- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Izinkan Ane Tetap Mencintainya, Tuhan


TS
kompenibelanda
Izinkan Ane Tetap Mencintainya, Tuhan

Cinta tak harus memiliki tapi kalau boleh memilih. Tetap ane inginkan dia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Nyesek Gan cerita seperti ini. Seakan kembali ke masa lima tahun silam. Dua hati tak bisa tersatukan hanya karena pangkat.



Katanya cinta itu buta, tak tahu dan kapan hadir dan untuk siapa saja. Namun, masih saja ane gak yakin. Secara logika perempuan pasti memilih. Tampan, kaya, dan kedudukan. Meskipun, ada seratus satu yang tanpa menilai hal tersebut di atas.
Sampai sekarang ane masih enggan untuk menjalin hubungan apalagi hanya sekadar berkenalan dengan makhluk yang cantik dan anggun ini.
Rara, ane mengenalnya sejak SMA dia kelas satu dan ane kelas tiga. Ya, cinta lokasi. Kami sama-sama aktif di OSIS dan estra kurikuler lainnya.
Kalem, anggun, tak banyak bicara, kalau tersenyum ada satu lesung pipit di pipi kirinya. Pasti banyak pria yang menginginkan dia. Namun, bukan saja bodi ane yang lumayan tinggi untuk ukuran cowok. Tapi, otak encer dan seabrek prestasi yang membuat nilai plus sehingga ane diterima menjadi kekasihnya.
Lulus SMA ane harus boyongan pindah ke Yogyakarta karena diterima di UGM. Sedangkan dia masih melanjutkan sekolah.
Kami mulai jarang ketemu, sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun, selalu meluangkan waktu untuk bisa berbagi kabar.
Cinta terpisah jarak ini pun tak menjadikan persoalan. Semua mengalir begitu saja, tak ada rintangan berarti.
Kami selalu memahami satu sama lainnya. Saling bisa menjaga hubungan supaya tidak ada orang ketiga yang mencoba masuk. Bukan masalah sulit bagi kami untuk sebuah kepercayaan, kesetiaan, dan tanggung jawab.
Akhirnya ane menyelesaikan studi dan bekerja di perusahaan swasta. Kembali ke kota tercinta. Sedangkan, Rara masih melanjutkan kuliahnya di Surabaya. Hubungan kami masih baik-baik saja.
Hingga ane aksn utarakan niat untuk melamarnya. Merasa sudah cukup bekal untuk menikahi gadis pujaan.
"Dik, kamu ada acara gak? Nanti sore Kakak jemput!" kata ane Sabtu sore itu. Berbekal keberanian hendak izin bertemu dengan keluarganya.
"Iya, biasa di rumah Kak. Gak ada rencana. Boleh, datang saja!" kata Rara dengan merdunya.
Aku memakai kemeja kotak-kotak dan celana panjang hitam. Tak lupa dengan jam tangan, harus kelihatan tampan. Pikir ane saat berpatut diri di depan cermin. Tak lupa semprot sana dan semprot sini, rambut juga harus klimis.
Tak lama perjalanan ke rumah Rara dari rumah ane. Hanya perlu waktu 30 menit sudah sampai.
Setelah sampai rumahnya ane disambut dengan bidadari. Rara, cantik, dan masih saja anggun menawan. Dibalut dengan hijab merah muda. Menambah semakin cerah wajahnya.
Tak lama kami bicara orang tua Rara datang di antara kami.
"Maaf, Dik Anwar. Rara sudah kami pilihkan jodoh untuknya. Jadi, hubungan kalian sampai di sini saja!" Bak disambar petir ane gelagapan tak mampu berkata-kata. Kutarik napas dalam-dalam.
"Maaf, Bapak. Kehadiran saya juga ingin bertanya kepada Dik Rara, kapan sekiranya ingin dipersunting." Ane mencoba menjelaskan dengan hati-hati.
"Rara, susah kami jodohkan dengan putra Pak Mahmud. Dia, masih tugas di Bandung. Saya harap pengertian Dik Anwar untuk tidak berhubungan dengan Rara kembali." Setelah menyelesaikan kata-kata tersebut bapak beranjak meninggalkan kami berdua.
Rara terisak tapi tak mampu berontak dan memberikan penjelasan. Apalah daya ane jika calon mempelai pun tak mampu berjalan seiringan.
Sampai bulan berikutnya janur kuning itu benar-benar melengkung di halaman rumahnya. Bagus, putra pak Mahmud adalah seorang bintara.
Ane pun tersadar orang tua pasti ingin yang terbaik untuk putrinya. Tapi seorang jurnalis apakah tak mampu untuk membahagiakan?
Sampai sekarang ane belum mampu melupakan dia. Jujur ane sangat mencintainya. Setiap do'a ane lantunkan tak bisa memilikinya sekarang. Semoga diizinkan memiliki jandanya.
Konyol dan sering diejek, bahkan dicemooh teman-teman yang berusaha supaya ane cepat mencari pengganti.
Namun, itulah cinta dan sebuah pengharapan. Hanya sebuah perjodohan dan pangkat ketulusan cinta itu bisa sirna sesaat.
cd
Sekian thread ane.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Gresik, 26 April 2020
Opini pribadi dan dokumentasi milih pribadi
Kolektor bata gan




Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Nyesek Gan cerita seperti ini. Seakan kembali ke masa lima tahun silam. Dua hati tak bisa tersatukan hanya karena pangkat.



Katanya cinta itu buta, tak tahu dan kapan hadir dan untuk siapa saja. Namun, masih saja ane gak yakin. Secara logika perempuan pasti memilih. Tampan, kaya, dan kedudukan. Meskipun, ada seratus satu yang tanpa menilai hal tersebut di atas.
Sampai sekarang ane masih enggan untuk menjalin hubungan apalagi hanya sekadar berkenalan dengan makhluk yang cantik dan anggun ini.
Rara, ane mengenalnya sejak SMA dia kelas satu dan ane kelas tiga. Ya, cinta lokasi. Kami sama-sama aktif di OSIS dan estra kurikuler lainnya.
Kalem, anggun, tak banyak bicara, kalau tersenyum ada satu lesung pipit di pipi kirinya. Pasti banyak pria yang menginginkan dia. Namun, bukan saja bodi ane yang lumayan tinggi untuk ukuran cowok. Tapi, otak encer dan seabrek prestasi yang membuat nilai plus sehingga ane diterima menjadi kekasihnya.
Lulus SMA ane harus boyongan pindah ke Yogyakarta karena diterima di UGM. Sedangkan dia masih melanjutkan sekolah.
Kami mulai jarang ketemu, sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun, selalu meluangkan waktu untuk bisa berbagi kabar.
Cinta terpisah jarak ini pun tak menjadikan persoalan. Semua mengalir begitu saja, tak ada rintangan berarti.
Kami selalu memahami satu sama lainnya. Saling bisa menjaga hubungan supaya tidak ada orang ketiga yang mencoba masuk. Bukan masalah sulit bagi kami untuk sebuah kepercayaan, kesetiaan, dan tanggung jawab.
Akhirnya ane menyelesaikan studi dan bekerja di perusahaan swasta. Kembali ke kota tercinta. Sedangkan, Rara masih melanjutkan kuliahnya di Surabaya. Hubungan kami masih baik-baik saja.
Hingga ane aksn utarakan niat untuk melamarnya. Merasa sudah cukup bekal untuk menikahi gadis pujaan.
"Dik, kamu ada acara gak? Nanti sore Kakak jemput!" kata ane Sabtu sore itu. Berbekal keberanian hendak izin bertemu dengan keluarganya.
"Iya, biasa di rumah Kak. Gak ada rencana. Boleh, datang saja!" kata Rara dengan merdunya.
Aku memakai kemeja kotak-kotak dan celana panjang hitam. Tak lupa dengan jam tangan, harus kelihatan tampan. Pikir ane saat berpatut diri di depan cermin. Tak lupa semprot sana dan semprot sini, rambut juga harus klimis.
Tak lama perjalanan ke rumah Rara dari rumah ane. Hanya perlu waktu 30 menit sudah sampai.
Setelah sampai rumahnya ane disambut dengan bidadari. Rara, cantik, dan masih saja anggun menawan. Dibalut dengan hijab merah muda. Menambah semakin cerah wajahnya.
Tak lama kami bicara orang tua Rara datang di antara kami.
"Maaf, Dik Anwar. Rara sudah kami pilihkan jodoh untuknya. Jadi, hubungan kalian sampai di sini saja!" Bak disambar petir ane gelagapan tak mampu berkata-kata. Kutarik napas dalam-dalam.
"Maaf, Bapak. Kehadiran saya juga ingin bertanya kepada Dik Rara, kapan sekiranya ingin dipersunting." Ane mencoba menjelaskan dengan hati-hati.
"Rara, susah kami jodohkan dengan putra Pak Mahmud. Dia, masih tugas di Bandung. Saya harap pengertian Dik Anwar untuk tidak berhubungan dengan Rara kembali." Setelah menyelesaikan kata-kata tersebut bapak beranjak meninggalkan kami berdua.
Rara terisak tapi tak mampu berontak dan memberikan penjelasan. Apalah daya ane jika calon mempelai pun tak mampu berjalan seiringan.
Sampai bulan berikutnya janur kuning itu benar-benar melengkung di halaman rumahnya. Bagus, putra pak Mahmud adalah seorang bintara.
Ane pun tersadar orang tua pasti ingin yang terbaik untuk putrinya. Tapi seorang jurnalis apakah tak mampu untuk membahagiakan?
Sampai sekarang ane belum mampu melupakan dia. Jujur ane sangat mencintainya. Setiap do'a ane lantunkan tak bisa memilikinya sekarang. Semoga diizinkan memiliki jandanya.
Konyol dan sering diejek, bahkan dicemooh teman-teman yang berusaha supaya ane cepat mencari pengganti.
Namun, itulah cinta dan sebuah pengharapan. Hanya sebuah perjodohan dan pangkat ketulusan cinta itu bisa sirna sesaat.


Quote:
Sekian thread ane.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Gresik, 26 April 2020
Opini pribadi dan dokumentasi milih pribadi
Kolektor bata gan



Diubah oleh kompenibelanda 26-04-2020 06:04






Enisutri dan 2 lainnya memberi reputasi
-3
780
28


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan