Baiklah, gan.. karena beberapa hal, maka sepertinya saya akan mendongeng lagi.
Terserah gan/sis sekalian mau men-cekibot-kan dongeng saya atau tidak.
Saya mulai saja.
Spoiler for Dongeng Omong Kosong:
Siang itu, seperti biasa, kondisi semrawut jalanan kota Phnom Penh menghambat perjalanan kami.
"Oh, Tuhan! Tidak mungkin! Apa ini? Kenapa bisa terjadi? Bagaimana mungkin?!"
Pak Kellard yang duduk di sebelah saya berseru dengan wajah terkejut dan tampak sangat serius dan mata membelalak, sementara satu jarinya mencocoli layar ponsel dengan gerakan panik.
Saya serta-merta menoleh ke arahnya, menunggu apakah dia akan menjelaskan selebgram tolol mana lagi yang membuatnya sampai menjerit terkejut seperti itu. Dan rupanya saya tak perlu menunggu lama.
"Kau percaya ini? Apakah yang sedang terjadi?! Apakah kau sudah melihatnya? Sial! Bagaimana ini bisa terjadi?!" Orang tua yang gagah itu mengacung-acungkan ponselnya ke arahku. "Kau sudah melihat Lotus' hari ini, Jack? Apakah kau sudah mendengar tentang hal ini? Apakah hanya aku yang baru saja mengetahuinya? Kenapa tidak ada orang yang mengatakannya kepadaku? Kau sudah melihat ini? Ini mengerikan!" Berondongnya lagi. Yang dimaksud adalah 'Lotus' Eye', bulletin online harian resmi dari kantor regional Asia.
Spoiler for Dongeng Omong Kosong:
Saat itulah saya mulai menangkap adanya sesuatu yang memang cukup serius tengah terjadi. Air muka serta nada bicara yang digunakan oleh Pak Kellard saat ini adalah khas nada bicara 'Tegangan Tinggi'-nya yang sudah cukup saya kenal.
"Belum, Sir. Saya akan lakukan sekarang." Saya merasa sedikit malu, karena memang menurut prosedur tak resmi seharusnya saya membuka bulletin itu setiap hari. Tetapi sudah beberapa minggu ini saya tidak membukanya karena toh sebagian besar isinya berasal dari hasil laporan tim saya di regional Asia ini. Dan jujur saja, saya lebih sering mendapatkan informasi dari koordinasi lapangan, dan saya cenderung mengambil informasi hanya sebatas hal-hal yang bersinggungan dengan pekerjaan saya saja. Tetapi kejadian barusan membuat saya berjanji untuk segera mengubah kebiasaan buruk itu, mulai hari ini juga.
Maka, dengan gerakan cepat saya keluarkan ponsel dari tas kemudian langsung membuka akses ke Lotus'. Tak sampai sedetik setelah memindai sidik jari, halaman pertama pun terbuka. Dan memang headline yang tertera di sana cukup membuat rahang saya seperti jatuh ke pangkuan saya. Tulisannya, "Virus Tipe Corona Dikonfirmasi oleh Pemerintah Cina."
Dan secara tak sadar, secara harfiah hampir semua ucapan terkejut yang tadi memberondong dari mulut Pak Kellard pun seperti berebutan keluar melalui bisikan saya selama saya membaca beritanya.
Pikiran saya langsung terhubung dengan suatu misi yang -kami kira- telah selesai dengan baik beberapa tahun lalu. Benak saya berfikir keras. Detik itu juga saya mencoba mengevaluasi di mana kesalahan yang kami lakukan seputar misi itu.
"Bukankah kita sudah mengamankan kurirnya?" Saya menggumam.
"Berarti dia tidak sendirian? Atau mungkin orang-orang kuil mengambil resiko dan membuat copy-nya? Atau ada pihak lain lagi?" Gumam Pak Kellard. Wow, dua teori yang disebut pertama itu sangat bagus. Bagaimana dia bisa 'membaca' secepat itu? Orang ini memang jenius, pikir saya.
Spoiler for Dongeng Omong Kosong:
Ya. Sangat mungkin bahwa dugaan itu benar.
Dalam waktu sepersekian detik, benak saya sempat mengagumi ketajaman analisa senior saya itu. Tetapi saya segera menguasai diri dan bersikap wajar. Dan, tentu saja, berusaha ber-improvisasi untuk mengimbangi ucapannya barusan.
"Atau, ada iblis yang berhasil masuk ke 'kuil' dan menggoda Biarawan berikutnya?" Sayangnya, hanya ide teori konyol itu yang berhasil muncul di pikiran saya.
"Good catch. Catat itu juga. Ya, kita lihat saja nanti. Bagaimanapun, tetap saja kita lah yang akan lembur," Pak Kellard menggumam.
Saya sempat bangga meskipun tak menyangka bahwa ternyata Pak Kellardjustru memberikan pujian atas 'ide konyol' saya itu.
"Kunh, ke Kedutaan," kata Pak Kellard singkat. Lalu dia menyandarkan diri ke kursi dan menghela nafas panjang.
"Yes, Sir." Pak Kunh, pengemudi berpangkat letnan di kesatuan penembak jitu itu menjawab dengan nada tenang, kemudian mengatur navigasi mobil ke arah Kedutaan. "Ya, Jack, kita akan sangat sibuk." Kata Pak Kellard lagi. Suaranya pelan. Kemudian dia melayangkan pandangan ke luar, ke arah jalanan kota Phnom Penh yang terlihat semakin semrawut.
Spoiler for Dongeng Omong Kosong:
Ruang rapat malam itu terasa sangat tegang.
Chelsea Wu, seorang agen senior, tengah memaparkan struktur informan kami di Cina. Sudah jelas mengapa kantor pusat menempatkan dia di regional ini, yaitu karena ciri fisiknya yang memudahkan dia membaur dengan penduduk lokal di banyak negara di wilayah ini.
Singkat kata, dari laporan 600 orang informan itu mayoritas mengarah ke 21 poin kesimpulan sementara, yang bisa dikembangkan untuk penyelidikan tahap berikutnya.
Ketika Pak Kellard hendak menutup rapat, ucapannya seperti tertahan. Rupanya dia merasakan getaran di ponselnya. Kami paham bahwa dia harus memprioritaskan menerima panggilan telepon itu dibanding apapun yang tengah dikerjakannya karena pastinya itu berita level tinggi. Karena, kami semua memang mengaktifkan Mode Jingga di ponsel kami setiap kali mengikuti pertemuan penting semacam ini, yaitu hanya akan menerima panggilan dari beberapa jalur superior saja. Artinya, panggilan itu juga penting bagi kami, jajaran yang berada di bawah koordinasi Pak Kellard. Maka kami semua seperti serempak membatalkan gerakan untuk bangkit meninggalkan ruangan itu, menunggu Pak Kellard menyelesaikan urusannya.
Begitu menutup pembicaraanya, Pak Kellard mengaktifkan cast ke layar plasma. Isi ponselnya pun muncul di layar. Dia mencari-cari file di deretan file yang rupanya baru masuk itu.
"Let's see," gumamnya.
Kemudian dia menemukan apa yang dicari, lalu membukanya.
Terpampang thumbnail foto.
"Mereka sebenarnya menginginkan ini," kata Pak Kellard sambil memperbesar sebuah foto peta.
"Damn! Para bedebah serakah itu!" gumamnya lagi.
Di foto terpampang peta kota Pontianak, Indonesia.
Demikian, gan.
Benar-benar dongeng omong kosong.
Terima kasih kalau agan/sista sudah menyempatkan untuk mampir.
Tetap di rumah, gunakan masker jika harus keluar, hindari sentuhan dengan benda-benda atau orang lain di luar rumah, jaga jarak dengan orang lain di luar rumah walaupun terhadap orang yang anda kenal baik sekalipun, cuci tangan sampai pergelangan atau sampai sebatas siku menggunakan sabun, dan nikmatilah masa yang penuh kedamaian ini.
Sekali lagi, terima kasih.