evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
Kala Bahtera Itu Kandas Selamanya

Sepenggal Kisah Masa Silam




Sapaan salam menyapa di balik pintu sebuah mini market kala dengan tergesa-gesa sambil menunduk kulangkahkan kaki memasukinya. Hampir saja aku menabrak laki-laki itu seandainya saja ia tidak menegur duluan.

Kubalas salamnya seketika sambil melihat siapa pemilik suara yang sepertinya kukenali.

"Eh ... Kak Alim!" seruku kaget.

Laki-laki itu tersenyum mengangguk. Sekian lama tak ada komunikasi, baru kali itu bertemu dengannya. Kucoba menyapa balik dengan percakapan yang penuh basa basi. Tergenggam ragu saat mencoba membuka percakapan yang entah kenapa bisa kulakukan lagi. Suara itu masih seperti dulu, aura kehangatan kasih itu masih terpancar kuat di sana, setidaknya itu yang terasa di sini, di hati yang penuh debaran tak menentu.

Quote:


"Kakak tau, 'kan, kalau Neng suka menulis cerita? Kali ini Neng ingin mengulas kisah masa silam kita, bolehkah?" pintaku penuh harap.

Hening.
Tak ada balasan, sepertinya dia bisa ikut kembali merasakan apa yang kini kurasakan. Kembali kami larut dalam sebuah percakapan yang teramat lambat untuk disadari, bahwa kegigihan sebuah hubungan tidak akan berjalan baik tanpa dukungan utama dari pihak keluarga, walaupun sebenarnya keluarga Kak Alim sangat menghargai dan menerima kehadiranku.

Jika hanya satu tangan yang menepuk ke udara, tentu tidak akan menimbulkan suara jika tak ada tangan lainnya yang ikut menepuknya. Jika hanya bertepuk sebelah tangan, sama saja menepuk sisi kehampaan yang elegan. Jika hati akhirnya lelah menunggu dalam memperjuangkan cinta yang dianggap suci tak berbalas, maka ada baiknya lepaskan saja belenggu yang menyiksa itu dari hati, agar tidak terluka lebih dalam bak sembilu diam-diam menyayat tanpa iba.

Spoiler for Dia:

Masih ingatkah Kau akan lagu ini, Kak? Ini lagu kita, bukan?


Jujur, lagu ini tak pernah kudengar hingga hari ini kembali hadir untuk mengenangmu dan berhasil menghadirkan ribuan butiran tirta bening di pelupuk netra yang diam-diam mulai menetes satu per satu saat jari jemari menuliskan kisah ini.

Seperti membuka kenangan lama, mengurai denyut cerita yang tersampul dalam buku diary. Rindu Bunga Kasihitulah nama yang kusematkan di atasnya dan menjadi footnote pada setiap lembaran-lembaran puisi yang dulu kita rangkai bersama.

Quote:


emoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower

Aku mencintai puisi dan itu selalu mengilhami setiap rangkaian kalimat indahmu pada setiap surat yang selalu melampirkan bait-bait puisi picisanku kala itu.
Hingga adikmu pun ikut mengoleksi setiap lembar puisi yang tergores di setiap cabikan buku tulisku.

Kau tidak tahu, kalau buku kecil berisi puluhan puisi itu yang dulu hendak kuberikan pada adikmu sebagai hadiah ulang tahunnya, kini telah lama menjadi abu dan tak bersisa untuk dikenang. Sama seperti bahtera hubungan kita yang akhirnya kandas tanpa akhir kata perpisahan di ujung dermaga.

emoticon-Matabelo

"Kenapa harus menceritakan semua ini, Neng?" katamu penuh nada keberatan.

"Tidak apa-apa, Kak ... hanya sekadar intermezzosaja. Tak lebih," ujarku balik.

"Apa Kau tidak akan terluka, Neng? Bukankah katamu sama saja membuka kisah yang tak ingin kaukenang?" sanggahmu penuh kekhawatiran.

"Tidak masalah, masanya juga sudah lama berlalu. Lagipula ini hanyalah kisah biasa yang mungkin tidak akan dilirik pembaca, Kak," ucapku seakan mengesankan tegar yang penuh basa-basi.

"Baiklah, terserah. Mumpung di bulan Ramadhan ... maafkan kesalahanku lahir dan batin, ya, Neng."

Kupandangi wajahnya yang tersenyum ikhlas. "Yup, maafin Neng juga, Kak."

Aku ikut tersenyum tanpa makna apa-apa dan percakapan itu usai kala engkau berpamitan dan berlalu menuju kendaraan pribadimu.
emoticon-Matabelo

Quote:


Entah mengapa, kegemaran pada lagu-lagu lawas membawa hobi kita jatuh pada lagu-lagu Ella. Bukankah arti lagu itu sangatlah tidak menyenangkan hati? Ah ... kenapa dulu mendengar lagu itu seperti berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi? Sekarang kita sama-sama tahu, akhirnya makna lagu melankolis itu terjadi juga pada hubungan kita, bukan?

Bahtera itu akhirnya kandas dan benar-benar tidak pernah berlabuh.
Tak ada yang benar-benar sejati, seperti pertautan kedua nama kita yang menginginkan kesejatian rasa kini hanyalah tinggal sebait sembilu yang tak ingin kunikmati lagi, begitu pula dirimu. Kurasa.

Quote:


Kau terluka, akupun demikian. Semua baru kuketahui di kemudian hari kalau semua masalah ini terjadi karena adanya kesalahpahaman akibat adanya laporan yang masuk ke ayahku dari salah seorang guru yang kutolak cintanya mentah-mentah. Sehingga ia membuat fitnah ke ayah. Sungguh dendam yang sangat keterlaluan.

Sejak peristiwa itu, sekelumit masalah yang ada seperti selalu tidak menemukan jalan akhir. Sebaik apapun usahaku memulihkan nama baikmu akhirnya menjadikan semua angan dan cita-cita kita ambyar seperti mudahnya lembaran-lembaran puisi itu terbakar dalam api yang membara.
emoticon-Matabelo

Kita masih tetap berhubungan baik, hingga engkau tamat dan melanjutkan kuliah di kota lain. Segala keperihan cerita saat di bangku sekolah rupanya menjadi tameng terkuat bagimu untuk kelanjutan hubungan kita yang akhirnya seperti simpul yang terurai tanpa hendak ditautkan kembali, dan aku hanya bisa bertahan menjaga hati ini sekaligus pasrah jika engkau disana akhirnya bahagia dengan pilihan kehidupanmu, setidaknya aman dari segala teror yang bisa saja berdampak ke keluargamu.

Namun, tanpa sepengetahuanmu, masih kusimpan rasa ini di bilik hati yang tak bisa kusatukan lagi dan pada akhirnya ... seakan rasa itu benar-benar tak bersisa lagi, kala pertemuan terakhir kita saat aku sudah menempuh jalur pendidikan di kota yang berbeda denganmu menjadi titik balik kisah kita selama-lamanya.



Pertemuan terakhir itu menyimpulkan satu kata pamungkas, yang telak menghapus semua harapan untuk menyatukan dua dunia kita yang berbeda.

"Mungkin kita memang tidak berjodoh."

Sungguh, airmata yang menetes tak mampu basuhkan rasa sakit yang kurasakan, tajamnya kata-kata itu melebihi tajamnya sembilu yang menohok deras ulu hati. Hancur tak bersisa, lebur tanpa daya. Semuanya kembali berpasrah diri pada Sang Maha Kuasa, mungkin memang bukan takdir kita untuk bersatu.

"Maafkan Aku, Kak."

Kata-kata maafku pun tak bisa menutupi luka yang menganga lebar, sakit itu sudah tanpa rasa ... rasamu seperti mati tanpa kain kafan. Ada luka yang tak berdarah, menciptakan warna kesejatian yang melekat pada mawar merah yang kini kian melegam.



Tak ada yang dipersalahkan dan tak ada yang mengaku salah, tetapi rasa itu telah menghadirkan penyesalan yang teramat luka dan dalam. Lama mengubur pilu, tak ada pula jalan untuk kembali karena kini, engkau dan aku telah menemukan dunia kita masing-masing yang sebenarnya memang ditakdirkan berbeda.

Spoiler for Hampa:


Quote:


Wassalaam
Keep ngaskus, Gan

emoticon-I Love Kaskus
Diubah oleh evywahyuni 29-04-2020 07:21
nona212Avatar border
terbitcomytAvatar border
volcom77Avatar border
volcom77 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
1.2K
13
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan