- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta yang Dikenang untuk Seorang Diri


TS
froye
Cinta yang Dikenang untuk Seorang Diri


Credit:Pixabay.com (Alexas_Fotos)
Quote:
*****
Kembali ke masa Kuliah sewaktu di Bandung.
Bisa dikatakan kisah cinta paling indah terjadi di masa itu. Walaupun kisahnya harus berujung di dua titik.
Aku saat itu merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung mengambil jurusan teknik elektro.
Bukan pilihan dari hati sebetulnya hanya berupa saran dari orang terdekat yang memaksaku memilih jurusan elektro.
Pertama kali menginjakkan kaki di kampus sebagai mahasiswa yang aku cari adalah daftar nama yang akan menjadi teman sekelasku.
Dan fokus ku adalah mencari seberapa banyak perempuan yang masuk ke dalam jurusan elektro ini, mengingat ini merupakan jurusan yang identik dengan pria.
Ternyata ketika aku melihat daftar tersebut cukup banyak perempuan yang diterima di jurusan Teknik Elektro yang membuatku cukup lega, karena kupikir kelasku akan selalu bersama pria.
Setelah melewati masa orientasi siswa untuk para mahasiswa baru, aku akhirnya memulai kelas pertama ku di perguruan tinggi ini.
Hari demi hari aku semakin mengenal teman-teman baru ku dan mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ini.
Sebagai mahasiswa baru aku ingin memiliki aktifitas lain selain perkuliahan, akhirnya aku memutusakan untuk mengikuti klub catur kampus, karena bermain catur memang hobi ku walaupun belum pernah ditekuni dengan serius.
Dari teknik elektro yang mendaftar bergabung ke klub catur ini ternyata hanya dua orang, aku dan teman kelasku, Marsela.
*****
Marsela, dia sosok perempuan yang cukup tomboy, namun memiliki wajah yang manis. Dia mememiliki darah keturunan Jepang dari Ayahnya yang membuatnya memiliki wajah yang cukup menarik.
Aku tentu senang melihat dia bisa satu klub catur dengan ku, tapi aku hanya sebatas kagum akan karakter dan penampilannya.
Kami menjadi semakin akrab dari hari ke hari karena sering bertemu di kelas dan juga di klub catur kampus.
Kita sering pergi bersama menuju basecamp klub catur setelah selesai dari kelas mata kuliah kami.
Marsela setiap harinya selalu ceria sama seperti ku yang senang bercanda, membuat kami lebih cepat untuk merasa nyaman menjadi seorang teman.
Topik pembicaraan kita luas dari film, mata kuliah, kuliner, dan tentu saja strategi bermain catur.
Kita sering bermain bersama untuk meningkatkan level permainan kita agar bisa masuk tim inti klub catur kampus dan bisa mengikuti turnament tahunan antar perguruan tinggi.
Kebersamaan dalam melewati hari-hari di kampus bersamanya membawa perasaan ku tidak lagi hanya kagum namun kini aku selalu ingin bersamanya.
Aku menjadi lebih semangat untuk pergi ke Kampus karena bisa melihat dan berbicara dengannya.
Kita berdua memiliki status single, dan khusus untukku, aku belum pernah sekalipun pacaran sampai detik itu.
Timbul dibenakku untuk menjadikan Marsela pacar pertama ku.
Namun, aku harus menutup kemungkinan tersebut, alasannya konyol karena dia dan aku memiliki kepercayaan yang berbeda.
Hal ini konyol karena kita tidak memilih kepercayaan yang diwariskan ini, tapi aku sudah terlalu dalam dan sulit meninggalkan kepercayaan yang sudah aku tekuni ini.
Hal ini konyol karena kita tidak memilih kepercayaan yang diwariskan ini, tapi aku sudah terlalu dalam dan sulit meninggalkan kepercayaan yang sudah aku tekuni ini.
Aku sering berpikir di malam hari sebelum mataku terlelap, untuk mengutarakan rasa cintaku padanya, tapi banyak pertimbangan yang membuatku bimbang.
Salah satunya adalah keyakinan yang berbeda.
Aku yang belum pernah berpacaran ini berpikir pasti akan selalu mencintai dia apapun yang terjadi dan tak ingin kehilangannya, menjadikannya yang pertama dan terakhir.
Ya, aku tak ingin kehilangannya, bila cintaku diterima olehnya maka hubungan itu akan berakhir karena bila tujuan dari menjadi sepasang kekasih adalah untuk menikah dikemudian hari hal itu sulit terjadi bila berbeda keyakinan.
Lagi pula kita berdua bisa dikatakan cukup taat dengan keyakinan kita masing-masing.
*****
Keseharian di kampus berjalan seperti biasa aku masih di klub catur bersama Marsela dengan berbagai kejadian menyenangkan.
Karena kedekatan kami, aku dan Marsela sering dianggap berstatus pacaran, mungkin hal ini juga yang membuat para pria tidak mencoba untuk mendekatinya.
Pada kenyataannya kami tidak pernah memiliki status sebagai sepasang kekasih.Di ujung perkuliahan kami, di semester terakhir disaat teman-teman kami hanya sibuk untuk mengerjakan tugas akhir, aku dan Marsela harus membagi waktu juga dengan klub catur kampus karena anggota kami yang cukup minim memaksa kami harus tetap menjalankan klub ini agar tetap aktif.
Namun, kami tetap semangat menjalankan semuanya ini dan selalu berusaha ceria bersama.
Candaan receh bisa menjadi gelak tawa bila kita sudah bersama membuat ku selalu semangat bila bersamanya.
Hingga akhirnya aku tidak mampu lagi menyembunyikan perasaan ini.
Aku pikir tidak apa-apa jika kita tidak bisa bersama tapi aku hanya ingin mengutarakan bahwa dia adalah sosok istimewa di hatiku, agar hatiku merasa tenang, karena mungkin tidak akan lagi kita bertemu seperti ini saat kita sudah lulus dari kampus ini.
Aku putuskan untuk mengutarakan perasaan cinta ini yang aku sendiri tak tau apa ujungnya, karena aku benar-benar tidak bisa menjadi pacarnya.
Perasaan yang campur aduk itu aku biaskan dengan ungkapan bahwa aku akan kecewa bila berpisah dengannya tanpa mengutarakan perasaan jujur ini.
sampai akhirnya momen itu tiba di ujung perkuliahan kami.
sampai akhirnya momen itu tiba di ujung perkuliahan kami.
*****
Sudah hampir empat tahun kami saling mengenal. Di perkuliahan, aku dan dia berhasil lulus sidang menyisakan revisi dan berbagai administrasi untuk menuju wisuda.
Aku berpikir inilah momen yang tepat untuk mengutarakan perasaan ini.
Waktu itu setelah dia selesai melakukan revisi bersama dosen pembimbingnya, kami pergi ke basecamp klub catur untuk menyelesaikan beberapa rencana kami untuk turnamen catur tahun itu, karena kami berdua adalah tim inti untuk turnamen tersebut.
Kami bersama tim klub catur berbicara panjang lebar mengenai taktik dan berbagai hal berhubungan dengan catur hingga larut malam.
Sekitar pukul 10 malam percakapan kami selesai dan kami putuskan untuk melanjutkan pembicaraan besok harinya.
Seperti biasa aku dan Marsela selalu berdua dan kami berjalan menuju parkiran bersama.
Di tengah perjalanan ini kami bercakap-cakap tentang banyak hal.
Seperti biasa aku dan Marsela selalu berdua dan kami berjalan menuju parkiran bersama.
Di tengah perjalanan ini kami bercakap-cakap tentang banyak hal.
Konidisi malam yang dingin di Bandung dengan angin yang cukup kencang membuat kami cukup kedinginan.
Namun rasa dingin ini mulai menghilang, suhu tubuh ku terasa menghangat dan jantungku berdebar kecang, aku pikir inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan isi hatiku.
Aku akhirnya memberanikan diri, mengumpulkan keberanian dan mengajak Marsela untuk duduk sejenak di bangku lorong yang sudah sepi dan cukup gelap.
Aku akhirnya memberanikan diri, mengumpulkan keberanian dan mengajak Marsela untuk duduk sejenak di bangku lorong yang sudah sepi dan cukup gelap.
Suasana malam cukup tenang saat itu, Marsela menanyakan apa yang ingin aku bicarakan.
Kita berdua duduk bersebelahan, aku menatap matanya dan berkata “Tentang perasaan ku ke kamu Sel ”.
Aku terdiam, jantungku berbedar kian kencang, kepalaku terasa memanas, aku sangat tegang saat itu, sampai akhirnya dia memecahkan keheningan dan berkata “Aku tau kok ”.
“Heh!? ”, aku kaget mendengar perkataanya, belum sempat aku mengutarakan perasaan ini, ia melanjutkan perkataanya, “Tau gak, aku cinta sama kamu”
Sial, perasaanku semakin tak menentu, jantung masih berdebar kencang, lalu ia mengatakan hal yang membuat jantungku mereda tak lagi berdetak kencang, “Tapi, kita gak bisa jadian kan.. sedih ya..”
Ekspresinya berubah, ia mengerutkan dahinya, matanya mulai berkaca-kaca, menahan agar tidak mengeluarkan air mata.
Sekilas aku berpikir, apakah ia juga memikirkan hal yang sama selama ini, memiliki perasaan cinta namun tidak akan bisa bersama karena keyakinan yang berbeda, keyakinan yang sebetulnya bukan kita pilih sendiri, tapi warisan dari orang tua kita.
Air matanya akhirnya mengalir, ia memalingkan wajahnya.
“Sel, aku juga suka sama kamu,, tau gak aku selalu mikirin ini dan selalu berusaha mengalihkan perasaan ini, tapi hari ini aku putusin untuk ungkapin perasaan ini sebelum wisuda kita”.
“aku cinta sama kamu, tapi ya.. kita gak bisa jadian.. emang sedih ya.. hehe”. Aku berusaha untuk menguatkan diri agar pembicaraan kita bisa mencair.
Aku mulai berpikir mungkin ini keputusan yang salah, seharusnya aku diamkan saja perasaan ini dan membiarkan waktu untuk menutup perasaan ini.
Suasana menjadi semakin hening, kita hanya terdiam.
Marsela menundukkan wajahnya, lalu menatapku, dengan mata yang masih berkaca-kaca, ia menatap mataku, kita terdiam saling bertatap.
Kini matanya tertuju pada bibir ku, ia mendekatiku, kita berciuman, bibirnya menyentuh bibirku.
Tapi aku tahu, ini bukan ciuman untuk menyambut suatu hubungan yang akan terjalin, ini ciuman perpisahan.
Ia lalu berjalan pergi ke arah parkiran, tanpa sepatah kata pun, aku masih terdiam duduk di lorong itu, merenungkan kejadian itu, hingga tak terasa air mata ku pun menetes, sedih karena aku tau hubungan kita besok tidak akan sama lagi.
Perasaan ku sangat kecewa saat itu, dan aku merasa keputusan yang salah telah kuambil, ego ku menang kala itu, seharusnya aku tetap simpan perasaan itu.
*****
Keesokan harinya aku dan dia bertemu di klub catur kampus dan berusaha untuk bersikap biasa namun, tidak bisa, ada perasaan yang mengganjal, kita tidak lagi bisa bercanda lepas.
Hingga terakhir kita bertemu setelah turnamen catur terakhir kita, pembicaraan terkahir kita adalah tentang strategi catur dan mengulas hasil pertandingan tim kita.
Klub catur kita harus finish di peringkat 6 di turnament itu, bukan hasil yang buruk, namun disitulah terakhir aku berbicara dengannya.
Setelah acara wisuda, kita tidak lagi pernah bertemu, mungkin itu yang terbaik agar rasa cinta kita semakin terkubur.
Percuma bila kita bersama namun akhirnya kita tetap harus berpisah di kala rasa cinta semakin menggebu.
Kini kita berada di sisi permainan catur yang berbeda dan bahkan di papan catur yang berbeda.
Kita memulai perjalanan yang baru dan akan menggerakkan bidak-bidak kehidupan kita di tempat yang berbeda.
Mungkin kita benar-benar tidak akan lagi bertemu, dan kisah ini hanyalah menjadi kisah yang cukup untuk dikenang seorang diri.
Diubah oleh froye 24-04-2020 12:04






nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
645
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan