- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Meski Satu Agama Kami Tetap Berpisah


TS
achanyoe
Meski Satu Agama Kami Tetap Berpisah

Quote:
Halo agan - agan selamat pagi. Ane hadir lagi nih buat meramaikan Event Kaskus Kreator yang bertajuk "Dua Hati Yang Tak Bisa Menyatu".
Cinta itu emang salah satu bagian terbesar dalam hidup manusia. Bisa dibilang di Bumi ini satu - satunya makhluk kasat mata yang punya cinta ya hanya manusia. Cinta itu indah banget kalau terbalas. Tapi nyesek banget kalau ternyata cuma bertepuk sebelah tangan. Atau kalaupun cinta kita disambut tapi hanya sebentar saja kita bersatu dengan orang yang kita cintai. Tetep nyesek juga dong ya. Apalagi kita udah cinta mati sama itu orang. Dan pada akhirnya tetep gak bisa bersatu juga. Bikin susah move on gan.
Kaya yang pernah ane alamin dulu, yang mau ane kisahkan di thread ini. Btw ini pengalaman pribadi ya. Buat agan yang ngikutin thread ane Balai Desa Merah dan Jelmaan Iblis jadi ini setting waktunya setelah ane ngelewatin kisah disana. Setelah lolos dari kejaran ghaib ane memutuskan untuk menjadi Hamba yang taat. Nah dari sanalah ane ketemu doi yang sampai sekarang bahkan setelah punya istri dan anak. Ane masih keinget terus sama doi. Emang bener bener mantan terindah deh.
Oke gan segitu aja prolog nya. Langsung aja baca kisahnya di threat ini.
Cinta itu emang salah satu bagian terbesar dalam hidup manusia. Bisa dibilang di Bumi ini satu - satunya makhluk kasat mata yang punya cinta ya hanya manusia. Cinta itu indah banget kalau terbalas. Tapi nyesek banget kalau ternyata cuma bertepuk sebelah tangan. Atau kalaupun cinta kita disambut tapi hanya sebentar saja kita bersatu dengan orang yang kita cintai. Tetep nyesek juga dong ya. Apalagi kita udah cinta mati sama itu orang. Dan pada akhirnya tetep gak bisa bersatu juga. Bikin susah move on gan.
Kaya yang pernah ane alamin dulu, yang mau ane kisahkan di thread ini. Btw ini pengalaman pribadi ya. Buat agan yang ngikutin thread ane Balai Desa Merah dan Jelmaan Iblis jadi ini setting waktunya setelah ane ngelewatin kisah disana. Setelah lolos dari kejaran ghaib ane memutuskan untuk menjadi Hamba yang taat. Nah dari sanalah ane ketemu doi yang sampai sekarang bahkan setelah punya istri dan anak. Ane masih keinget terus sama doi. Emang bener bener mantan terindah deh.
Oke gan segitu aja prolog nya. Langsung aja baca kisahnya di threat ini.
Meski Satu Agama Kami Tetap Berpisah


Quote:
Takdir Mempertemukan Kita Kembali

Menjalani hidup sebagai hamba yang telah sepakat untuk kembali keharibaan-Nya. Aku berpindah dari satu kajian islam ke kajian lain setiap harinya. Rasa takut ku atas dosa dosa yang telah ku lalui membuat aku kini haus dengan ilmu agama. Aku ingin membayar setiap tetes rahmat tuhan yang ia berikan. Bagaimana Ia menyelamatkanku dari makhluk jahat bernama iblis. Bagaimana Ia menyadarkanku dengan Hidayah-Nya. Bahwa untuk selamat di kehidupan dunia dan akhirat aku hanya perlu dekat dengan-Nya.
Aku melewati kajian demi kajian dengan perasaan lega. Namun setiap kita belajar sesuatu kita akan mengetahui sesuatu. Dan jika kita sudah mengetahui sesuatu maka kita harus memilih mengamalkan pengetahuan tersebut.
Di sebuah kajian yang bertema tentang pernikahan selalu saja disambut oleh antusias para pemuda. Bagaimanapun manusia diciptakan dengan gairah terhadap lawan jenisnya kan? tidak terkecuali bagi kami para pemuda yang tenggelam dalam dunia para pencari tuhan. Kami juga tertarik tentang bagaimana agama mengatur pernikahan. Dan kami juga penasaran seperti apa sosok ibu dari anak anak kami kelak. Dalam prespektif agama islam, kita harus memilih wanita yang shaliha. Yaitu wanita yang baik dalam mengamalkan nilai nilai agama. Dan darisana pikiranku mulai melayang. Membayangkan bagaimana aku dan wanita yang ditakdirkan oleh tuhan untukku membangun keluarga. Pulang dari kajian itu aku mulai berpikir untuk bisa segera mencari pendamping hidupku. Toh umurku saat itu memang sudah pantas untuk segera menikah.
Waktu berlalu ditengah kesibukanku menjalani hidup dengan bekerja sebagai marbot masjid, kuliah dan belajar ilmu agama. Aku masih mencari siapa gerangan tulang rusukku itu. Kapan ia datang, untuk melengkapi separuh agamaku. Hingga akhirnya goresan takdir mempertemukan kami.
Di sebuah reuni SD aku bertemu dengan teman satu mejaku. Itu adalah reuni SD pertama dan terakhir yang pernah terjadi. Karena SMP-SMA ku dikampung. Jadi kami sempat hilang kontak. Sampai akhirnya salah satu teman SD ku ternyata satu kampus. Dan mengajaku untuk datang di reunian SD.
Rizki teman satu mejaku adalah orang yang berisik. Ia terus saja bercerita tentang berbagai hal. Ia memanfaatkan momen reuni dengan baik untuk mengajak kami kedunianya. Aku yang mendengar ia bercerita tidak terlalu memperhatikannya. Hingga ia menyebut sebuah nama yang mulai menarik perhatianku.
Rizki membahas sebuah nama yang ia sukai bahkan ketika masih SD dulu. Hingga kini ia masih menyukai gadis yang bernama Anjani itu. Ia bertanya kenapa anjani tidak hadir di reuni kali ini. Pertanyaan yang akhirnya ia jawab sendiri. Anjani adalah orang yang pendiam. Bahkan saat SD temannya juga cuma 1.
Memang bagaimanapun anjani adalah orang yang mudah dicintai. Bagi kami para pria yang mendambakan istri yang hebat tentu anjani adalah paket lengkap untuk bisa mengisi posisi itu. Dia shaliha, cantik, dan cerdas. Waktu SD dulu, dia rutin mendapat juara 1 dikelas. Selama 6 tahun, ia adalah juaranya. Dia disukai oleh banyak anak laki - laki saat SD dulu. Cinta monyet kami saat itu. Tapi tidak ada yang pernah berhasil mendapat kesempatan bahkan untuk ngobrol dengannya. Kami hanya bisa mendambakannya dalam diam. Dan bahkan diantara kami masih ada yang mengaguminya dalam diam sampai kami sudah dewasa. Salah satunya rizki.
Rizki masih mengagumi anjani. Ia masih terus stalking kegiatan yang anjani lakukan. Ia bahkan berteman dengan anjani di Facebook. Dan sempat saling membalas chat di jejaring media sosial itu. Dari sanalah aku mulai tertarik untuk ikut melakukan pendekatan asmara dengan anjani.
Aku tidak ada niat untuk menikung teman sendiri. Tapi toh diantara kami tidak ada satupun yang sudah berhasil mendekatinya lebih jauh. Bahkan rizki pun yang sudah berbalas chat dengannya. Masih terasa hanya sebatas basa basi saja anjani membalasnya.

Menjalani hidup sebagai hamba yang telah sepakat untuk kembali keharibaan-Nya. Aku berpindah dari satu kajian islam ke kajian lain setiap harinya. Rasa takut ku atas dosa dosa yang telah ku lalui membuat aku kini haus dengan ilmu agama. Aku ingin membayar setiap tetes rahmat tuhan yang ia berikan. Bagaimana Ia menyelamatkanku dari makhluk jahat bernama iblis. Bagaimana Ia menyadarkanku dengan Hidayah-Nya. Bahwa untuk selamat di kehidupan dunia dan akhirat aku hanya perlu dekat dengan-Nya.
Aku melewati kajian demi kajian dengan perasaan lega. Namun setiap kita belajar sesuatu kita akan mengetahui sesuatu. Dan jika kita sudah mengetahui sesuatu maka kita harus memilih mengamalkan pengetahuan tersebut.
Di sebuah kajian yang bertema tentang pernikahan selalu saja disambut oleh antusias para pemuda. Bagaimanapun manusia diciptakan dengan gairah terhadap lawan jenisnya kan? tidak terkecuali bagi kami para pemuda yang tenggelam dalam dunia para pencari tuhan. Kami juga tertarik tentang bagaimana agama mengatur pernikahan. Dan kami juga penasaran seperti apa sosok ibu dari anak anak kami kelak. Dalam prespektif agama islam, kita harus memilih wanita yang shaliha. Yaitu wanita yang baik dalam mengamalkan nilai nilai agama. Dan darisana pikiranku mulai melayang. Membayangkan bagaimana aku dan wanita yang ditakdirkan oleh tuhan untukku membangun keluarga. Pulang dari kajian itu aku mulai berpikir untuk bisa segera mencari pendamping hidupku. Toh umurku saat itu memang sudah pantas untuk segera menikah.
Waktu berlalu ditengah kesibukanku menjalani hidup dengan bekerja sebagai marbot masjid, kuliah dan belajar ilmu agama. Aku masih mencari siapa gerangan tulang rusukku itu. Kapan ia datang, untuk melengkapi separuh agamaku. Hingga akhirnya goresan takdir mempertemukan kami.
Di sebuah reuni SD aku bertemu dengan teman satu mejaku. Itu adalah reuni SD pertama dan terakhir yang pernah terjadi. Karena SMP-SMA ku dikampung. Jadi kami sempat hilang kontak. Sampai akhirnya salah satu teman SD ku ternyata satu kampus. Dan mengajaku untuk datang di reunian SD.
Rizki teman satu mejaku adalah orang yang berisik. Ia terus saja bercerita tentang berbagai hal. Ia memanfaatkan momen reuni dengan baik untuk mengajak kami kedunianya. Aku yang mendengar ia bercerita tidak terlalu memperhatikannya. Hingga ia menyebut sebuah nama yang mulai menarik perhatianku.
Rizki membahas sebuah nama yang ia sukai bahkan ketika masih SD dulu. Hingga kini ia masih menyukai gadis yang bernama Anjani itu. Ia bertanya kenapa anjani tidak hadir di reuni kali ini. Pertanyaan yang akhirnya ia jawab sendiri. Anjani adalah orang yang pendiam. Bahkan saat SD temannya juga cuma 1.
Memang bagaimanapun anjani adalah orang yang mudah dicintai. Bagi kami para pria yang mendambakan istri yang hebat tentu anjani adalah paket lengkap untuk bisa mengisi posisi itu. Dia shaliha, cantik, dan cerdas. Waktu SD dulu, dia rutin mendapat juara 1 dikelas. Selama 6 tahun, ia adalah juaranya. Dia disukai oleh banyak anak laki - laki saat SD dulu. Cinta monyet kami saat itu. Tapi tidak ada yang pernah berhasil mendapat kesempatan bahkan untuk ngobrol dengannya. Kami hanya bisa mendambakannya dalam diam. Dan bahkan diantara kami masih ada yang mengaguminya dalam diam sampai kami sudah dewasa. Salah satunya rizki.
Rizki masih mengagumi anjani. Ia masih terus stalking kegiatan yang anjani lakukan. Ia bahkan berteman dengan anjani di Facebook. Dan sempat saling membalas chat di jejaring media sosial itu. Dari sanalah aku mulai tertarik untuk ikut melakukan pendekatan asmara dengan anjani.
Aku tidak ada niat untuk menikung teman sendiri. Tapi toh diantara kami tidak ada satupun yang sudah berhasil mendekatinya lebih jauh. Bahkan rizki pun yang sudah berbalas chat dengannya. Masih terasa hanya sebatas basa basi saja anjani membalasnya.
Quote:
Malam itu seusai kajian, aku berselancar di facebook mencari FB milik anjani. Dan mudah saja mencarinya. Karena aku sudah liat detailnya di hp milik rizki kemarin. Mulai dengan mengajukan pertemanan di FB dan berharap ia segera membalasnya.
Dua hari berselang di hp ku muncul sebuah notifikasi yang tertulis disana. Bahwa aku dan anjani kini berteman di FB. Meski senang tapi aku masih bersikap biasa. Toh ini baru awal. Kalau berpikir sainganku yang lumayan banyak. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap. Tapi tetap berusaha, itu adalah jalan ninjaku
.
Malamnya aku mulai mengirim sebuah pesan kepadanya. Di awal aku memang sempat mengalami apa yang rizki rasakan. Di balas chatnya hanya sekedar formalitas saja. Sampai saat aku bercerita bahwa aku ini sekarang adalah seorang marbot masjid. Yang ikut kajian sana sini. Membuat anjani mulai antusias membalas chatku.
Anjani sepertinya tertarik dengan orang orang yang taat beragama. Kami mulai sering saling membalas pesan di sela - sela kegiatan kami. Aku merasa sepertinya ini akan berjalan lebih mudah mulai memberanikan diri untuk mengajaknya bertemu. Aku beralasan ingin memberikan ia buku buku tentang agama. Sempat menolak ajakanku. Dengan sedikit usaha lebih keras akhirnya ia mau asal bertemu dirumahnya saja.
Dengan penuh semangat di sebuah malam aku yang senang karena akhirnya bisa bertemu anjani setelah sekian lama hanya bertukar chat. Berangkat kerumah anjani. Mampir ke tukang martabak. Aku lanjut kerumahnya dengan membawa martabak coklat keju.
Sampai dirumahnya aku disambut oleh bapaknya, yang sedikit merengut. Wajahnya tampak sedikit menyeramkan. Tanpa memunculkan kesan ramah. Aku berbicara dengan bapaknya kalau ingin menyerahkan buku ke anjani. Bapaknya memanggil anjani, tak lama anjani muncul dan tersenyum padaku. Sedikit mengobati rasa canggung atas sambutan yang kurang baik dari bapaknya.
Setelah menyerahkan buku dan martabak. Aku langsung pergi, karena anjani tidak menawarkanku untuk masuk kerumahnya. Aku paham mungkin untuk menjaga perasaan ayahnya.
Tapi aku cukup senang karena bisa bertemu dengannya dan bisa menyapanya secara langsung. Kalau dipikir pikir itu pertemuan pertama kami setelah lulus SD.
Dua hari berselang di hp ku muncul sebuah notifikasi yang tertulis disana. Bahwa aku dan anjani kini berteman di FB. Meski senang tapi aku masih bersikap biasa. Toh ini baru awal. Kalau berpikir sainganku yang lumayan banyak. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap. Tapi tetap berusaha, itu adalah jalan ninjaku

Malamnya aku mulai mengirim sebuah pesan kepadanya. Di awal aku memang sempat mengalami apa yang rizki rasakan. Di balas chatnya hanya sekedar formalitas saja. Sampai saat aku bercerita bahwa aku ini sekarang adalah seorang marbot masjid. Yang ikut kajian sana sini. Membuat anjani mulai antusias membalas chatku.
Anjani sepertinya tertarik dengan orang orang yang taat beragama. Kami mulai sering saling membalas pesan di sela - sela kegiatan kami. Aku merasa sepertinya ini akan berjalan lebih mudah mulai memberanikan diri untuk mengajaknya bertemu. Aku beralasan ingin memberikan ia buku buku tentang agama. Sempat menolak ajakanku. Dengan sedikit usaha lebih keras akhirnya ia mau asal bertemu dirumahnya saja.
Dengan penuh semangat di sebuah malam aku yang senang karena akhirnya bisa bertemu anjani setelah sekian lama hanya bertukar chat. Berangkat kerumah anjani. Mampir ke tukang martabak. Aku lanjut kerumahnya dengan membawa martabak coklat keju.
Sampai dirumahnya aku disambut oleh bapaknya, yang sedikit merengut. Wajahnya tampak sedikit menyeramkan. Tanpa memunculkan kesan ramah. Aku berbicara dengan bapaknya kalau ingin menyerahkan buku ke anjani. Bapaknya memanggil anjani, tak lama anjani muncul dan tersenyum padaku. Sedikit mengobati rasa canggung atas sambutan yang kurang baik dari bapaknya.
Setelah menyerahkan buku dan martabak. Aku langsung pergi, karena anjani tidak menawarkanku untuk masuk kerumahnya. Aku paham mungkin untuk menjaga perasaan ayahnya.
Tapi aku cukup senang karena bisa bertemu dengannya dan bisa menyapanya secara langsung. Kalau dipikir pikir itu pertemuan pertama kami setelah lulus SD.
Quote:
Ikrar Cinta

Pertemuan pertama kami menambah kemajuan dalam hubungan kami. Anjani bercerita bahwa bapaknya memang tidak suka jika ada teman laki laki anjani datang kerumahnya. Sepertinya itu cara bapaknya menjaga anaknya. Aku tidak bermasalah dengan itu toh aku serius dengan anaknya. Dan datang dengan niat untuk mengajaknya menikah. Bukan sekedar pacaran ala anak muda sekarang.
Kedekatan kami sudah sangat erat. Kami bahkan sering menelpon setiap malam. Anjani bercerita banyak tentang kehidupannya. Kami saling bertukar keluh kesah. Juga kami saling menasihati dalam perkara agama. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berikrar cinta dan berkata akan menikahinya.
Anjani membalas cintaku. Malam itu kami benar benar dua sejoli yang dimabuk asmara. Meski hanya melalui telpon. Kami saling menyatakan cinta dengan perasaan tulus kami. Akhirnya cintaku terbalas.
Kami melewati hari demi hari. Bulan demi bulan. Dengan satu mimpi untuk membangun bahtera rumah tangga. Kami saling telpon setiap malam. Bertukar kata cinta melalui pesan singkat. Membahas masa depan bagaimana kita akan membangun rumah tangga nanti. Jika takdir menghendaki harusnya kami menikah tahun depan. Namun takdir tidak mudah dipahami. Meski kita sama sama beragama dengan baik. Dan sama sama Islam. Tidak cukup untuk bisa menyatukan kami.
Quote:
Perpisahan

Di sebuah kajian malam itu seorang ustadz berkata, bahwa islam terpecah menjadi 83 golongan. Dan hanya ada satu golongan yang selamat yaitu ahli sunnah wal jamaah.
Aku kini makin banyak tau tentang agama. Makin banyak tau tentang perintah dan larangan-Nya. Dari sisi ilmu agama mungkin aku sudah cukup untuk memimpin rumah tangga. Anjani pun paham itu, setelah sekian lama kami bertukar cerita dan pengetahuan. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa anjani memilihku.
Kami mulai menyusun rencana untuk membicarakan perihal niatan kami ke orang tua kami masing masing. Ibuku mudah saja menyetujuinya. Tapi bagaimana dengan bapak anjani. Apakah mudah menerimaku untuk menjadi menantunya.
Aku menunggu kabar dari anjani. Tentang bagaiman impersi bapaknya. Anjani baru mengabariku 3 hari setelahnya. Bahwa ada satu syarat kalau aku mau diterima menjadi menantunya.
Aku bertanya apa syaratnya. Syarat yang diberikan itu bukan harus membawa uang sekian. Atau punya sesuatu yang mentereng. Syarat yang begitu sederhana sebenarnya. Namun sayang aku tidak akan pernah bisa mewujudkannya.
"Aku harus gabung menjadi jamaah LDII"
"Aku harus di baiat dan menjadi jamaah LDII"
Itu syaratnya.
Sebuah syarat yang sederhana. Namun mengganggu keyakinanku. Aku bertanya kepada orang yang lebih paham agama. Apa itu LDII?, Seperti apa ibadahnya? dan bagaimana keyakinannya.
Banyak orang yang ku mintai pendapat. Menyarankanku untuk menjauhi LDII. Bahkan salah satu guruku sempat memintaku untuk bertobat jika ada niatan untuk menjadi anggotanya.
Dari sana aku putuskan untuk merayu anjani agar bisa memberi pemahaman ke bapaknya. Bahwa kita masih satu agama. Bahkan yang berbeda agama saja masih diperbolehkan menikah dengan beberapa ketentuan. Kita yang satu agama masa dilarang hanya karena berbeda organisasi islam.
Anjani sudah berusaha membujuk bapaknya, namun karena keluarga besar anjani memang anggota LDII. Anjanipun mendapat penolakan bukan hanya dari bapaknya. Namun dari anggota keluarganya yang lain.
Aku terus membujuknya. Aku berkata akan berusaha membahagiakannya. Namun perbedaan kami dalam memilih jalan berislam pada akhirnya mencapai titik dimana akhirnya kami harus berpisah.
Anjani memutuskan untuk berhenti berjuang untukku. Dan lagi ternyata bapaknya sudah memberikan pilihan laki laki dari Jamaah LDII. Di suatu malam, aku duduk termenung setelah menerima pesan singkat dari anjani.
"Maafkan aku di, sepertinya kita harus menyerah. Semoga kamu bisa mendapat ganti yang lebih baik dari aku. Aku tetap sayang kamu meski kita tidak lagi bersama"
Pesan SMS terakhir anjani, karena setelahnya ia tak pernah membalas telepon maupun SMS ku lagi.
Bagaimanapun anjani adalah salah satu orang yang paling berkesan dalam hidupku. Kecerdasannya, Shalihanya ia, dan wajahnya yang bersinar dengan cahaya wudhu itu mampu membuatku terpaku atas kehilangannya.
Meski itu karena aku memilih untuk mempertahankan keyakinanku. Bahwa dalam islam Aqidah adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Namun pertentangan untuk melepaskan anjani adalah salah satu penyesalan yang masih membekas hingga saat ini.
Hari ini aku masih sering stalking FB nya. Kini ia sudah berkeluarga dan memiliki seorang putra. Semoga ia bahagia, bersamanya. Dan semoga kenangan atasku akan tetap ada.

Di sebuah kajian malam itu seorang ustadz berkata, bahwa islam terpecah menjadi 83 golongan. Dan hanya ada satu golongan yang selamat yaitu ahli sunnah wal jamaah.
Aku kini makin banyak tau tentang agama. Makin banyak tau tentang perintah dan larangan-Nya. Dari sisi ilmu agama mungkin aku sudah cukup untuk memimpin rumah tangga. Anjani pun paham itu, setelah sekian lama kami bertukar cerita dan pengetahuan. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa anjani memilihku.
Kami mulai menyusun rencana untuk membicarakan perihal niatan kami ke orang tua kami masing masing. Ibuku mudah saja menyetujuinya. Tapi bagaimana dengan bapak anjani. Apakah mudah menerimaku untuk menjadi menantunya.
Aku menunggu kabar dari anjani. Tentang bagaiman impersi bapaknya. Anjani baru mengabariku 3 hari setelahnya. Bahwa ada satu syarat kalau aku mau diterima menjadi menantunya.
Aku bertanya apa syaratnya. Syarat yang diberikan itu bukan harus membawa uang sekian. Atau punya sesuatu yang mentereng. Syarat yang begitu sederhana sebenarnya. Namun sayang aku tidak akan pernah bisa mewujudkannya.
"Aku harus gabung menjadi jamaah LDII"
"Aku harus di baiat dan menjadi jamaah LDII"
Itu syaratnya.
Sebuah syarat yang sederhana. Namun mengganggu keyakinanku. Aku bertanya kepada orang yang lebih paham agama. Apa itu LDII?, Seperti apa ibadahnya? dan bagaimana keyakinannya.
Banyak orang yang ku mintai pendapat. Menyarankanku untuk menjauhi LDII. Bahkan salah satu guruku sempat memintaku untuk bertobat jika ada niatan untuk menjadi anggotanya.
Dari sana aku putuskan untuk merayu anjani agar bisa memberi pemahaman ke bapaknya. Bahwa kita masih satu agama. Bahkan yang berbeda agama saja masih diperbolehkan menikah dengan beberapa ketentuan. Kita yang satu agama masa dilarang hanya karena berbeda organisasi islam.
Anjani sudah berusaha membujuk bapaknya, namun karena keluarga besar anjani memang anggota LDII. Anjanipun mendapat penolakan bukan hanya dari bapaknya. Namun dari anggota keluarganya yang lain.
Aku terus membujuknya. Aku berkata akan berusaha membahagiakannya. Namun perbedaan kami dalam memilih jalan berislam pada akhirnya mencapai titik dimana akhirnya kami harus berpisah.
Anjani memutuskan untuk berhenti berjuang untukku. Dan lagi ternyata bapaknya sudah memberikan pilihan laki laki dari Jamaah LDII. Di suatu malam, aku duduk termenung setelah menerima pesan singkat dari anjani.
"Maafkan aku di, sepertinya kita harus menyerah. Semoga kamu bisa mendapat ganti yang lebih baik dari aku. Aku tetap sayang kamu meski kita tidak lagi bersama"
Pesan SMS terakhir anjani, karena setelahnya ia tak pernah membalas telepon maupun SMS ku lagi.
Bagaimanapun anjani adalah salah satu orang yang paling berkesan dalam hidupku. Kecerdasannya, Shalihanya ia, dan wajahnya yang bersinar dengan cahaya wudhu itu mampu membuatku terpaku atas kehilangannya.
Meski itu karena aku memilih untuk mempertahankan keyakinanku. Bahwa dalam islam Aqidah adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Namun pertentangan untuk melepaskan anjani adalah salah satu penyesalan yang masih membekas hingga saat ini.
Hari ini aku masih sering stalking FB nya. Kini ia sudah berkeluarga dan memiliki seorang putra. Semoga ia bahagia, bersamanya. Dan semoga kenangan atasku akan tetap ada.
Source gambar : google
Diubah oleh achanyoe 25-04-2020 12:36






nona212 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
2.2K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan