Kaskus

Story

uliyatisAvatar border
TS
uliyatis
Catatan Usang di Penghujung Hati
Catatan Usang di Penghujung Hati



Catatan Usang di Penghujung Hati



Udara pantai terasa dingin, ketika senja mulai menyapa. Debur ombak menambah sunyinya hati, menapak langkah tatkala cinta mulai menghindar. Laki-laki yang pernah hadir dalam hidupku, akhirnya membuat diri ini harus mengeluarkan butiran kristal berwarna bening dan merelakan kepergiannya.

Pasir lembut, menyentuh ujung kaki menyadarkanku akan langkah yang tersandung kerikil kehidupan. Sakit, tapi harus tetap diterima. Tidak mungkin terus meraung, meratapi nasib. Hidup harus terus berjalan, walau sempat hadir keinginan untuk menghentikannya.

Ingatanku membayang pada sosok yang kukenal pada masa putih abu-abu itu. Berawal dari sama-sama menyukai olahraga terutama basket.

Masih lekat dalam ingatan, ketika teriakanku selalu menggema dari tepi lapangan, memberinya semangat di setiap pertandingan.

"Ayo, shoot, Im. Tembakan tiga poin!"

Laki-laki itu selalu membalas teriakanku dengan senyum dan lambaian tangan. Senyum yang bisa merubah duniaku.

Entah kenapa, ingatanku terus berputar pada sosok yang dulu kerap mengisi hari bersama. Ya, laki-laki itu bernama Imtaq, tapi aku sering memanggilnya, Im saja. Meski tubuhnya tidak terlalu jangkung, tapi dia jago membawa bola dan tembakannya pun jarang yang meleset.

Setiap bertanding melawan sekolah lain atau pertandingan antar kelas, classmeeting, dia selalu tampil cemerlang. Membuat kenangan itu sempat menari-nari dalam kepalaku untuk beberapa lama.

Lapangan basket yang dulu menjadi tempat kesukaanku, kini bukan lagi, sejak perpisahan itu terjadi. Bahkan sempat menjadi tempat yang kubenci untuk beberapa waktu.

Perpisahan yang kualami, memang sesuatu yang menyakitkan. Tidak pernah terlintas di benakku. Bahkan ketika terdengar selentingan kalau dia selingkuh dengan perempuan yang memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkanku. Aku mencoba bersabar, mencari waktu terbaik, menanyakan kebenaran berita itu.

Hingga akhirnya waktu itu tiba. Aku sengaja memilih bertemu di pantai, karena tempat ini, tidak begitu banyak orang lalu-lalang pada pagi hari.

"Benar, ya, Im, berita yang kudengar beberapa hari ini. Kamu udah selingkuh?" Aku mencoba tegar, saat melesatkan pertanyaan itu, menatap tepat ke bola matanya.

Dia hanya menunduk, menatap deretan pasir di bibir pantai. Mencoba menghindar, tak ingin menjawab pertanyaanku tadi.

"Im ...!" Aku kini berteriak, memanggil namanya. Merasa pertanyaanku tak digubrisnya.

Laki-laki yang dulu pernah mengisi cerita di hari-hariku itu, perlahan mengangkat wajah, menatapku dengan sayu. Rasanya, aku ingin berlari meninggalkan dan membiarkannya sendiri. Namun, rasa ingin tahu yang begitu besar, membuatku bertahan

"Maafkan aku, Li. Maafkan ...." Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibirnya.

Seketika tubuhku menjadi lemas, dunia seperti berputar. Kalau tidak malu, aku ingin menangis sejadi-jadinya. Perih, kecewa, marah bercampur jadi satu. Tidak menyangka akan diduakan dan dilupakan begitu saja.

"Jadi, benar, semua berita itu, Im?"

Kembali aku bertanya, mencoba mendengar ketegasan darinya. Dunia seperti mau runtuh, saat melontarkan pertanyaan itu.

Imtaq tidak menjawab, dan melemparkan pandangannya ke tengah laut. Amarah yang sedari tadi masih kupendam, tiba-tiba saja meledak, tak tahan melihat sikapnya. Kemudian, dia kembali menunduk, menatap butiran pasir yang melekat di jari-jari kakinya.

Dengan membawa rasa sakit hati dan jengkel, aku meninggalkannya. Jiwa ini terasa perih telah dikhianati. Laki-laki yang kubarapkan bisa berjodoh dan memiliki hubungan lebih lama, ternyata hanya laki-laki pengecut dan materialistis.

Foto-foto yang terpajang di atas meja, menjadi pelampiasan marah dan sakit hati. Butiran bening kembali deras membasahi pipi, tak bisa dibendung. Bantal menjadi tempatku mencurahkan seluruh air mata yang tumpah.

Kemudian, dengan mata masih berair, aku mengeluarkan semua benda-benda kenangan yang akan mengingatkanku pada laki-laki penghianat itu. Membungkus, dan meletakkannya dalam kardus setelah itu membuangnya jauh-jauh.

Pantai yang menjadi salah satu tempat favorit kami selain lapangan basket pun perlahan tak lagi kujamah. Rasa nyeri itu pasti akan timbul ketika harus melewati tempat itu.

Mungkin salahku juga terlalu percaya dengan cinta pertama dan berpikir kalau cinta akan bisa bertahan sampai kapan pun. Berpikir, kalau ada cinta sejati yang akan terus bersinar.

Beberapa teman sempat menanyakan kebenaran putusnya jalinan cinta kami. Seakan tidak percaya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi.

Dulu, berkali-kali, aku terus mencoba memarahi diri sendiri. Mengucapkan kata-kata yang acap terlintas dalam hati, yaitu betapa bodohnya diri ini yang terlalu percaya dengan indahnya cinta masa remaja.

Namun, seiring jalan, cinta akhirnya menemukan jalannya. Mungkin Im bukan laki-laki yang terbaik yang diberikan Allah sebagai pendamping hidupku. Bisa jadi, ini karena Allah terlalu sayang padaku.

Cerita yang telah berakhir bertahun-tahun lalu, sempat tersimpan dalam labirin jiwa. Catatan yang hanya merupakan sepenggal episode hidup yang tertinggal. Mengiringi jalan cerita selanjutnya yang telah digariskan Allah. Apalagi, setelah menghadirkan seseorang yang bisa menerima semua kekuranganku dan bersedia menjalani hidup, dalam suka dan duka.

Catatan yang tetap terbungkus rapi dan takkan menyakiti lagi, karena semua itu hanya masa lalu, sebagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui.

Catatan yang akan segera menghilang, dan tak lagi hadir seiring jodoh yang dihadirkan Allah untuk mengarungi seluruh nikmat yang telah berada dalam dekapan.

Cinta memang indah, tapi cinta itu seperti catatan usang. Pergi saat tak lagi memberi banyak warna dalam hidup. Datang kembali ketika jiwa telah sanggup menerima makna sebenarnya tentang apa itu cinta.

Sumber : Dokpri
Sumbet foto : pinterest
Diubah oleh uliyatis 26-05-2020 14:05
gustiarnyAvatar border
ismilailaAvatar border
ummuzaAvatar border
ummuza dan 59 lainnya memberi reputasi
60
2K
94
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan