- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menjalani Hidup Dibulan Puasa Hingga Hari Raya dan Selanjutnya


TS
arbib
Menjalani Hidup Dibulan Puasa Hingga Hari Raya dan Selanjutnya
Quote:

Bulan puasa tiba disaat pandai corona virus covid-19 belum mereda. Kematian yang menggemparkan dunia hadir dalam berita berbagai belahan dunia. Walaupun kita tahu cuma dari berita.
Kematian akibat virus covid-19 yang terjadi sebagian dianggap sebagai berita yang di besar besarkan oleh media. Ada yang menganggap itu sebagai hoax konspirasi elite global, untuk membentuk tatanan ekonomi baru, ada yang menganggap berita corona sebagai konspirasi bisnis farmasi dan beragam argumentasi liar seputar corona bermunculan silih berganti.
Yang jelas, kemunduran ekonomi dan penurunan pendapatan bahkan hilang penghasilan, sudah mulai dirasakan jutaan orang. Pembatasan sosial dan fisik secara langsung membuat berbagai kegiatan pertukaran bisnis terhenti. Ancaman berbagai penyakit, akibat kurang duit, mulai bermunculan melilit.
Kampanye dirumah saja, tentu memberikan rasa aman dan nyaman. Untuk yang punya rumah. Tapi tidak berlaku bagi orang yang belum memiliki hunian pribadi. Di bulan puasa ini, puasa penghasilan tak serta merta diikuti oleh puasa menerima iuran oleh pemilik kontrakan. Para juragan kontrakan atau pemilik hunian, mungkin tidak akan menerima, orang yang puasa membayar sewa atau iuran bulanan. Ini fakta yang pahit terjadi.
Adakah juragan kontrakan yang rela, bila penghuninya tidak mampu membayar lagi?... Mungkin saja ada, juragan yang baik hati dan budiman. Namun,,,,, rasanya itu sulit ditemukan.
Puasa penghasilan, tak dapat diikuti oleh puasa membayar iuran kebutuhan. Contoh saja listrik yang menjadi kebutuhan masyarakat umum. Masih juga harus dibayar. Walaupun untuk perumahan menengah kebawah, yang mengkonsumsi daya listrik dibawah 900wat diberikan keringanan oleh pemerintah. Namun, mungkin saja belum dipikirkan oleh pemerintah, orang orang yang mendiami hunian sewa alias kontrakan, daya listrik yang terpasang saat ini, sebagian besar diatas 1.300w. Dan di Jakarta khususnya, sebagian besar listrik pada kontrakan, menggunakan sistem voucher.
Selain itu, kebutuhan pangan setiap hari juga perlu biaya. Salah satu upaya mencegah penyakit, termasuk infeksi akibat paparan virus corona covid-19, adalah makan makanan yang bergizi. Nah, ini dilema yang bertolak belakang dengan keadaan. Bagaimana bisa memenuhi gizi sementara penghasilan harian sudah puasa cukup lama. Pada akhirnya, untuk mengatur dana cadangan bahkan hutang pinjaman, kita mau tidak mau mengurangi porsi pangan. Pertimbangan gizi, menjadi nomor sekian. Yang diutamakan makan yang penting kenyang.
Gencarnya kampanye di rumah saja, diikuti dengan tutupnya berbagai tempat bisnis dan usaha, serta di rumahkannya para pelaku usaha, membuat pengangguran dadakan bertambah. Dirumah saja, walaupun masih muda, karena bisa tertular virus dan bisa menularkan kepada orang tua. Sayangi keluarga sayangi orang tua, agar tidak tertular penyakit virus corona. Itu menjadi jargon kampanye memutus mata rantai penyebaran virus corona covid-19 saat ini.
Ada bentulnya juga. Memang dalam kondisi begini, harus kita maklumi. Namun yang terjadi, ketika kita berhari hari, bahkan sudah masuk satu bulan dirumah saja. Satu bulan puasa penghasilan, kitapun mulai resah. Pikiran mulai tidak karuan. Ini merupakan pintu masuk menurunnya kondisi kesehatan kita.
Dirumah saja, karena sayang orang tua tak seirama dengan keadaan yang terjadi. Orang tua yang biasanya bahagia, melihat anak anaknya sudah kerja dan punya penghasilan kini ikut juga resah.Melihat anaknya yang tak menentu nasib, sampai kapan puasa penghasilan, para orang tua ikutan terbebani pikirannya. Walaupun anak anak mereka, selalu mengatakan, tak perlu kami jadi beban pikiran, semua pasti ada jalan. Namun, namanya orang tua, tentu saja, tidak akan tenang dengan mudah. Merekapun tanpa disadari larut dalam pikiran yang resah. Akibat beban pikiran yang ada, masalah kesehatan mengintai antri.
Kesehatan yang menurun tentu siap hinggap dalam tubuh kita, bila kecemasan, kepanikan dan beban pikiran campur aduk setiap hari. Ini efek samping yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang yang hanya berpikir cari aman dengan teriak semua mesti dirumah saja.
Orang orang yang masih bergelut dengan keramaian, jangan pikir mereka tidak takut tertular virus. Berbagai berita yang sudah ditemui, tentu saja membuat mereka sudah sadar betul resiko yang akan didapatkan. Sebagian berpikir bila tertular virus belum tentu sakit dan mati, namun tak punya penghasilan untuk berbagai biaya, tentu bisa menyebabkan sakit dan mati.
Jadi pilihan pahit tak puasa aktivitas usaha dilakoni. Andai saja mereka yang masih berjibaku dalam keramaian usaha, punya dana yang cukup, TS yakin mereka akan sama dengan yang cari aman dirumah saja. Mereka akan dengan sukarela puasa aktivitas, guna mendukung program memutus mata rantai penyebaran wabah. Namun karena keadaan, maka pilihan penuh resiko ditempuh.
Di negeri amerika serikat saja. Yang diberitakan angka kematian serta tingkat penularan terbesar, ada demo menuntut untuk normalisasi kegiatan perekonomian. Apalagi seperti di negeri kita ini. Jadi wajar saja bila masih banyak usaha yang tetap merayap jalan, ditengah pandemi corona, walaupun bukan usaha kebutuhan pokok. Alasannya masih masuk akal, karena tuntutan kebutuhan hidup.
Masing masing kita tentù beda latar belakang, kemampuan keuangan, serta ketahanan fisik terhadap penurunan kesehatan akibat dari berbagai kondisi. Jadi, jangan terlalu risau, bila pemerintah melakukan langkah kebijakan penanganan masalah, dilakukan secara bertahap dan hati hati. Pemerintah, tentunya sudah punya kalkulasi untuk penetapan keputusan dan kebijakan yang diambil serta dijalankan.
Di bulan puasa ini, selain puasa makan dan minum di siang hari, kita juga mesti berupaya sebisa mungkin puasa nuntut ini itu. Hawa nafsu, kita coba sedapat mungkin diredam agar tak mudah menuntut yang menurut kita patut. Pengendalian diri secara totalitas diperlukan.
Puasa 2020 kali ini, kita menghadapi tantangan yang berbeda dengan tahun sebelumnya.
- Puasa penghasilan
- Puasa Kegiatan masal
- Puasa tradisi mudik
- Puasa lebaran ( bersenang senang di hari raya nanti )
- Dan beragam puasa dari hal yang tidak terlalu penting atau mendesak
Mesti kita jalani dengan lapang dada. Ketabahan dan kemampuan kita bersyukur, setengah keadaan seperti ini, akan kita ini dalam bulan puasa ramadhan kali ini.
Semoga saja kita diberikan kemampuan untuk melalui ini semua. Karena mampu atau tidak kita menjalaninya semua ini akan berlalu....







typhoe dan 24 lainnya memberi reputasi
25
7K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan