- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Biar Cintaku Hanya Menjadi Salah Satu Kisah Cintamu..


TS
winwidya
Biar Cintaku Hanya Menjadi Salah Satu Kisah Cintamu..

Matahari pagi ini masih menyisakan kehangatan senyumanmu yang ingin ku lupa itu.
Senandung kicau burung makin membuatku teringat suaramu, namun semua harus aku lupakan.
Aah.. benar benar kisah yang rumit.
Namaku Dinda, seorang gadis biasa tanpa popularitas.
Aku bukan anak orang kaya ataupun seseorang yang memiliki pamor terutama ketika aku masih duduk di bangku Sekolah dulu.
Masa SMP, disanalah cintaku pertama kali bersemi.
Mungkin ini hanya kisah cinta yang mereka sebut "Cinta Monyet".
Tapi ini merupakan Cinta Pertamaku dan masih belum bisa ku lupa setelah 6 tahun berlalu.

*Sumber Foto : Koleksi Pribadi Penulis
....
Pagi itu sangat dingin, tapi aku tak bisa kembali tidur.
Ya ini adalah hari senin, aku harus sekolah.
Seperti biasa, aku bangun jam 4 pagi.
Untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan bersiap mandi.
Waktu menunjukkan pukul 5.45 dan aku sudah membuka pintu pagar untuk berangkat sekolah.
Sekolahku memang cukup jauh.
Aku harus naik kendaraan umum satu kali dan berjalan sekitar 1km untuk mencapai sekolahku itu.
Namun segarnya udara pagi seakan membuatku tak merasakan lelah.
Karena aku selalu datang paling awal, aku selalu membereskan kelas agar terlihat bersih.
Saat itu aku sedang menyapu halaman kelas ku dan tak sengaja melihat seorang anak lelaki yang lewat di depan kelasku, wajahnya tidak begitu tampan tapi dia manis menurutku.
Kulitnya sawo matang.
Sorot mata yang tegas namun sepertinya dia pemalu.
Tak sengaja mata kami pun bertemu.
Langsung aku alihkan perhatianku, tapi hatiku tak dapat berbohong "Aku penasaran siapa dia?".
Entah sejak kapan dan kenapa tiba tiba? Entahlah, aku sendiri tidak mengerti apa yang kurasakan ini.
Saat itu ku alihkan fikiran ku, "Dinda, apa yang kamu fikirkan? Mengenalnya saja tidak! Ingat kamu masih kelas 2 SMP masih harus belajar, focus sekolah!", Gumamku dalam hati.
Hari demi hari kian berlalu, dan tak tau kenapa rasa penasaranku pada anak lelaki itu selalu muncul.
Suatu ketika dia kembali lewat di depan kelasku, dan kembali kami saling bertatapan tanpa bisa aku hentikan mataku ini.
Ternyata kelasnya berada di samping kelasku.
"Oh, Ya Tuhan.. Siapa dia? Kenapa perasaanku tidak karuan seperti ini?"
"Dinda.." Sapa temanku Yanti.
Seketika aku terbangun dari lamunanku.
"Ngelamun aja, yuk masuk kelas"
Aku hanya mengganggukkan kepalaku dan memasuki kelas kami sambil sesekali melirik ke kelas anak lelaki itu.
Makin hari, perasaan ku makin tak karuan.
Aku tak tahu apakah inibyang dinamakan cinta?
Akupun tak tahu mengapa hatiku selalu berdebar saat aku melihatnya.
Aku juga tidak tahu mengapa ada perasaan selalu ingin bertemu, padahal nama dia pun aku tidak tahu!
"Ya Tuhan, apa yang salah dengan diriku? Siapa anak lelaki itu? Dan kenapa makin hari aku merasakan perasaan aneh ini?"
Semakin hari perasaanku semakin menggebu.
Selalu mencuri pandang mencari anak itu.
Sejak itu aku sering menulis puisi, dan dalam buku harianku ku tuliskan :
"Kamu membuatku merasakan rindu"
"Kamu membuat hatiku merasakan bagaimana itu sendu"
"Dalam bayang ku kagumi dirimu"
"Siapa namamu? Akupun tak tahu"
"Tapi mengapa kau selalu mengganggu fikiranku"
"Kamu membuat hatiku merasakan bagaimana itu sendu"
"Dalam bayang ku kagumi dirimu"
"Siapa namamu? Akupun tak tahu"
"Tapi mengapa kau selalu mengganggu fikiranku"
Setahun berlalu, saat itu aku baru naik ke kelas 3 SMP.
Dengan segala kesibukan tugas dan organisasi yang aku ikuti di sekolah, aku masih berusaha mencari tahu siapa nama anak lelaki itu.
Saat itu kebetulan aku satu angkot dengan salah seorang temanku yang satu kelas dengan si anak lelaki itu, ku beranikan diri untuk bertanya padanya.
"Eh Wid, gimana di kelas 3 ini?" Basa basi ku pada Wida temanku.
"Lumayan asik ko. Anak anaknya juga asik"
"Hhmm.. eh itu yang suka bareng sama Adi siapa?" Tanyaku pelan.
"Oohh Anjar? Yang suka bareng sama Adi ya Anjar. Yang item item manis itu kan?"Jawab Wida.
Ternyata Anjar namanya. Aku hanya mengangguk seraya menyembunyikan senyumanku.
1 tahun sudah aku bertanya tanya siapa dia, dan akhirnya aku tau namanya.
Anak lelaki yang selama ini selalu melelehkan hatiku.
Anak lelaki yang selalu aku curi pandang hanya untuk melihat senyuman dan tawanya, bahkan mungkin tanpa dia tau bahwa aku adalah pemuja rahasianya.

Sumber : masjaki.com (https://images.app.goo.gl/HCgTvAKwFzgU6s3x5)
Hari berlalu, ujian praktek untuk kelulusan dimulai.
Satu hal dalam ingatanku adalah aku amat sangat bahagia saat itu, hanya karena sikapnya yang seolah memperhatikanku juga.
"Aahh aku sudah gila, hanya karena berpapasan dengannya dan kami saling bertatapan bahkan sampai memutar leher untuk tetap saling memandang, aku merasa dia menyukaiku?! Gila, aku sudah gila!. Tentu itu tidak mungkin!".
Kembali aku tepis perasaanku karena aku tau kami memiliki batas yang tidak bisa aku tembus.
Apalah aku ini? Hanya seorang gadis biasa, sederhana dan apa adanya.
Sedangkan dia dan teman temannya terlihat hidup mewah, bahkan satu hal yang mematahkan hatiku adalah akhirnya aku tahu bahwa dia sudah punya pacar yang tidak lain masih teman satu kelasnya.
Mungkin perasaan itu hanya bisa aku pendam dan aku nikmati untuk diriku sendiri saja.
Sampai aku bercerita pada salah seorang sahabatku Vira, dan dia masih memegang rahasia itu sampai 5 tahun setelahnya.
Kelulusan semakin dekat, aku tahu dia pasti akan masuk SMA Negeri dan aku hanya bisa masuk SMA Swasta.
Walaupun nilaiku cukup bagus, tapi keluargaku tak punya cukup biaya untuk menyekolahkanku di sekolah elite seperti yang lain.
Aku pun kembali menepis perasaanku, membohongi diriku sendiri, walaupun aku tak dapat menghilangkan rasa yang aku tanam entah sejak kapan.
...
5 tahun kemudian, setelah aku tepis harapanku dan mengubur perasaanku padanya, entah mengapa malam itu aku kembali mengingatnya.
Mengingat tatapannya, tawanya, senyumnya, semua tentang dia.
Dia hadir dalam mimpiku dan merusak fikiranku, lagi.
"Ya Tuhan, kenapa lagi sekarang? Kenapa aku kembali memgingatnya? Sudah 5 tahun berlalu dan dia kembali lagi masuk ke dalam mimpiku, mengacaukan otakku lalu menghantui hati dan fikiranku!"
Karena hati yang gusar aku bercerita pada sahabatku vira.
Tak lama vira mencari akun sosial media milik Anjar lalu mengirim pesan padanya.
Disana vira menceritakan tentang aku pada Anjar.
"Vir kenapa kamu bilang dia sih..."
"Din, kamu ga boleh gini terus. Utarakan perasaanmu agar kamu tidak dihantui penyesalan dikemudian hari. Sudah tenang aja, aku akan bantu kamu. Aku gak mau sahabatku seperti ini terus.
"Tapi vir, aku malu.. nanti gimana kalau dia balas pesan kamu. Gimana kalau dia kirim pesan sama aku? Aku harus gimana?"
"Udah, tenang aja Din. Aku yakin dia cowok yang baik".
"Ya sudah, terserah kamu saja vir". Jawabku lemas, karna aku tidak bisa membayangkan bagaimana tanggapan Anjar tentang aku?
Seorang wanita yang diam diam mengagumi dia selama 6 tahun? Itu gila dan aku tahu dia tidak akan percaya!
Esok harinya Vira mengirim sebuah pesan singkat padaku, dia mengirimkan sebuah nomor telpon.
Seketika aku merasa akan terbang.
"Din, aku cuma bisa bantu segini. Itu nomor Anjar, kamu bilang sendiri soal perasaanmu yah" Isi pesan dari Vira.
Makasih vir, makasih banyak kamu sudah membantuku.
Dengan keyakinan penuh aku mulai mengetik pesan, berisi tentang isi hatiku padanya.
Aku pun tak berharap untuk bisa dekat dengannya, tujuanku hanya ingin hati ini tenang dan tidak dibebani rasa penyesalan dikemudian hari.
Dan ternyata, dia membalas pesanku..
"Apa aku tidak salah, Anjar membalas pesan ku? Dan dia ingin bertemu? Ya Tuhan apakah aku bermimpi?." Rasa tidak percaya namun bahagia menyelimuti hatiku.
...
Di waktu dan tempat yang sudah ditentukan, kami bertemu.
Aku, Vira, Anjar dan Adi.
Awalnya aku merasa malu, wanita yang mengutarakan isi hatinya ini apakah masih dipandang baik dimata Anjar?
Tapi, Anjar tidak membahas itu sama sekali, bahkan mengajakku mengobrol sampai suasana menjadi ringan dan santai.
Kami pun asik mengobrol dan lalu dia mengantarkan aku pulang.
Aku berfikir, gak mungkin dia akan mau bertemu dan berikirim pesan denganku lagi kan?
Tapi tak lama setelah aku sampai rumah, HP ku berbunyi dan kulihat nama Anjar disana. Hatiku sangat tidak karuan, lalu aku buka pesan itu :
"Terimakasih untuk hari ini, next kita jalan lagi ya. Oya aku sudah sampai rumah, kamu lagi apa?"
Apa aku tidak salah baca?
Antara senang tapi bingung, apa maksud dari pesan ini.
Tak lama akupun mendapat pesan singkat dari Adi, sahabat Anjar.
Adi memang teman masa kecilku, dan dia pun sahabat Anjar sedari sekolah menengah pertama dulu.
Isi pesan Adi : "Anjar cowo yang baik, lagi jomblo. Gua dukung lo din! Gua tau lo perempuan baik-baik."
Mendapat pesan itu aku merasa senang sekaligus bertanya-tanya, apakah betul yang Adi bilang? Rasanya sulit dipercaya, tapi karna rasa suka ku yang terlalu dalam akupun percaya pada Adi.
Setelah itu kami sering menghabiskan akhir pekan bersama.
Malah kadang Anjar antar jemput aku ke tempat kerja atau ke kampus.
Aku merasa dunia berpihak pada ku kala itu.
Bisa dekat dengan orang yang aku puja selama 6 tahun ini. Suatu kebahagian terdalamku.
Walaupun memang tidak pernah ada ucapan bahwa dia menyukaiku ataupun ingin menjalin hubungan lebih lanjut.
Yang jelas walau hanya sebatas teman aku sudah merasa amat sangat senang.
Semakin lama kami semakin dekat, dan hubungan kami semakin baik.
Hingga suatu ketika dia berkata :
"Din, mama ku tau soal kamu" ucap Anjar[I] ketika kami sedang jalan - jalan ke salah satu taman kota.
[I]"Maksudnya?" Tanya ku penasaran
"Iya, mama bilang suruh ajak kamu ke rumah. Lebih cepat lebih baik".
"Ah kamu, ngasal aja kalo ngomong. Mana mungkin mama kamu bilang gitu".
"Ih, seriusan.. Gara - gara nya mama lihat foto kamu di HP ku. Cuman aku juga belum siap sih. Heheh" Ucap Anjar seraya tertawa ringan.
"Lagian kita juga cuma temenan aja kan, ga ada hubungan spesial juga". Sebenarnya aku memberikan kode waktu itu, karena memang tidak pernah ada kata JADIAN selama aku dekat dengan Anjar.
Entah Anjar mengerti atau tidak.
Aku sayang sama kamu Din".[I] Ucap Anjar pelan, tapi sayup sayup masih bisa ku dengar.
[I]"Apa? Kamu bilang apa barusan?"
"Mm.. Gak bilang apa - apa. Yuk ah cari makan, laper nih".
Anjar seperti menghindar, tapi aku pun mencoba untuk tidak memikirkannya lagi.
...
Selang 1 minggu tiba - tiba Anjar jadi jarang mengirim pesan atau menelpon ku.
Bahkan, pesan ku pun sangat jarang dia balas.
Saat itu aku merasa ada yang aneh, tapi Anjar selalu membalas pesan ku dan berkata bahwa dia sedang sibuk dengan urusannya.
Suatu malam sengaja aku buka akun Skype ku lalu ku lihat Anjar sedang online.
Aku pun langsung mengirim chat padanya.
Tapi seketika pula akun nya offline.
Semakin gusar hatiku, ada apa sebenarnya?
Setelah beberapa hari kami tidak saling mengirim pesan, aku melihat Anjar share sebuah foto di salah satu akun sosmed nya.
Foto dirinya dengan seorang wanita.
Manis, cantik, kulitnya putih, dan dia terlihat sangat bahagia di foto itu.
Pandangan Anjar seperti penuh Cinta pada wanita itu.
Tanpa terasa air mataku menetes, rasanya sakit sekali.
Bagai di sayat dan bahkan terasa sesak.
Walaupun memang hubungan kami ini tanpa status sama sekali.
Ku beranikan diri bertanya pada Adi, siapa wanita itu.
"Oh,, itu sih mantannya Anjar din. Masa SMA dulu. Kenapa? Cemburu yah?" Jawab adi sambil meledekku.
"Gak ko Di, tanya aja. Soalnya tumben banget update foto sama cewe. Lagian kenapa harus cemburu, aku kan ga ada hubungan apapun sama Anjar" Jawabku sambil tersenyum pada Adi, dan meyakinkan diri.
Ya, siapa aku ini? Status pun tak ada.
Tapi kenapa? Kenapa dia berbuat itu saat kita sudah sedekat ini?
Setelah kejadian itu Anjar menghilang.
Akupun sudah tak pernah mendengar kabarnya lagi, bahkan aku pun tak ingin bertanya pada Adi.
Terlalu sakit. Seperti aku di bawa terbang tinggi dan lalu di jatuhkan sekaligus.
Ya Tuhan, apa salahku padanya?
Lagipula aku juga tidak akan menghalangi dia untuk berhubungan dengan siapapun.
Aku masih sadar diri, aku masih tau dimana posisiku.
Aku memang bukan siapa - siapa dan tidak berhak apapun atas kehidupannya, tapi ini terlalu menyiksaku. Terlalu merusak batinku.
Aku hanya bisa menangis tanpa suara, terlalu sakit. Sangat sakit.
Saat itu pula, aku putuskan untuk kembali mengubur perasaanku dalam dalam dan melupakannya.
Aku hapus semua tentang dia, dari mulai foto bahkan nomor telponnya.
Aku sudah tidak ingin mengingatnya lagi.
...
1 tahun berlalu.
Aku sudah bahagia dengan kehidupanku dan melupakan rasa sakit dimasa itu.
Tapi ku lihat satu nomor telepon masuk tanpa nama. Dan aku hafal dengan nomor itu.
Ya, itu adalah nomor Anjar.
Entah kenapa dia menghubungiku lagi setelah 1 tahun menghilang tanpa alasan.
"Halo".
"Halo Din, apa kabar?"
"Baik, ada apa ya?"
"Gak apa apa. Ingin tau aja kabar kamu".
"Oh"
"Eh, boleh ketemu gak?"
"Buat apa? Sorry aku lagi sibuk. Nanti lanjut lagi". Ucapku sambil ku tutup telpon dan menenangkan hati.
Mau apa lagi dia? Kembali dia membuat hati dan fikiranku kacau.
Tapi sudah aku putuskan, aku tidak akan pernah berharap padanya lagi.
Bunyi SMS mengagetkan ku, dan ku lihat itu adalah nomornya :
"Din, tolong kasih aku satu kesempatan. Kita ketemu yah. Aku ingin bicara sama kamu".
Aku iyakan ajakannya, karena aku juga ingin memperjelas batasan kami.
...
Sore itu, di sebuah tempat yang sudah kami sepakati, kembali aku bertemu dengan Anjar.
Untuk pertama kalinya setelah 1 tahun dia menghilang tanpa jejak.
Di pinggir danau seraya matahari tenggelam kami kembali bertemu.

*Sumber Foto : Koleksi Pribadi Penulis
"Din, maafin aku. Gak seharusnya aku melepaskan kamu waktu itu".
"Aku tidak masalah, lagi pula aku memang bukan siapa siapa dan akupun tidak mempunyai hak atas dirimu. Aku masih sadar posisiku".
"Din, please jangan bilang gitu. Aku benar benar salah. Bisa kah kita mulai dari awal lagi?"
"Jar, terimakasih banyak untuk masa masa indah yang pernah kita lalui bersama.
Tapi maaf, hatiku sudah mati sejak dulu.
Aku tak pernah marah padamu, sungguh.
Aku sadar dimana aku berdiri dan kamu memang tidak salah.
Aku yang salah sudah mencoba meraih rembulan.
Aku yang salah karena terlalu berharap pada bintang.
Anjar, cukup disini saja. Maafkan aku karena sudah menjadi penggangu dalam kehidupanmu. Aku hanyalah pelabuhan kecil tempat kamu bersandar untuk sesaat, bukan untuk selamanya".
Ku tahan air mataku, dan akupun melihat mata Anjar berkaca - kaca.
Apapun alasan dia, hatiku sudah tak bisa aku buka kembali untuknya.
Aku takut, dan tak ingin masuk ke dalam jurang yang sama.
Anjar hanya terdiam dan akupun pamit.
"Anjar, aku harap kamu bahagia" sambil ku ulurkan tangan sebagai simbol perpisahan.
Di bawah lembayung senja, menjadi saksi perpisahan kami.
Kali ini kami berpisah untuk selamanya.
Selamat tinggal Anjar, selamat tinggal kenangan indah.
Terimakasih untuk segalanya.
Aku hanya ingin melangkah dari belenggu yang selama ini menyiksa batinku.
...
"Tanpa kau tahu, Kau telah mengajarkanku banyak hal"
"Kau mengajarkanku untuk mencintai dengan tulus"
"Kau mengajarkanku untuk sabar menunggu"
"Kau membuatku tahu arti kata Rindu"
"Kau membuatku tahu bagaimana rasanya sakit hati"
"Kau membuatku tahu apa itu mencintai tanpa memiliki"
"Cintaku yang hanya bertepuk sebelah tangan, namun dengan bangga tetap aku jaga"
"Dimataku, kau tak pernah salah"
"Aku yang terlalu berharap dan itu semua salahku"
"Kau bukan milikku, dan selamanya takdir berkata begitu"
"Kita hanya insan yang tak sengaja bertemu, tapi bukan untuk bersatu"
"Kau mengajarkanku untuk mencintai dengan tulus"
"Kau mengajarkanku untuk sabar menunggu"
"Kau membuatku tahu arti kata Rindu"
"Kau membuatku tahu bagaimana rasanya sakit hati"
"Kau membuatku tahu apa itu mencintai tanpa memiliki"
"Cintaku yang hanya bertepuk sebelah tangan, namun dengan bangga tetap aku jaga"
"Dimataku, kau tak pernah salah"
"Aku yang terlalu berharap dan itu semua salahku"
"Kau bukan milikku, dan selamanya takdir berkata begitu"
"Kita hanya insan yang tak sengaja bertemu, tapi bukan untuk bersatu"
Diubah oleh winwidya 29-04-2020 17:23




noprirf dan kulitkacang10 memberi reputasi
2
405
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan