Renungan Ramadhan

Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang biasa disebut PSBB sudah diberlakukan oleh pemerintah semenjak beberapa hari sebelum Ramadhan. Namun, ternyata PSBB ini berlanjut hingga sekarang saat bulan Ramadhan.

Rasa sedih dan khawatir menyelimuti diri karena tidak bisa bekerja lagi seperti biasa. Sebagai seorang wanita karir yang terbiasa sibuk di kantor, jujur ada sesuatu yang hilang saat PSBB mulai diberlakukan. Khwatir pun melanda karena penghasilan yang akan berkurang.

Akan tetapi semua kesedihan dan kekhawatiran tersbut dapat ditutupi dengan rasa syukur. Karena sesungguhnya, kebahagiaan adalah pilihan sendiri. Bagaimanapun kondisinya, kalau kita memilih bahagia maka seluruh tubuh dan pikiran juga akan mendukungnya. Salah satu cara untuk bahagia adalah dengan mensyukuri kondisi saat ini.


Sebagai seorang wanita yang selalu bekejaran dengan waktu untuk membagi dan memanajemen waktu dalam menyelesaikan semua pekerjaan sebagai seorang ibu, seorang istri, dan seorang karyawati. Maka, sebuah kebahagiaan tersendiri bisa berada bersama keluarga di bulan Ramadhan ini. 


Saat ini, ane memiliki dua orang anak yang berusia sekitar 7 dan 10 tahun. Mereka sedang belajar melaksanakan ibadah puasa. Salah satu hal yang ane syukuri saat ini adalah bisa mendidik langsung mereka untuk melaksanakan puasa.


Sebelumnya, kondisi ane yang bekerja di kantor dengan jam kerja full berangkat pagi pulang jam 4 dari kantor, sampe rumah dengan kondisi jalanan yang macet sekitar jam 5 atau parahnya jam 6. Maka, biasanya ane membeli lauk pauk atau meminta tetangga yang membuka katering untuk mengantarkan lauk pauk ke rumah. Namun, Ramadhan kali ini spesial karena ane bisa menyiapkan sendiri makan sahur dan berbuka untuk keluarga di rumah.

Di luar kecemasan dan kekhawatiran yang ada, perlu kiranya tetap mensyukuri apa yang terjadi saat ini. Tetap ada hikmah dari semua peristiwa. Sekian thread dari ane, semoga bermanfaat.

Salam hangat,
RetnoQr3n