- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TRAUMA! Kandasnya Cinta Karena Tragedi Masa Lalu


TS
dellesology
TRAUMA! Kandasnya Cinta Karena Tragedi Masa Lalu

Pagi ini sama seperti hari biasanya aku terbangun membuka jendela pagi agar aku bisa melihat mentari pagi yang bersinar sama seperti nama yang telah ibu dan ayah ku berikan padaku Mentari. Hari itu tepat 3 tahun hubunganku dengan seorang perwira TNI yang awalnya ku kenal tak sengaja saat dia bertugas di tempatku tinggal, namanya Ari biasa aku panggil Uda Ari, karena usia terpaut 3 tahun jadi ku coba hormati dia seperti halnya ku menghormati orang yang lebih tua dariku.

Sumber gambar: Image Google
Saat itu dia sedang bertugas dan memang setiap hari saat jam makan siangnya selalu ku sempatkan untuk membawakannya masakan yang ku masak sendiri. Saat itu adalah hari jadi kami yang ketiga tahun, dan saat malam harinya biasanya kami selalu merayakan hari jadi kami dengan sangat sederhana namun berkesan. Biasa kami menghabiskan hari jadi kami dengan berkunjung ke salah satu rumah singgah, yang dimana aku sering mengajar untuk anak-anak dirumah singgah tersebut.
Bagi kami berbagi dengan yang lain merupakan wujud syukur kami atas hubungan yang terjalin selama ini. Hari itu setelah Uda Ari mengantarku pulang kita sempat mampir untuk makan malam di salah satu kaki lima yang tak jauh dari rumahku, saat itu awal mula hubunganku dan Uda Ari dalam ambang perpisahan. Saat sedang menyantap makananku Uda berkata.
"Ade tak terasa kita sudah tiga tahun bersama sejauh ini, dimulai saat Uda ketemu ade yang tak sengaja sedang pulang dari perantauan untuk menuntut ilmu." Ucapnya seraya memandangku.
Saat itu aku hanya mengangguk dan tersenyum tak bisa memang ku sembunyikan kebahagiaan itu dari raut wajahku.
"De, tahun ini umur Uda sudah 26 dan umur adepun sudah 23 tahun, kira-kira apa ade siap untuk bisa membawa hubungan kita ke jenjang yang lebih dek, karena Uda tak ingin ada fitnah nantinya ketika kita lama berhubungan tanpa keluarga ade tau." Ucap Uda Ari lagi seraya memakan, makannya.
"Aku ingin Uda tapi aku belum adalah keberanian untuk cakap ke Bapak dan Amak." Jawabku seraya memandanginya.
"Cobalah dek buka omongan pada Amak dan Bapak bahwa ada yang serius ingin meminang adek." Ucap Uda Ari.
Akupun hanya membalas mengangguk, setelah sampai kerumah ku langsung bilas badan dan merebahkan badan seraya memikirkan ucapan Uda Ari tentang keseriusannya meminangku.
Keesokan paginya seperti biasa aku membantu Amak untuk menyiapkan dagangan karena hari itu hari minggu jadi aku ada waktu untuk dekat dengan Amak dengan harapan saat itu ku bisa mengatakan perkataan dari Uda Ari semalam.
"Mak!!!." Panggilku ke Amakku saat Amak masih mempersiapkan dagangan untuk dijual.
"Ada apa tumben, manggil Amak." Jawab Amak
"Tari ingin ngomong sesuatu dengan Amak sebelum bicara sama bapak." Ucapku.
"Ada apa ni, serius sangatlah kayanya yang akan kau cakap ni." Timpal Amakku sambil Amak duduk disampingku.
"Gini Mak, ada seorang pria yang sudah siap untuk meminang Tari, rencana Tari ingin kenalkan ke Bapak dan Amak." Ucapku dengan rasa takut dan gugup.
"Alhamdulillah baguslah Tari kalau macam tu, Ajaklah esok untuk makan malam dengan Bapak dan Amak, nanti Amak ceritakan ke Bapakmu." Jawab Amakku seraya menyunggingkan senyum bahagia.
"Terimakasih Mak!!!." Ucapku seraya memeluk Amak dan lanjut membatunya untuk menyiapkan dagangannya.
*****

Sumber Gambar: Image Google.

Sumber Gambar: Image Google.
Keesokan harinya setelah malamnya ku hubungi Uda Ari menyampaikan undangan makan dan perkenalan dengan bapak dan Amak, Uda langsung menyetujui dan akan datang ke rumah tepat setelah Ba'da Isya. Sambil menunggu Bapak langsung berkata padaku.
"Tar berapa lama kau kenal sama kekasih kau ni?" Tanya bapak seraya menghisap seputung rokok.
"Sudah 3 Tahun Pak Tari kenalpun tak sengaja waktu itu di Bandaram saat tari nak balik ke rumah." Jawabku sambil cemas menunggu kedatangan Uda Ari.
"Ah!! Lamanya kenapa tak beritahu Bapak, kalau serius bapak tak masalah, Asal calon kau...." Belum selesai Bapak berbicara tiba-tiba datang Uda Ari mengucap salam pada bapak dan aku yang memang menunggunya di teras rumah.
"Assalamualaikum!!" Ucap Uda Ari.
"Waalaikumsalam" Jawabku dan Bapak.
"Pak kenalkan saya Ari kekasih Tari" Ucap Uda Ari seraya mencium tangan bapak.
"Oh!!! Ini nak Ari masuk nak, masuk Amak sama Bapak sudah siapkan hidangan masuk nak" Sambut bapak sambil merangkul Uda Ari.
Setelah kejadian itu perasaanku lega ternyata sejauh ini Amak dan Bapak seperti memberikan angin segar pada hubunganku dan Uda Ari. Setelah makan malam Bapak dan Amak berbicang kepada Uda Ari sedangkan aku menyiapkan minum dan Amak menyuruhku untuk masuk ke dalam. Setelah perbincangan yang cukup lama sekitar 30 menit Amak memanggilku dan saat itu Uda Ari pamit, ku masih melihat raut wajah yang sangat senang dari Amak dan Bapak sampai kulihat Uda Ari telah jauh meninggalkan rumah, Amak dan Bapak memanggilku.
"Tar bapak mau bicara sama kamu nak." Panggil bapak kepadaku, tetapi kali ini raut wajah bapak seketika berubah menjadi ekspresi kecewa, dalam hati ada apa ini apa Uda berbicara sesuatu yang membuat Bapak kecewa.
"Tar bapak sebenarnya kurang setuju jika Tari bersama Ari." Ucap bapak padaku.
Sontak akupun kaget rasanya seperti tersambar petir disiang hari, dan saat bapak berbicara seperti itu tak terasa air mataku jatuh.
"Kenapa pak?" tanyaku dengan suara lirih.
"Kamu tahukan Tar Kakekmu, dan Almarhum abangmu adalah seorang Abdi negara dulu?" tanya bapak seraya memandangku.
"Iya aku tahu pak, tapi apa yang salah, Uda Aripun serius dan sayang sama Tari Pak" jawabku dengan nada yang sedikit tinggi.
"Iya Bapak Amak tahu tapi lihat nasib Kakek dan Abangmu yang dulu pernah Bapak ceritakan, mereka meninggal saat mereka bertugas dan sekarang istri abangmu dan anaknya juga hidup sendiri ditambah istri abangmu tak kerja dan kerjanya sekarang membantu Amak berdagang untuk menghidupi kehidupannya dan anaknya, dan kamu ingat kakekmu dulu Bapak pernah cerita bagaimana kakekmu meninggal karena ditembak oleh tentara saat itu, Bapak tidak ingin masa depanmu sama seperti kakak iparmu ataupun nanti terjadi apa-apa padamu, Bapak tahu niat Ari baik tapi Tari ingatlah keluarga kita punya masalah kelam terhadap sosok tentara, Bapak hanya tidak ingin terjadi apa-apa dikehidupanmu kedepan, pokonya besok Tari harus putuskan hubungan dengan Ari, biar nanti Bapak carikan jodoh yang lebih dari Ari" Jawab bapak sambil merangkulku.
"Apa semua tentara akan bernasib sama kaya Abang Pak?, apa iya nasib Tari akan sama kaya kakek yang ditembak sama tentara waktu itu, Gak pak kenapa bapak seolah mesamakan bahwa tentara itu akan mati cepat atau setiap tentara itu jahat." Jawabku seraya menangis dan berusaha tegar.
"Bapak tahu Tari tapi bapak dan amak kau masih trauma bahkan keluarga kitapun yang kamu tahu trauma dengan kejadian Abang kau yang meninggal saat bertugas keluar dan sampai saat ini kita tak bisa dan tak tahu mana kuburnya, dan masalah kakek abah tidak masalah Tar dengan tentara ya bapak tahu tidak semua tentara sekejam yang dilakukan seorang tentara pada kakek kau tapi Bapak gak mau anak bapak atau mantu Bapak bernasib sama seperti Abang kau, bahkan Adik kaupun Dimas ingin daftar abdi negarapun bapak larang Tar, tolong Tar turuti saran bapak, bapak yakin kau akan bahagia dengan yang lain bukan dengan Ari saja." Balas Bapak.
Setelah itu aku berlari dan mengunci diriku kekamar, sejak saat itu 3 hari aku tak berbicara kepada amak dan bapak. Namun pada akhirnya ku beranikan diri setelah 3 hari selepas kejadian itu untuk berbicara kepada Uda Ari mana yang terbaik untuk hubungan kami.
"Tar berapa lama kau kenal sama kekasih kau ni?" Tanya bapak seraya menghisap seputung rokok.
"Sudah 3 Tahun Pak Tari kenalpun tak sengaja waktu itu di Bandaram saat tari nak balik ke rumah." Jawabku sambil cemas menunggu kedatangan Uda Ari.
"Ah!! Lamanya kenapa tak beritahu Bapak, kalau serius bapak tak masalah, Asal calon kau...." Belum selesai Bapak berbicara tiba-tiba datang Uda Ari mengucap salam pada bapak dan aku yang memang menunggunya di teras rumah.
"Assalamualaikum!!" Ucap Uda Ari.
"Waalaikumsalam" Jawabku dan Bapak.
"Pak kenalkan saya Ari kekasih Tari" Ucap Uda Ari seraya mencium tangan bapak.
"Oh!!! Ini nak Ari masuk nak, masuk Amak sama Bapak sudah siapkan hidangan masuk nak" Sambut bapak sambil merangkul Uda Ari.
Setelah kejadian itu perasaanku lega ternyata sejauh ini Amak dan Bapak seperti memberikan angin segar pada hubunganku dan Uda Ari. Setelah makan malam Bapak dan Amak berbicang kepada Uda Ari sedangkan aku menyiapkan minum dan Amak menyuruhku untuk masuk ke dalam. Setelah perbincangan yang cukup lama sekitar 30 menit Amak memanggilku dan saat itu Uda Ari pamit, ku masih melihat raut wajah yang sangat senang dari Amak dan Bapak sampai kulihat Uda Ari telah jauh meninggalkan rumah, Amak dan Bapak memanggilku.
"Tar bapak mau bicara sama kamu nak." Panggil bapak kepadaku, tetapi kali ini raut wajah bapak seketika berubah menjadi ekspresi kecewa, dalam hati ada apa ini apa Uda berbicara sesuatu yang membuat Bapak kecewa.
"Tar bapak sebenarnya kurang setuju jika Tari bersama Ari." Ucap bapak padaku.
Sontak akupun kaget rasanya seperti tersambar petir disiang hari, dan saat bapak berbicara seperti itu tak terasa air mataku jatuh.
"Kenapa pak?" tanyaku dengan suara lirih.
"Kamu tahukan Tar Kakekmu, dan Almarhum abangmu adalah seorang Abdi negara dulu?" tanya bapak seraya memandangku.
"Iya aku tahu pak, tapi apa yang salah, Uda Aripun serius dan sayang sama Tari Pak" jawabku dengan nada yang sedikit tinggi.
"Iya Bapak Amak tahu tapi lihat nasib Kakek dan Abangmu yang dulu pernah Bapak ceritakan, mereka meninggal saat mereka bertugas dan sekarang istri abangmu dan anaknya juga hidup sendiri ditambah istri abangmu tak kerja dan kerjanya sekarang membantu Amak berdagang untuk menghidupi kehidupannya dan anaknya, dan kamu ingat kakekmu dulu Bapak pernah cerita bagaimana kakekmu meninggal karena ditembak oleh tentara saat itu, Bapak tidak ingin masa depanmu sama seperti kakak iparmu ataupun nanti terjadi apa-apa padamu, Bapak tahu niat Ari baik tapi Tari ingatlah keluarga kita punya masalah kelam terhadap sosok tentara, Bapak hanya tidak ingin terjadi apa-apa dikehidupanmu kedepan, pokonya besok Tari harus putuskan hubungan dengan Ari, biar nanti Bapak carikan jodoh yang lebih dari Ari" Jawab bapak sambil merangkulku.
"Apa semua tentara akan bernasib sama kaya Abang Pak?, apa iya nasib Tari akan sama kaya kakek yang ditembak sama tentara waktu itu, Gak pak kenapa bapak seolah mesamakan bahwa tentara itu akan mati cepat atau setiap tentara itu jahat." Jawabku seraya menangis dan berusaha tegar.
"Bapak tahu Tari tapi bapak dan amak kau masih trauma bahkan keluarga kitapun yang kamu tahu trauma dengan kejadian Abang kau yang meninggal saat bertugas keluar dan sampai saat ini kita tak bisa dan tak tahu mana kuburnya, dan masalah kakek abah tidak masalah Tar dengan tentara ya bapak tahu tidak semua tentara sekejam yang dilakukan seorang tentara pada kakek kau tapi Bapak gak mau anak bapak atau mantu Bapak bernasib sama seperti Abang kau, bahkan Adik kaupun Dimas ingin daftar abdi negarapun bapak larang Tar, tolong Tar turuti saran bapak, bapak yakin kau akan bahagia dengan yang lain bukan dengan Ari saja." Balas Bapak.
Setelah itu aku berlari dan mengunci diriku kekamar, sejak saat itu 3 hari aku tak berbicara kepada amak dan bapak. Namun pada akhirnya ku beranikan diri setelah 3 hari selepas kejadian itu untuk berbicara kepada Uda Ari mana yang terbaik untuk hubungan kami.
***

Sumber: Image Google.

Sumber: Image Google.
Saat itu ku bertemu dengan Uda Ari dirumah singgah setelah aku mengajar, kebetulan dirumah singgah tersebut terdapat taman yang biasa aku dan Uda Ari bercerita berbagi keluh kesah kami.
"Uda!!!" Panggilku.
"iya kenapa dek, bagaimana apa amak dan bapak setuju dengan hubungan kita." Tanya Uda ari sambil memandangiku.
Saat itu aku tak kuasa menahan tangisku dan seketika Uda Ari merangkulku dan berkata.
"Kenapa dek? Kok ade nangis" tanyanya padaku seraya menenangkanku.
Selapas itu akupun menceritakan semua omongan bapak setelah Uda Ari bertandang datang kerumah untuk berkenalan kepada Bapak dan Amak. Setelah ku ceritakan semua raut wajahnyapun menunjukkan kekecewaan yang amat.
"Udah tenang nanti Uda coba lagi untuk bicara sama Amak dan Bapak, yang penting sekarang ade jangan nangis, ayo Uda antar pulang dan sekaligus bicara dengan bapak dan Amak." Ucapnya seraya mengantarku pulang.
Sesampai dirumah aku langsung masuk kekamar dan Uda langsung berbicara pada Bapak dan Amak. Tak tahu berapa lama Uda berbicara pada Amak dan Bapak karena saat itu aku langsung tertidur seraya setelah bangun ada keajaiban dari Bapak dan Amak. Namun dugaanku salah saat ku melihat handphone aku mendapatkan pesan dari Uda untuk bertemu dan membicarakan hubunganku dan dia nanti malam.
Saat ku terbangun aku langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat ashar seraya memohon kepada tuhan untuk dikuatkan hati dan perasaanku terhadap keputusan hubungan kami. Selepas sholat Amak menghampiriku dan memeluk sambil berkata.
"Maafkan Amak dan Bapak ya Tar, ini keputusan berat buat bapak namun karena trauma bapak kehilangan Abang kau dan tadipun Amak, Abang Hilman, Mba Reni (istri abangku yang meninggal) dab Dimas Adik kau tak bisa mengubah keputusan bapak Tar maafin Amak semoga nanti Allah kirim orang yang lebih baik untukmu Tar" Ucap amak sambil menangis.
Saat itu memang akupun tak kuasa menahan tangisku di pelukan Amak. Malam harinya sesuai dengan janji dan tempat yang ditunjuk oleh Uda Ari untuk bertemu tiba-tiba aku merasa takut menghampiri Uda Ari yang memang sudah menunggu sejak tadi.
"Uda!!!" Panggilku pelan.
"Ade!!!" Jawabnya.
"De maafin Uda mungkin memang ini keputusan yang sulit bukan cuman untuk Uda tapi untuk kita setelah tadi Uda berusaha meyakinkan Bapak, ternyata pendirian bapak tetap sama dek." Ucapnya seraya memegang tanganku dan menatapku.
Saat itupun air mataku mengalir tak kuasa menahan dan mendengar keputusan yang keluar nantinya.
"Lalu hubungan kita bagaimana Uda?" tanyaku seraya memandang wajahnya.
"Dengan berat hati Uda tak ingin ade menjadi anak durhaka kepada Bapak, mungkin ini keputusan yang sulit tapi yakin dibalik ini semua nanti akan ada Mentari baru untuk ade yang akan menggantikan posisi Uda di hidup ade, maafin Uda dek mungkin kita sampai disini. Uda senang bisa kenal ade tiga tahun belakangan ini ade wanita yang pinter kuat, peduli dengan yang lain tapi mungkin Uda kurang baik untuk ade maka Allah pisahkan kita dengan cara yang baik pula." Ucapnya seraya memelukku.

Sumber: Image Google.
Akupun hanya menangis terisak dipelukkan Uda setelah itu ku hanya diam dan hanya bisa memandang wajah Uda Ari saja.
"Dek ini untuk ade, terimakasih sudah mengajarkan Uda peduli dengan orang lain semoga ade mendapatkan pasangan yang baik yang bisa disetujui oleh Bapak, inget dek mungkin Allah tidak menakdirkan kita bersama tapi ingat rencana Allah indah bagi orang yang percaya dengan rencananya, mungkin kita ketemu saat nanti kita telah tiada, tapi yang harus ade ingat ade tetap bidadari pertama dan wanita pertama yang mengubah hidup abang lebih bermakna dan bearti lagi, semoga kita bisa bahagia setelah kejadian ini, dan Uda mau kita tetap bersilaturahmi dan menjadi sahabat baik ya de." Ucapnya.
Setelah itu aku lari meninggalkan Uda Ari untuk kembali kerumah dann langsung aku menelpon salah satu dosen saatku kuliah sarjana dulu untuk aku mengurus sekolah masterku lagi keluar sambil melupakan kejadi hari itu.
"Uda!!!" Panggilku.
"iya kenapa dek, bagaimana apa amak dan bapak setuju dengan hubungan kita." Tanya Uda ari sambil memandangiku.
Saat itu aku tak kuasa menahan tangisku dan seketika Uda Ari merangkulku dan berkata.
"Kenapa dek? Kok ade nangis" tanyanya padaku seraya menenangkanku.
Selapas itu akupun menceritakan semua omongan bapak setelah Uda Ari bertandang datang kerumah untuk berkenalan kepada Bapak dan Amak. Setelah ku ceritakan semua raut wajahnyapun menunjukkan kekecewaan yang amat.
"Udah tenang nanti Uda coba lagi untuk bicara sama Amak dan Bapak, yang penting sekarang ade jangan nangis, ayo Uda antar pulang dan sekaligus bicara dengan bapak dan Amak." Ucapnya seraya mengantarku pulang.
Sesampai dirumah aku langsung masuk kekamar dan Uda langsung berbicara pada Bapak dan Amak. Tak tahu berapa lama Uda berbicara pada Amak dan Bapak karena saat itu aku langsung tertidur seraya setelah bangun ada keajaiban dari Bapak dan Amak. Namun dugaanku salah saat ku melihat handphone aku mendapatkan pesan dari Uda untuk bertemu dan membicarakan hubunganku dan dia nanti malam.
Saat ku terbangun aku langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat ashar seraya memohon kepada tuhan untuk dikuatkan hati dan perasaanku terhadap keputusan hubungan kami. Selepas sholat Amak menghampiriku dan memeluk sambil berkata.
"Maafkan Amak dan Bapak ya Tar, ini keputusan berat buat bapak namun karena trauma bapak kehilangan Abang kau dan tadipun Amak, Abang Hilman, Mba Reni (istri abangku yang meninggal) dab Dimas Adik kau tak bisa mengubah keputusan bapak Tar maafin Amak semoga nanti Allah kirim orang yang lebih baik untukmu Tar" Ucap amak sambil menangis.
Saat itu memang akupun tak kuasa menahan tangisku di pelukan Amak. Malam harinya sesuai dengan janji dan tempat yang ditunjuk oleh Uda Ari untuk bertemu tiba-tiba aku merasa takut menghampiri Uda Ari yang memang sudah menunggu sejak tadi.
"Uda!!!" Panggilku pelan.
"Ade!!!" Jawabnya.
"De maafin Uda mungkin memang ini keputusan yang sulit bukan cuman untuk Uda tapi untuk kita setelah tadi Uda berusaha meyakinkan Bapak, ternyata pendirian bapak tetap sama dek." Ucapnya seraya memegang tanganku dan menatapku.
Saat itupun air mataku mengalir tak kuasa menahan dan mendengar keputusan yang keluar nantinya.
"Lalu hubungan kita bagaimana Uda?" tanyaku seraya memandang wajahnya.
"Dengan berat hati Uda tak ingin ade menjadi anak durhaka kepada Bapak, mungkin ini keputusan yang sulit tapi yakin dibalik ini semua nanti akan ada Mentari baru untuk ade yang akan menggantikan posisi Uda di hidup ade, maafin Uda dek mungkin kita sampai disini. Uda senang bisa kenal ade tiga tahun belakangan ini ade wanita yang pinter kuat, peduli dengan yang lain tapi mungkin Uda kurang baik untuk ade maka Allah pisahkan kita dengan cara yang baik pula." Ucapnya seraya memelukku.

Sumber: Image Google.
Akupun hanya menangis terisak dipelukkan Uda setelah itu ku hanya diam dan hanya bisa memandang wajah Uda Ari saja.
"Dek ini untuk ade, terimakasih sudah mengajarkan Uda peduli dengan orang lain semoga ade mendapatkan pasangan yang baik yang bisa disetujui oleh Bapak, inget dek mungkin Allah tidak menakdirkan kita bersama tapi ingat rencana Allah indah bagi orang yang percaya dengan rencananya, mungkin kita ketemu saat nanti kita telah tiada, tapi yang harus ade ingat ade tetap bidadari pertama dan wanita pertama yang mengubah hidup abang lebih bermakna dan bearti lagi, semoga kita bisa bahagia setelah kejadian ini, dan Uda mau kita tetap bersilaturahmi dan menjadi sahabat baik ya de." Ucapnya.
Setelah itu aku lari meninggalkan Uda Ari untuk kembali kerumah dann langsung aku menelpon salah satu dosen saatku kuliah sarjana dulu untuk aku mengurus sekolah masterku lagi keluar sambil melupakan kejadi hari itu.
***

Sumber: Image Google.

Sumber: Image Google.
Dua bulan setelah kejadian itu akupun mendapat beasiswa meneruskan sekolahku di negara yang menjadi impian ku selama ini yakni Turki, dengan harapan ku bisa melupakan kejadi memilukan bagi hidupku kehilangan cinta akibat trauma yang menghantui keluargaku saat itu.
Saat sebelum berangkat ke istanbul untuk melanjutkan sekolahku hapeku berdering disaat aku akan masuk ke ruang check in dan melepas rindu yang nantinya aku akan jauh dari keluarga yang aku sayangi. Tiba-tiba ada pesan Whatsapp masuk dan saat ku cek handphone ada beberapa nomor yang tak aku kenal lalu dalam Whatsapp tersebut ada Voice note yang dikirim dari seseorang yang tak tau siapa dan apa isinya. Saat ku dengar kupun langsung meneteskan air mata dan Ternyata voice dari Uda Ari langsung ku telpon nomor tersebut dan diangkat.
"Hallo Mentari" Panggil Uda Ari diseberang sana.
"Hallo Uda" Jawabku sambil menahan tangis.
"Selamat Mentari akhirnya mimpimu terwujud untuk bisa melanjukan sekolah seperti yang kamu inginkan, maafin Uda tidak bisa menemani Tari disana, jaga diri baik-baik semoga Tari mendapatkan pendamping yang bisa menjadi imam yang baik bagi tari, maaf Uda tidak bisa berjuang lebih bagi hubungan kita, karena Uda gak mau memaksa keinginan Uda dan membuat Tari menjadi anak pembangkang pada Amak dan Bapak bahagia selalu yah Bidadariku." ucapnya.
"Iya terimakasih semoga Uda juga mendapatkan istri yang baik yang bisa menggantikan posisi Tari di hati Uda, Tari pamit Uda terimakasih sudah mengisi hari-hari Tari ditengah kesibukkan Tari dan kerjaan Tari terimakasih Uda." Jawabku.
Setelah itu telponku matikan karena tak kuasa menahan tangis, dan ku buka satu kotak yang berisi hadiah yang belum ku buka setelah dua bulan kejadian kandasnya hubunganku, dan hadiah itu menjadi kenangan terindah untukku dan sebagai penyemangatku.
END
Istanbul, 01 April 2020
Saat sebelum berangkat ke istanbul untuk melanjutkan sekolahku hapeku berdering disaat aku akan masuk ke ruang check in dan melepas rindu yang nantinya aku akan jauh dari keluarga yang aku sayangi. Tiba-tiba ada pesan Whatsapp masuk dan saat ku cek handphone ada beberapa nomor yang tak aku kenal lalu dalam Whatsapp tersebut ada Voice note yang dikirim dari seseorang yang tak tau siapa dan apa isinya. Saat ku dengar kupun langsung meneteskan air mata dan Ternyata voice dari Uda Ari langsung ku telpon nomor tersebut dan diangkat.
"Hallo Mentari" Panggil Uda Ari diseberang sana.
"Hallo Uda" Jawabku sambil menahan tangis.
"Selamat Mentari akhirnya mimpimu terwujud untuk bisa melanjukan sekolah seperti yang kamu inginkan, maafin Uda tidak bisa menemani Tari disana, jaga diri baik-baik semoga Tari mendapatkan pendamping yang bisa menjadi imam yang baik bagi tari, maaf Uda tidak bisa berjuang lebih bagi hubungan kita, karena Uda gak mau memaksa keinginan Uda dan membuat Tari menjadi anak pembangkang pada Amak dan Bapak bahagia selalu yah Bidadariku." ucapnya.
"Iya terimakasih semoga Uda juga mendapatkan istri yang baik yang bisa menggantikan posisi Tari di hati Uda, Tari pamit Uda terimakasih sudah mengisi hari-hari Tari ditengah kesibukkan Tari dan kerjaan Tari terimakasih Uda." Jawabku.
Setelah itu telponku matikan karena tak kuasa menahan tangis, dan ku buka satu kotak yang berisi hadiah yang belum ku buka setelah dua bulan kejadian kandasnya hubunganku, dan hadiah itu menjadi kenangan terindah untukku dan sebagai penyemangatku.
END
Istanbul, 01 April 2020
Spoiler for Sumber:




palapanusa dan noprirf memberi reputasi
2
508
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan