mengajak anak bu Maryam mengobrol.

Ia menyahut sambil membereskan warung kopinya. Di tengah obrolan mereka, ibu membicarakan mengenai riwayat pendidikannya. Tiba-tiba, ibu menyebut nama ane dan memberitahukan bahwa sekolah ane dulu tak begitu jauh dari sekolahnya.

Mendengar itu, ia menanyakan apa ane mengenal seseorang yang ia sebutkan namanya. Menurutnya, orang tersebut adalah teman lamanya yang juga bersekolah di tempat ane dulu.

Akibat pembicaraan itu, ane dan dirinya jadi terlibat obrolan akrab. Ane jadi tahu bahwa namanya adalah Tris. Tris ternyata hanya membantu orang tuanya setelah pulang bekerja. Ia anak buah dari seorang bos ikan di pasar itu.

Ia mulai bekerja pada tengah malam/pagi buta. Selesai pukul 9/10 pagi. Lalu, membantu sebentar di warung kopi orang tuanya. Pukul 11.00, barulah mereka pulang bersama-sama.

Tris memang anak yang rajin. Bekerja dari tengah malam dan pagi-paginya membantu orang tuanya berjualan. Sungguh anak yang berbakti. Tersirat rasa kagum di hati ane.

Sejak saat itu, ane dan Tris jadi teman akrab. Kala libur, ane sering menjumpainya di warung kopi orang tuanya. Kami juga sering bertukar pikiran bahkan berbicara hal-hal pribadi.

Suatu ketika, Tris meminta ane untuk menemaninya menuju suatu tempat. Kebetulan, dia yang mengendarai motor dan ane diboncengnya. Ternyata, dia berhenti tepat di depan kotak amal sebuah masjid.

Melihat pemandangan itu, ane takjub dan bertanya, apa itu tempat yang dimaksudnya. Dengan mantap, dia menganggukkan kepala. Ane bertanya padanya, sejak kapan dia melakukan perbuatan baiknya itu?

Dia menjawab, sejak ia mulai bersyukur pada nikmat Allah. Menurutnya, sebenarnya, bukan ia yang melakukan perbuatan baik karena rejeki itu sumbernya dari Allah. Ia hanya mengeluarkan apa yang menjadi kewajibannya.

Hari itu pun, ia menyumbang di masjid karena ia baru saja mendapat rejeki. Menurutnya, niat baik, sebaiknya segera dilaksanakan makanya ia tak mau menunggu lama untuk bersedekah.

Sungguh, ane salut padanya. Ia sangat cocok jadi panutan. Tak hanya pekerja keras, berbakti pada orang tua, ia juga tak segan menyisihkan rejekinya untuk sesama yang membutuhkan.

Ane tak menyangka, Tris yang ane nilai sangat jutek ternyata memiliki sesuatu di dalam dirinya. Bisa dibilang, dia berkali-kali lipat lebih baik dari ane.

Kita memang gak bisa dan gak berhak menilai orang hanya dari luarnya saja sebelum kita mengenalnya sendiri dan berteman dengannya.

Sejak itu, ane jadi ikutan nyumbang di kotak amal masjid/ke pengemis/orang yang membutuhkan saat ada rejeki. Memang sebelumnya ane sudah melaksanakan sedekah tapi tidak tepat waktu atau kadang malah menunda-nunda.

Tak seperti Tris yang saat ada rejeki, ia justru menyegerakan untuk melaksanakan sedekah atau kadang sengaja mencari orang yang terlihat membutuhkan di jalanan untuk ia bagi rejekinya.

Selain itu, ane kalau tahu ada keluarga, kerabat atau tetangga yang kesusahan maka ane akan mendahulukan untuk membantu mereka karena kata pak Ustad di televisi, membantu orang terdekat itu nilainya lebih utama.

Yang pasti, ane sangat bersyukur bisa dipertemukan oleh Allah dengan seorang sahabat seperti Tris. Jika tidak, belum tentu mata dan hati ane terbuka untuk menyegerakan sedekah ataupun berbagi kepada sesama saat ada rejeki.

Sesungguhnya, rejeki itu diberi Allah, jika ada kelebihan maka baik bagi kita untuk menyisihkan sebagiannya dengan bersedekah. Tidaklah kita rugi karena rejeki itu hanya titipan.

Selama kita masih bekerja maka kita bisa memperoleh rejeki lagi setelahnya. Berbeda dengan saudara kita yang kekurangan, jika kita tidak membantunya maka siapa lagi?

Anggap saja sedekah kita sebagai wujud syukur karena kita diberikan kecukupan dalam hidup oleh Allah. Selain itu, bersedekah memiliki manfaat bagi diri seorang muslim dan pastinya, kita akan mendapat pahala. Yang penting, bersedekahlah dengan niat karena Allah.

Omong-omong, ane sudah lama tidak bertemu dengan Tris, entah sudah berapa tahun, sejak ane pindah tempat kerja dan mulai banyak kesibukan, sementara Tris saat itu, ia juga sedang sibuk mempersiapkan rencana pernikahannya.

Apa kabar denganmu, Tris? Apa kau sudah punya anak sekarang? Ada berapa keponakanku, hah? Semoga kau dan keluarga kecilmu selalu dilimpahkan kebahagiaan, kesehatan dan rahmat dari Allah, aamiin allahumma aamiin.



Oke deh, Gan sekian dulu, ya thread kali ini. Jumpa lagi di thread mendatang.


Sumber : Pengalaman Ane
Foto : Ada pada Foto



Spoiler for Bukti SS berbagi cendol:


Spoiler for Ss Bukti Isi Form COC Ramadhan 2020:



WARNING!!!

TEMBAK BATA, PLEASE! emoticon-Ngamuk
Diubah oleh and 01-05-2020 21:39
rizalpopeyeAvatar border
oranduweidAvatar border
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby dan 23 lainnya memberi reputasi
24
481
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan