- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kusangka Kau Preman, Nyatanya Kau Budiman


TS
zafinsyurga
Kusangka Kau Preman, Nyatanya Kau Budiman
Cerita ini aku alami pada saat aku masih sekolah. Tepatnya saat aku masih duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Umum. Pada waktu itu, di sekolahku, untuk siswa kelas satu masuk jam satu siang. Aku berangkat dari rumah sebelum dzuhur, atau sekitar jam setengah dua belas. Karena biasanya aku nanti sholat dzuhur di masjid yang ada di sekolahku.
Spoiler for Angkot:
Untuk sampai ke sekolahku, aku harus dua kali naik angkutan umum. Yang pertama aku harus naik angkot berwarna putih-hijau yang ongkosnya pada waktu itu masih 500 perak. Dan yang kedua aku harus naik angkot berupa mobil pribadi -karena berplat hitam- yang digunakan sebagai angkot. Istilahnya dulu mobil omprengan.
Hari itu, kalau tidak salah hari senin atau hari kamis aku lupa, yang aku ingat aku sedang puasa. Setelah turun dari angkot pertama, aku berjalan kaki dan menyebrang jalan. Kemudian aku juga harus berjalan melewati jembatan besar yang kalau sore hari sisi pinggir kiri dan kanannya banyak pedagang kaki lima.
Spoiler for Jembatan:
Pada saat aku melewati jembatan, di ujung sana, aku melihat seorang anak muda dengan tubuh kurus hingga baju yang dikenakannya nampak kebesaran sedang duduk di atas pembatas jembatan. Sekilas dia melihatku. Perasaankupun mulai tak enak. Dan ketika aku hampir sampai di depannya, dia turun dari tempat duduknya dan menghalangi langkahku.
Dia langsung meminta uang kepadaku, tapi aku mengelak kalau aku tak punya uang lebih, uangku hanya pas untuk ongkos naik angkot. Tapi dia tak percaya lalu mengancamku, kalau aku tidak memberinya uang, dia akan menggeledah saku seragamku dan tasku, kalo dia menemukan ada uang di sana dia akan mengambil semuanya. Sebenarnya pada saat itu aku bisa saja teriak minta tolong, tapi itu tidak aku lakukan, yang aku lakukan malah memberikan semua uang jajanku untuknya, aku berfikir, tak apa lah aku ngasih uang ke dia, toh saat itu aku sedang puasa, jadi aku memang tidak akan jajan. Dan selain itu juga, tentu saja ada rasa takut kepadanya.

Spoiler for :
Setelah itu aku menunggu mobil omprengan yang mengarah ke sekolahku. Saat aku sedang menunggu, aku dihampiri oleh seorang bapak-bapak berambut gondrong dan berbadan tegap.
Waah preman lagi nih, bisa gak punya ongkos buat ke sekolah nih...Batinku saat itu.
Dia lalu bertanya apakah aku habis ngasih uang ke orang yang duduk di tiang pembatas jembatan itu. Aku menggangguk. Kemudian dia mengajakku kembali ke tempat anak muda itu duduk. Bapak itu bertanya sekali lagi kepadaku apakah benar anak muda itu sudah mengambil uangku. Dan akupun mengangguk lagi mengiyakan. Kemudian bapak berambut gondrong itu menyuruh anak muda itu mengembalikan uang yang telah dia ambil dariku, entah bapak itu bicara apa kepada anak muda itu, aku tidak begitu jelas karena aku berdiri agak menjauh. Kemudian anak muda itu mengembalikan uangku. Bapak berambut gondrong menanyakan kepadaku apakah uangku sudah dikembalikan semua. Aku jawab sudah. Lalu bapak berambut gondrong bilang kepadaku kalau aku nanti dipalak lagi, bilang saja kalau aku adalah saudaranya Bang Jambrong. Aku ngangguk-nganguk saja mengiyakan sambil tak lupa mengucapkan terima kasih.
Entah siapa Bang Jambrong itu, aku tak mengenalnya, tapi hari itu dia telah menolongku, aku yang tadinya berfikir negatif tentang dirinya, yang kusangka dia adalah seoarang preman, malah dialah yang menjadi penyebab uang jajanku yang diambil seorang preman, kembali lagi kedalam saku celanaku.
Quote:


Spoiler for 10 Cendol Done:






warungbisnis dan 10 lainnya memberi reputasi
11
302
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan