- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kandas Sebelum Terbalas


TS
iminimin7719
Kandas Sebelum Terbalas

Aku bersyukur Tuhan pernah memberiku kesempatan untuk merasakan manisnya jatuh cinta, meskipun tidak berakhir bahagia.
Sumber gambar ilustrasi: Ini
Aku masih terbayang saat pertama kali bertemu dengannya, di kelas baru semester 7. Sepasang mata sayu yang memancarkan kehangatan, begitu menarik perhatianku. Tanpa sadar aku melempar senyum kepada laki-laki itu, diapun membalas dengan senyuman semanis gulali.
Pandangan mata kami beradu sepersekian detik. Saat itu aku mengira bahwa inilah cinta pada pandangan pertama. Oh Tuhan, apakah dia juga berpikir demikian pada saat itu?
Semenjak menjadi teman sekelasnya, aku mulai bersemangat kuliah. Bukan hanya untuk mendapat pelajaran, tapi juga ingin bertemu dengannya.
Hari demi hari, hubungan kami makin dekat. Hampir setiap hari kami menyempatkan untuk makan siang bersama saat jeda perkuliahan. Kadang kami mengunjungi perpus dan membaca skripsi milik kakak tingkat. Aku suka saat dirinya diam-diam melirik ke arahku, kemudian salah tingkah saat aku ikut melirik ke arahnya.
Aku merasakan sinyal-sinyal cinta dari dirinya. Lalu aku tersadar bahwa aku juga menyukainya lebih dari sekadar teman sekelas.

Sumber gambar ilustrasi: Ini
Sebenarnya tak ada yang spesial dari hubungan kami. Terlebih kami sama-sama terlalu pemalu untuk mengungkapkannya. Kami hanyalah dua makhluk introvert paling naif. Namun, sungguh saat itu aku berharap agar hubungan kami bisa naik kasta.
Kami sesama anak rantau dan belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Aku sudah berjanji pada orang tua bahwa aku tidak akan melakukan hal macam-macam di tanah rantauan, termasuk pacaran. Aku memang terlahir di keluarga yang konservatif.
Dia adalah laki-laki pertama yang dekat denganku. Aku mulai senang saat ia berani secara terang-terangan memberi perhatian kepadaku. Bahkan kadang terlihat agak mesra karena ia sering memegang tanganku dan membelai rambutku, sehingga banyak orang mengira kami adalah sepasang kekasih. Dia sering mengirim chat berisi kata-kata manis. Namun aku terlalu pasif untuk menunjukkan perasaanku, aku tidak mengerti bagaimana memberikan kode, aku cuma bisa tersenyum. Bodohnya aku, tetapi aku malah jatuh cinta semakin dalam kepadanya.
Sumber gambar ilustrasi: Ini
Tepat saat kami menginjak semester 8. Dia mulai jarang menghubungiku. Kita hampir tidak pernah bertemu di kampus, karena semua mata kuliah sudah habis, hanya tinggal skripsi. Aku berpikir mungkin dia sangat sibuk membuat skripsi sehingga dia jarang menghubungiku.
Rindu yang ada dalam hatiku makin membuncah. Akhirnya aku memutuskan untuk menyapanya melalui whatsapp. Beruntung dia membalasnya, ternyata dia sedang berada di kampung halamannya. Chat kami terus berlanjut hingga menyinggung hal-hal sensitif. Aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Pada saat itulah tiba-tiba aku memberanikan diri mengungkapkan perasaanku.
Dia membalas, "Setelah lulus kuliah, aku mau ikut Bapak ke Bandung. Maaf, sebenarnya aku gak mau bikin kamu kecewa, tapi kita nggak akan bisa sama-sama lagi".
Itulah isi chat terakhirnya yang mematahkan hatiku. Setelah kulihat pada status whatsappnya, ternyata sudah ada nama seorang wanita yang terpampang di sana. Betapa hancurnya duniaku pada saat itu.
Aku kalah. Dia lebih memilih wanita yang berasal dari kampung yang sama dengannya. Pada akhirnya perkara jarak turut andil dalam memisahkanku darinya, sekaligus memutus harapanku.
Aku tidak menyalahkannya atas hal itu, dia berhak memilih. Namun aku sangat menyayangkan kenapa dia mencoba mencuri hatiku sedari awal jika tidak ingin menjadikanku kekasih? Ah, mungkin cuma akunya saja yang kebaperan.
Aku tidak marah, apalagi dendam. Hanya saja aku kecewa, entah kecewa dengannya, atau kecewa pada diriku sendiri yang begitu mudah berharap kepada seorang laki-laki yang belum tentu ingin bersamaku. Rasa kekecewaan itu campur aduk.
Sumber gambar ilustrasi: Ini
Dari semua itu aku belajar tentang perasaan. Semua yang kualami hanyalah tahap awal dari pendewasaan diri. Aku hanyalah wanita polos yang baru saja kalah dalam permainan cinta.
Jika boleh mengibaratkan, cinta itu bagaikan bunga mawar, tampak indah merekah tetapi penuh duri. Apabila engkau ingin memilikinya maka bersiaplah untuk terluka. Jangan menggenggam terlalu erat jika tak ingin duri itu menancap lebih dalam lagi.
Sumber gambar ilustrasi: Ini
Lain kali aku akan belajar menggunakan intuisi dengan hati-hati. Jangan mudah menaruh angan terlalu tinggi kepada seseorang.
Mencintai itu tidak salah. Namun akan lebih baik apabila kita mencintai orang yang juga tulus mempercayakan hatinya kepada kita dan memberikan harapan pasti.
Tiga bulan yang lalu kudengar dia sudah putus dengan pacarnya. Aku tidak mengharap supaya dirinya mendekatiku lagi. Semoga dia mendapatkan pengganti yang tepat.
Teruntuk orang yang pernah membayangi hariku: Aku memang masih menyimpan secuil rasa rindu padamu, tapi ternyata rasa kekecewaanku jauh lebih besar dari itu. Rasa cintaku padamu telah karam, kandas sebelum terbalas.
Diubah oleh iminimin7719 22-04-2020 13:01






nona212 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
432
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan