Kaskus

Story

cicimasniAvatar border
TS
cicimasni
Bab 28 : Dirty Talk (A Little Cupid)
Bab 28 : Dirty Talk

🌸🌸🌸
Warning!!!
Cerita di Bab ini agak menjurus. Di harap bijak dan jangan baper. Obrolan ini terjadi pada mereka yang udah nikah. Jomblo boleh sedikit menjauh, πŸ˜…πŸ˜…βœŒοΈ

Happy reading...

🌺🌺

Hujan terlihat deras di balik jendela. Langit sore yang biasanya cerah, kini terlihat kelam membuat orang-orang tak mau beranjak dari tidur mereka.

Begitu juga pasangan pengantin baru ini. Bedanya hanya Arion yang tertidur lelap, sedangkan yang lainnya tak bisa tidur sama sekali.

"Kenapa....kamu nggak tidur di kamar aja??."

"Aku nggak mau tidur sendirian. Nggak ada yang dipeluk."

"....."

"Tapi...Rion tidur di kamar kamu dan dia sendirian."

"Bagus. Jadi aku bisa bebas meluk kamu."

"...." Pria ini....sejak kapan jadi mesum kayak gini.

Lily berusaha bangkit dari sofa. Ia juga berusaha melepaskan lengan Varo yang sejak 2 jam yang lalu melilit dipinggangnya.

"Akhirnya aku bisa tidur disini juga. Kamu nggak tau kalau aku sudah lama ingin tidur disini sambil memeluk kamu."

What!!!!

Gerakan Lily berhenti. "Kamu...ngomong apa sih???."

Varo tersenyum. "Dulu...aku sering lihat kamu tidur siang sama Rion di sofa[Bab. 12]. Aku iri. Kalian bisa tidur nyaman disana saling berpelukan. Aku...juga pengen ikutan, jadi...aku beli sofa yang lebih besar, biar kita bisa tidur bertiga."

"....."

"Aku...juga pengen di peluk waktu tidur, kayak kamu meluk Arion. Tapi aku lebih besar dari mu jadi.....memeluk mu rasanya lebih pas, hahahaha."

"...."

Keinginan yang simpel tapi membuat gadis yang ada di pelukannya merinding.

"Kamu...nggak ada rencana ke luar negeri lagi??. Apa...masalah yang kemarin itu udah selesai??." Lily mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu mau bulan madu kemana??"

"Woyyy. Aku nanya yang lain, jangan balas nanya dong!."

Varo mengeratkan pelukannya. "Kita udah nikah selama 1 bulan. Kita ini pengantin baru, tapi kita belum melakukan apapun yang berhubungan dengan suami istri. Aku akui aku salah karena sibuk ngurusin kerjaan. Tapi kamu juga nggak nanya hal lain dan minta apapun dariku. Kamu bahkan sepertinya tidak menganggap ku sebagai suami."

"....Ka...kalau aku nggak menganggap kamu suami. Aku nggak akan ngizinin kamu peluk-peluk kayak gini."

"Tapi dari tadi kamu berontak pengen dilepasin."

"....itu karena aku nggak terbiasa. Dan gimana kalau ada yang lihat?."

Varo mencibir. "Yang tinggal di rumah ini kan cuma kita dan Rion. Dan kamu harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini mulai sekarang. Yang pasti nggak sekedar peluk-peluk aja."

"Kamu...kok jadi...mesum sih!!."

"Sama istri sendiri nggak apa-apa kan!. Dan lagi...aku suka skinship sama kamu."

"...."

"Aku nggak seperti ini sebelumnya. Dulu aku paling benci berdekatan dengan orang lain. Benci bau parfum yang melekat pada wanita. Tapi aku suka baumu dan Rion, kalian berbau bayi. Dan...kulit kalian sama-sama lembut, enak dipeluk."

"....."

"Dan yang terakhir kali aku lakuin ke kamu...aku juga menyukainya."

"Terakhir apa??"

"Cium...

"Heiii!!!." Lily akhirnya memukul tangan Varo, sedangkan pria itu tertawa makin keras. "Godain kamu juga bisa bikin perasaanku senang. Aku jadi semakin menyukai hal ini."

Sialan!!.

"Jadi, kapan kita bisa bulan madu??. Kamu tiap aku tanyain hal ini selalu menghindar."

"Aku nggak menghindar, tapi nggak mau gangguin kerjaan kamu. Kita bisa bulan madu di rumah aja."

Varo mendengus. "Di rumah kita nggak bisa ngapa-ngapain."

"Emang kamu mau ngapain??."

Varo bangkit dan melepas pelukannya dari Lily, tapi pria itu malah menindih tubuh gadis itu membuatnya berteriak kaget.

"Kamu...ngapain sih??, jangan bikin orang takut dong!!!." Lily menahan berat tubuh Varo dengan tangannya.

"Hahaha...kamu kok takut sih. Kita kan udah nikah. Kita bahkan bisa ngelakuin hal yang lebih...hahaha... Muka kamu merah banget sumpah. Aku jadi makin pengen ngegodain kamu terus."

Varo bangkit dan keduanya akhirnya duduk. Lily bahkan dengan sengaja menjauh dari pria mesum di sampingnya itu.

Varo masih tersenyum senang. Pria itu bergumam pelan. "Apa benar kamu bentar lagi 30 tahun??, bukannya 18 tahun." Untungnya kalimat itu tidak didengar oleh Lily.

"Aku ingin kita bulan madu di luar, terserah dimana, asal jangan dirumah. Ada Rion soalnya dan kamu pasti nggak nyaman (dan aku juga nggak bisa ngapa-ngapain). Aku udah ngosongin jadwal selama 2 minggu. Kamu bebas pilih mau kemana, aku nurut aja."

"Mau bulan madu keluar kenapa Rion nggak diajak??, Kamu mau ninggalin dia sendirian??, Tega amat!."

Varo menatap Lily dengan pandangan bingung. Ia tidak tau apakah gadis didepannya ini memang terlalu polos, atau bodoh.

"Kamu...mau ngajakin Rion??."

"Terus kamu mau ninggalin dia??, Kita pergi 2 minggu, itu kan lama."

Varo berlahan menjelaskan. "Rion masih kecil, dia nggak mungkin tidur di kamar lain dan kita juga nggak mungkin ngelakuin hal itu kalau Rion ada."

"Ngelakuin hal apa??."

"Ngelakuin hal 21+. Nggak ngerti juga??...oke!. Aku dan kamu tidur di ranjang berdua, tanpa busana dan...

"WOYyy!!!!." Lily langsung membungkam mulutnya ketika menyadari sesuatu. Dan Varo sadar gadis didepannya akhirnya mengerti apa yang ia maksud.

"Bunda bilang, dia nggak keberatan jagain Rion selama kita pergi. Adik kamu dan suaminya juga nggak keberatan. Jadi aku nyuruh mereka tinggal dan jagain Rion dirumah ini selama kita pergi."

"....."

"Bunda tau kalau kita...belum.... ngapa-ngapain, jadi yah.... Beliau mendo'akan semoga kita cepat dapat momongan."

"....Benarkah??."

"Bunda bilang, kalau bisa bikin yang kembar juga lebih bagus. Abis ini kita ke dokter kandungan, nanya gimana tipsnya."

"....."

"Dan Bunda....

"Kamu....." Lily menatap Varo dengan pandangan menyelidik. "Sejak kapan kamu curhat-curhatan ke bunda masalah begini??, Aku nggak pernah tau kalau kamu segitu akrabnya sama bunda ku."

Varo tersenyum. "Sejak dari Rumah Sakit waktu itu. Bunda bilang kalau ada apa-apa bisa ngomong ke Bunda, soalnya kamu itu....orang yang nggak punya inisiatif buat ngelakuin hal lain selain kerja dan bahagiain orang tua."

"....."

"Kamu itu Introvert, nggak peka, nggak pedulian, dan...polos dan...pesimis..dan....

"Oke cukup. Nggak usah dijelasin lagi."

"Hehehe...."

🌺🌺🌺

Ibunda Lily, Dinda dan Devan serta anaknya datang malam itu. Begitu mengetahui kalau Lily masih tidur di kamar tamu, ibunda dan adiknya langsung menceramahinya.

"Kalian itu udah nikah loh Kak!!. Kenapa malah pisah ranjang!."

"....."

"Bunda ngerti, kalian mungkin masih canggung satu sama lain. Tapi setidaknya sekarang kebiasaan lama harus di rubah. Kamu nggak boleh acuh sama suami kamu. Meski Bunda rasa nak Varo itu orangnya pengertian. Dia pasti juga berkecil hati kalau kamunya nggak mau terbuka dan berusaha mendekatkan diri ke dia."

"....."

"Nak Varo sering curhat ke Bunda kalau kamu jarang banget nelpon dia, atau SMS sekedar nanyain kabar. Tapi dia nggak berani bilang ke kamu, takutnya kamu jadi nganggap dia terlalu menuntut."

Lily yang sejak tadi packing semua pakaiannya di kamar tamu hanya diam mendengarkan.

"Kakak mesti agresif loh!. Sekarang mungkin kak Varo lagi jatuh cinta banget dan berusaha ngertiin kakak, tapi kalau dari kakaknya nggak ada tanggapan, dia bisa aja berpaling ke lain hati. Pelakor di luar sana banyak, apalagi liat latar belakang kak Varo yang super itu. Dinda ingetin yah, laki-laki itu nggak cuma suka sama wanita yang baik hati, perhatian dan pintar masak. Kadang mereka juga ingin yang lebih, seperti penampilan harus enak di pandang dan juga...sedikit nakal di tempat tidur, hahaha....."

"....."

"Pelakor itu, banyak yang baik hati, pintar masak, dan super perhatian dan yang pasti penampilan mereka oke dan menggoda di tempat tidur. Makanya, meski para istri udah sempurna, tapi kalau yang diluar juga sempurna dan bersedia diapa-apain, laki-laki yang nggak kuat iman nggak mungkin nolak. Apalagi poligami itu dibolehin agama. Cih!!, gue nggak nyalahin agamanya, tapi nyalain laki-lakinya yang nggak setia. Mengumbar janji sehidup semati sama semua wanita."

Lily mendadak tersenyum. Adiknya yang satu ini memberi nasehat dengan menggebu-gebu, pasalnya suaminya sering di goda pelakor.

"Iya ngerti." Jawab Lily sambil menutup kopernya.

Ibundanya dan Dinda membantunya memindahkan barang-barangnya ke kamar Varo di lantai 2, sedangkan Varo dan suami Dinda, Devan, mengobrol sambil mengawasi anak-anak.

Varo melirik sekilas kearah Lily, pria itu tanpa sadar menyunggingkan senyum dan itu menarik perhatian Devan.

"Gue denger-denger...kalian berdua masih perawan."

"...."Kampret!!

"Hahahaha.....sorry nih kepo. Abis Dinda agak ember orangnya, jadi masalah rumah tangga elo...gue cukup banyak sering dengar dari mulut bini gue itu."

Melihat reaksi Varo yang diam namun kesal itu. Devan malah makin ingin meledek pria itu.

"Dinda bilang kalau kak Lily orangnya pemalu. Wajar sih, cewek. Nah kalau elo....cowok kan mesti agresif bro."

Ini juga lagi usaha.

"Nggak tau malu juga nggak apa-apa, sama istri sendiri juga. Tapi gue saranin yah, sebaiknya...jangan punya anak dulu."

Varo mengerutkan dahi. "Kenapa??."

"Entar elo nggak bisa ngapa-ngapain dengan bebas lagi, hahaha..."

"...."

Devan menghentikan tawanya. "Itu gue serius, entar elo pasti bakal ngalamin yang namanya kangen bini sendiri. Pas awal hamil, si Dinda mual muntah dan dia bilang bau badan gue bikin dia makin mual, gue 3 bulan tidur di kamar yang terpisah. Pas bulan ke-4 yang kata dokter hormonnya udah mulai stabil, bini gue malah ngidam yang aneh-aneh. Dia ngidam duren sama duku padahal lagi nggak musim, minta di beliin rujak mangga jam 3 pagi. Yang lebih sakitnya itu kalau nggak di kabulin, dia nangis terus pengen tidur bareng Bundanya. Pokoknya selama hamil, hidup gue berasa jadi jomblo ngenes lagi."

"Ah, dan dia jadi cemburuan banget. Nggak cewek nggak cowok yang deket sama gue, dia omelin abis-abisan, padahal mereka itu pasien gue. Jadi...kalo elo pengen punya anak, gue rasa...tunda aja dulu. Atau minimal persiapan hati biar kalau digituin bisa tabah, mereka saudaraan, sifatnya paling beda tipis."

"...." Varo memang masih nggak memberikan tanggapan, tapi pria itu memikirkannya didalam hati. Ia yang tadinya berencana cepat punya momongan, sekarang jadi kepikiran untuk menundanya.

🌺🌺🌺

Kecanggungan itu kembali terasa ketika pintu kamar ditutup. Di luar sana tak lagi terdengar suara, tapi di dalam sini, suara detakan jantung malah terdengar cukup jelas.

"Aku...pinjam kamar mandinya." Lily bergegas ke kamar mandi ketika Varo yang baru saja keluar dari kamar mandi beranjak menuju tempat tidur.

Varo yang juga merasa canggung, hanya mengangguk setuju.

5 menit kemudian keduanya berbaring canggung di tempat tidur, saling membelakangi.

"Bunda bilang...pengen kita cepat-cepat punya anak." Varo membuka pembicaraan.

"Mm...bunda...tadi juga bilang gitu. Nggak baik menunda-nunda, apalagi...umurku nggak muda lagi, takut ada resiko terhadap kesehatan. Katanya...bahaya kalau hamil diatas umur 30."

"....."Varo yang tadi ingin bilang kalau dia berniat menunda kehamilan Lily, jadi mengurungkan niatnya.

"Aku...nggak berharap kita punya anak dalam waktu dekat."

Ucapan itu membuat Varo langsung berbalik menghadap Lily. "Kenapa??, Kamu nggak mau punya anak dari aku??." Pria itu entah kenapa merasa sedikit kesal.

Lily akhirnya berbalik dan terkejut melihat raut wajah Varo. Gadis itu tersenyum dan tanpa sadar mengelus rambut pria itu. "Yang bilang nggak mau siapa?. Aku bilang kalau kita menundanya saja, tapi kalaupun hamil juga nggak apa-apa."

"Maksudnya??." Varo menarik tangan Lily yang berhenti mengelus rambutnya, pria itu meminta Lily terus mengelus rambutnya dan tindakan kecil itu membuat keduanya sama-sama tersenyum.

"Rion masih terlalu kecil untuk punya adik, setidaknya tunggu dia berusia 2 atau 3 tahun dan mengerti cara menjaga orang lain. Kita sekarang harus fokus memperhatikan dan memberikan kasih sayang padanya, mengajarinya untuk tidak cemburu, mengajarinya untuk bersikap dewasa."

Varo menatap Lily lama sebelum akhirnya melontarkan apa yang ada dipikirannya.

"Boleh aku memeluk mu??."

Fokusmu kemana si pak!!.

"Aku lagi serius tau!!."

"Aku juga serius." Varo menarik tangan Lily dan akhirnya memeluk gadis itu. "Begini juga bisa ngobrol serius." Pria itu berkata sambil mencuri ciuman di kening Lily.

"Aku...juga belum siap punya anak." Jelas Varo. "Sekarang...aku sedang memperjuangkan cintamu, aku bahkan belum benar-benar memiliki hatimu. Aku belum siap membagikannya dengan orang lain, apalagi makhluk-makhluk kecil nan imut itu, aku...pasti kalah lagi."

"Di banding denganku, kamu lebih perhatikan ke Rion dan aku cukup cemburu dengan itu."

Mendengar hal itu, Lily akhirnya menghela nafas dalam. Gadis itu mendongkak mendapati Varo yang menatapnya dengan serius. Hal itu malah terlihat lucu.

"Kamu bahkan cemburu sama keponakan kecil kamu sendiri."

"Iya. Jadi.....kamu harus memperlakukan kami secara adil."

Lily mengerutkan dahi, bingung.

"Waktu kamu cium pipi Rion, kamu harus menciumku juga, kamu juga harus sering memelukku. Aku nggak keberatan kalau kamu mengganti bajuku. Kita juga bisa mandi bersama. Dan aku serius. Kita harus melakukan hal itu sebelum kamu punya anak."

"....."

"Aku takut ketika kita punya anak, kamu nggak akan punya waktu untuk memperhatikanku."

"Kamu....serius cemburu sama hal-hal itu??."

"Iya."

Lily kembali menghela nafas dalam, dan tersenyum. "O...oke......aku....akan lebih perhatian padamu."

."Oke. Jadi sekarang kamu boleh melakukanya."

"....."Melakukan apa??

"Aku mengizinkan mu, memeluk ku, mencium ku atau....melakukan hal dewasa lainnya. Kamu...bisa mulai dari sini." Varo menunjuk kearah bibirnya.

Mendengar ungkapan tak tau malu itu, Lily langsung mendorong Varo dari tempat tidur.

Dasar pria mesum!!.

Yang didorong hanya tertawa dan kembali ketempat tidur dan dengan santainya kembali memeluk gadis itu.

🌺🌺🌺

Sekali lagi author minta ma'af jika cerita di bab ini terlalu dewasa. Atau...diluar ekspektasi pembaca. βœŒοΈβœŒοΈπŸ˜…

Bab selanjutnya :

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e93255e2c6d5c
Diubah oleh cicimasni 21-04-2020 21:13
putramelankolisAvatar border
nona212Avatar border
Richy211Avatar border
Richy211 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.2K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan