- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Satu Marga


TS
saiki88
Cinta Satu Marga


Kata pujangga cinta itu buta. Cinta memang tidak mengenal waktu dan tempat. Siapapun bisa jatuh cinta dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja.
Namun cinta tak selamanya dapat berakhir bahagia. Sejarah sudah mencatat ribuan kasus mengenai cinta yang tak tersampaikan. Sebut saja Romeo dan Juliet yang terpisah karna keadaan keluarga mereka, ada juga yang terpisah karna umur yang terlalu jauh atau kisah cinta antar saudara yang tabu.
Kisah saya ini mirip dengan itu namun sedikit berbeda. Di sumatera utara ada sebuah pantangan untuk menikah dengan mereka yang memiliki marga yang sama. Meski tidak terikat secara darah sekalipun namun para orang tua menganggap bahwa semua yang memiliki marga yang sama adalah saudara yang tak boleh dinikahi.
Saya bertemu dia secara tidak sengaja pada sebuah acara simulasi UN semasa SMA. Saat itu kebetulan kami duduk bersebelahan namun kami tidak bicara. Saat ujian selesai saya berniat langsung pulang dan saya cukup terkejut dia juga mengambil angkot yang sama dengan saya.
Saya beranikan untuk mengajaknya bicara sedikit dan dia pun merespon. Namanya Mega dan rumahnya terletak sekitar 2 kilometer dari rumahku. Saat itu kami hanya bicara hal hal sepele seperti tujuan universitas dan dari situ saya tau dia juga berniat mengincar universitas XXX.
Setelah itu saya tak lagi pernah bertemu dia namun yang namanya takdir memang aneh. Saya berhasil masuk universitas XXX yang terletak di pulau jawa jadi saya akan merantau meninggalkan kampung halaman.
Seperti selayaknya universitas, ada banyak grup atau perkumpulan di sini dan setiap daerah juga punya perkumpulannya masing masing atau biasa disebut forum daerah atau forda. Disana secara ajaib saya bertemu dia lagi.
Tak disangka kami berhasil masuk universitas yang sama, kami ngobrol cukup akrab dan saling berbagi cerita di tanah perantauan ini. tak terasa ada banyak kesamaan diantara kami dan saya merasa jatuh cinta dikala itu juga (dia cantik sih) dan saya yakin dia juga serupa.
Namun sayang seribu sayang harus dipanjatkan. Nama marga kami ternyata sama dan itu adalah pantangan bagi masyarakat batak seperti kami. Rasanya sakit saat mengetahui hal tersebut dan tak sanggup rasanya hati ini mengungkapkan rasa itu jadi saya memilih menjauh.
Sebenarnya dalam agama tak ada larangan semacam itu namun saat itu saya masih seorang anak yang belum sepenuhnya dewasa. Bisa apa seorang naka yang baru lulus sma melawan tradisi yang sudah mengukir di darah masyarakat?
Bila semisal kami akan menikah apakah orang tua kami akan menerima? Itulah yang kami pikirkan dan kami pun memilih hanya sekedar menjadi teman. Kami pun saling menjaga jarak aman agar perasaan itu mati dengan sendirinya.
Pada akhirnya saya berhasil menyingkirkan perasaan tersebut dengan menyibukkan diri dan bergaul dengan perempuan lain. Saya pun berharap agar dia juga sama dan kami dapat menempuh hidup kami masing masing.
Jadi satu saran untuk kalian semua pria dari suku batak. Saat kalian mencoba mendekati seseorang maka pastikan dulu marganya. Jangan sampai kalian menyesal karnanya dan saya harap kisah semacam ini tak perlu terjadi lagi.


maccer4 memberi reputasi
1
447
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan