Kaskus

Story

Vieee111Avatar border
TS
Vieee111
Sang Pemilik Cinta Luar Biasa
Sang Pemilik Cinta Luar Biasa


Bahkan di dalam rumah yang sama, terdapat pemikiran-pemikiran yang berbeda.

Siapa bilang jika kita jatuh cinta, orang yang kita cintai juga pasti memiliki perasaan yang sama?

Aku pernah beranggapan bodoh seperti itu, dulu.

Aku yang biasanya hanya duduk bermalas-malasan atau rebahan saat hari libur, hari itu memutuskan untuk jalan-jalan santai di lapangan kecil yang tidak begitu jauh dari rumah.

Entah kerasukan jin apa, pagi itu aku berlari-lari keliling lapangan sebanyak lima kali. Aku berlari sambil menyanyikan sebuah lagu yang baru kuhafal semalam. Lagu itu terus dinyanyikan bibir tipisku secara otomatis, berulang-ulang hingga berhenti dengan sendirinya karena kehabisan napas di putaran terakhir. Setelah beristirahat sebentar sambil mengantre es dawet, aku melangkahkan kaki kembali menuju rumah. Dan di situlah pertemuan pertama itu dimulai.

Quote:


Namun, aku tidak pernah membayangkan momen pertamaku bertemu dia dalam keadaan kucel seperti ini.

Dia yang berjalan pelan dengan sarung dan peci hitamnya, mengangguk sekilas saat melewati tubuhku yang banjir keringat dengan aroma tak keruan.

Sang Pemilik Cinta Luar Biasa

Jleb!
Sebuah perasaan malu luar biasa membuat wajah dan tubuhku memanas tanpa sebab.

Setelah sampai di rumah aku segera mandi, lalu pergi ke ruang depan membantu menyetrika baju-baju yang selesai dijahit oleh Ibu.

"Yang kemeja biru itu dulu, sudah ditunggu," ujar Ibu sambil menunjuk sebuah kemeja di atas kursi.

Aku menurut. Sambil menyetrika, pikiranku terbayang-bayang oleh kejadian pertemuan tadi. Aku mulai memikirkan hal-hal aneh dan berandai-andai.

Lamunanku buyar saat sebuah gulungan benang besar meluncur tepat di keningku. Kulihat Ibu yang menatap dengan ekspresi kesal.

"Sudah ditunggu malah ngelamun!" omelnya singkat.

Aku menggerutu. Kemeja biru itu aku setrika dengan asal-asalan, sebelum kumasukkan ke dalam kantong plastik.

"Nih!"

"Bawa ke depan."

Wajahku kian keruh. Dengan malas, kulangkahkan kaki menuju beranda rumah, tempat pemilik kemeja biru itu menunggu.

Quote:

Laki-laki itu menatap sekilas, sebelum akhirnya menunduk lagi sambil mengucapkan terima kasih.

Bodohnya aku langsung mematung saat itu juga. Aku bahkan tidak menjawab salamnya waktu dia berpamitan lalu hilang di tikungan jalan. Aku seperti kehilangan kesadaranku sendiri.

Setelahnya, aku seperti orang gila. Aku merasakan antara otak dan tubuhku tidak sinkron. Aku mulai sering melamun, berbicara sendiri di depan cermin, hingga mengurung diri di kamar saat libur sekolah.

Quote:


Hari itu aku kembali bertemu dengannya. Pertemuan tidak sengaja itu terjadi di sebuah warung saat Ayah menyuruhku membelikan sebungkus rokok. Dan ternyata aku dan laki-laki itu membeli rokok yang sama. Dan ... rokok di warung itu ternyata tinggal satu.

Quote:


"Ambil saja."

Aku seperti merasakan siraman air dingin di cuaca yang terik. Untuk pertama kalinya laki-laki itu berbicara padaku. Ia tersenyum samar sambil menyerahkan bungkus rokok ke hadapanku lalu pergi.

Ya Tuhan!
Rasanya aku ingin pingsan saat itu juga.


Mulai saat itu aku memahami, betapa jatuh cinta benar-benar bisa membuat orang tidak waras. Sampai di rumah aku linglung. Ibu bilang jangan-jangan aku kesambet jin di tengah jalan. Beliau lalu menyuruhku istirahat.

Malamnya aku tidak bisa tidur. Begitu pula dengan malam-malam setelahnya. Jam tidurku terganggu dan kesehatanku terancam. Apalagi saat itu menjelang musim ujian akhir. Ibu memberi nasihat supaya aku jangan stres. Beliau memberi dukungan dan semangat bahwa aku pasti bisa melewati ujian akhir dengan baik.

Sang Pemilik Cinta Luar Biasa

Satu minggu sebelum ujian, kewarasanku benar-benar hampir mencapai tahap mengkhawatirkan. Aku jadi tidak fokus melakukan sesuatu, sering melamun dan menggumam sendiri. Aku bahkan secara tidak sadar sering senyum-senyum sendiri saat berjalan.

"Bu, aku keluar sebentar, ya."

"Eh, mau ke mana? Kamu mau ujian, jangan keluyuran."

"Cuma mau ke lapangan, olah raga."

Pagi itu aku memutuskan untuk lari pagi. Namun, setibanya di lapangan, aku justru kehilangan tenaga. Akhirnya kuputuskan untuk duduk-duduk santai di kursi-kursi beton yang memanjang di tepi lapangan.

"Sendirian?"

"Eh?"

Aku mengerjap berkali-kali. Bahkan sampai mencubit pipiku sendiri karena khawatir aku mulai berhalusinasi.

Sosok itu justru tertawa melihat tingkahku yang konyol. Ia menghisap rokoknya yang hampir habis sebelum melemparkannya ke tempat sampah, lalu duduk di sampingku.

Tubuhku kembali panas dingin.

"Suka olah raga?" tanya laki-laki itu sambil menatap ke depan.

"Ah, ya, ah, tidak. Maksudku ...."

Laki-laki itu tertawa. Ia mendongak menatap langit yang cerah.

"Namamu Devi, kan?"

Aku menoleh. Kulihat laki-laki itu masih mendongak, entah mencari apa di langit yang biru itu.

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Namaku Putra," ucapnya lagi masih sambil mendongak.

Aku kembali mengangguk. Sejak tadi lidahku kelu. Aku tidak berani berkata-kata saking gugupnya.

Sang Pemilik Cinta Luar Biasa

Hening.
Desir angin pagi yang sejuk mengambil alih pembicaraan kami.

Aku memandangi lapangan yang sepi untuk mengalihkan perhatian.

"Terakhir kali, aku melihatmu masih kecil sekali. Tidak terasa sekarang sudah sebesar ini," ucap laki-laki itu tiba-tiba.

"Ya?"
Aku menoleh dengan tatapan bingung.

"Sebelum pergi ke pondok aku sering ke rumahmu juga. Cuma saat itu kamu masih kecil."

"Ohhh ...."

"Kamu kelas tiga?"

"Iya."

"Semangat, ya. Kamu pasti bisa melewati ujian."

Kuberanikan diri untuk menoleh. Laki-laki bernama Putra itu juga kebetulan sedang menatapku, sambil tersenyum.

Saat itu aku seperti mendapat suntikan semangat. Aku bahkan pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri setelahnya.

Ibu yang melihatku sampai menghentikan aktivitasnya menjahit baju demi melihat tingkah anehku.

"Nduk!"

"Ya, Bu?"

"Kamu baik-baik saja, kan?"

Aku tersenyum lebar, lalu mengangguk berkali-kali.

"Ya, tentu saja.

Setelah pertemuan di lapangan itu aku menghabiskan minggu terakhir sebelum ujian dengan belajar. Semangat belajarku kembali menggila, seolah-olah hendak menebus kesalahan beberapa hari belakangan ini.

Masa-masa ujian menjadi masa yang paling mencekik. Aku hanya diizinkan makan, tidur dan belajar. Belajar, belajar dan terus belajar.

Setelah masa ujian usai, aku merebahkan diri di atas ranjang. Sebuah beban berat yang membebaniku selama berhari-hari seperti hilang ditiup angin. Rasanya lega sekali.

Sambil menunggu hasil ujian, Ibu mengajakku diskusi soal tempat kuliah. Aku mulai kesibukan baru yang membosankan. Belajar untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi.

Ternyata tes untuk masuk perguruan tinggi itu bukan tes sembarangan. Tekanan yang aku rasakan bahkan lebih gila dibanding saat ujian. Aku mulai kehilangan berat badanku karena stres.

"Bagaimana persiapannya?"

Sebuah suara hampir saja membuat jantungku meloncat keluar saking kagetnya.

Aku menoleh. Kulihat Mas Putra duduk di sampingku yang sedang mendinginkan kepala di salah satu bangku taman.

"Kudengar kamu akan kuliah di Yogyakarta."

"Hu um," balasku singkat.

"Jangan lupa makan. Kamu kurus sekali sekarang."

Aku menoleh. Kupandangi laki-laki yang sudah lama tidak kutemui karena kesibukan. Entah kenapa kali ini aku merasakan sesuatu yang berbeda dari tatapan matanya yang sekilas dan terkesan malu-malu. Sebuah perasaan yang membuatku berharap lebih jauh.

Hasil ujian sudah keluar. Aku mendapatkan peringkat kesepuluh dari total 500 lebih siswa. Aku sujud syukur. Aku mulai optimis bisa lolos masuk perguruan tinggi yang akan kutuju.

Hari-hari kuliah ternyata tidak semanis seperti di film-film. Aku kembali disibukkan dengan tugas kuliah yang menggunung. Namun, aku bahagia. Bersyukur bisa mendapatkan banyak pengalaman dan teman baru.

Saat liburan semester, aku berencana pulang ke rumah. Aku lalu menghubungi Ibu untuk menjemputku di stasiun kereta.

Lalu, aku mematung tidak percaya saat melihat siapa yang sedang menungguku di depan stasiun. Sosok itu asyik menghisap rokoknya di antara para menjemput lain.

"Lo, Mas Putra? Nunggu siapa di sini?" tanyaku bingung.

"Kamu," balasnya singkat sambil tersenyum.

"Aku?"

"Iya. Tadi aku ke rumahmu mau mengambil jahitan. Ibumu lagi sibuk, ditunggu tamu yang mau mengambil baju. Jadi beliau tidak bisa menjemput."

Aku terdiam, berusaha mencari tahu keadaan macam apa yang sedang aku hadapi ini.

Ibu menyuruh Mas Putra menjemputku? Kok bisa?

"Ayo!"
Mas Putra menyadarkanku dari lamunan. Aku gelagapan. Dengan perasaan canggung, aku mulai menaiki motornya.

"Mau jalan-jalan sebentar?"

"Ah, ya ... boleh."

Mas Putra mengajakku makan bakso di tempat favoritku. Kami duduk berhadapan di meja paling ujung.

"Kuliahnya lancar?"

"Hu um."

"Sepertinya kamu tidak makan dengan baik. Tubuhmu bahkan lebih kurus dibanding saat terakhir aku melihatmu."

Entah kenapa saat itu aku tersipu malu. Aku mulai memberanikan diri untuk berharap lebih, bahwa Mas Putra juga menyukaiku.

Aku kembali membayangkan hal-hal yang tidak masuk akal. Mulai berandai-andai jika aku dan Mas Putra pacaran. Aku mulai menggila dengan pikiranku sendiri.

Hari-hari setelahnya, aku semakin dekat dengan Mas Putra. Laki-laki itu bahkan tidak malu-malu lagi saat berbicara sambil menatapku. Ia bahkan berani menggoda.

Sejak itu hari-hari indahku selama masa kuliah dimulai. Mas Putra semakin perhatian dan sering mengirimiku pesan supaya jangan sampai lupa makan.

Aku bahagia luar biasa. Untuk pertama kalinya, ada laki-laki yang memperlakukanku dengan begitu istimewa.

Bukan hanya dirinya, bahkan aku sendiri juga sedikit demi sedikit mulai berani. Aku tidak lagi gugup saat berbicara dengannya. Aku tidak lagi canggung saat dirinya menjemputku di stasiun kereta.

Aku bahkan menjadi orang yang paling mendukung saat ia berkata akan mengikuti ujian calon pegawai negeri.

Selama bertahun-tahun, Mas Putra menggoreskan warna-warna baru dalam hidupku yang semula hanya ada hitam, putih dan abu-abu.

Warna-warna baru itu bahkan jauh lebih indah dari warna pelangi.

Mas Putra sungguh sosok yang sempurna di mataku. Sangat sempurna malah. Di tengah kesibukannya menjadi seorang guru, dirinya tetap memberikan perhatian khusus kepadaku. Perempuan mana yang tidak meleleh mendapatkan perhatian seperti itu dari laki-laki yang disukainya.

Quote:


Setelah upacara wisuda, Mas Putra yang ikut datang bersama Bapak dan Ibu, mengajakku bicara. Kupandangi wajah laki-laki yang bertahun-tahun setia memberi warna-warna baru di hidupku.

"Selamat, ya. Aku bangga sekali padamu."

"Terima kasih."

Kami saling pandang. Tiba-tiba aku merasakan tanganku ditarik. Mas Putra memelukku untuk pertama kalinya. Laki-laki itu mengusap punggungku cukup lama.

Sang Pemilik Cinta Luar Biasa

"Nih!"

Aku menatap sebuah kotak yang terbungkus kertas kado berwarna cokelat berukuran besar.

"Apa ini?"

"Apa lagi? Ini hadiah," ucap Mas Putra sambil mencubit hidungku.

Setelah upacara wisuda selesai, Mas Putra pamit untuk pulang lebih dulu. Sementara Ayah dan Ibu ikut ke indekos, membantu membereskan barang-barangku sebelum pindahan.

Tiba-tiba Ibu mendekatiku saat Bapak pergi keluar membeli minuman.

"Kamu tadi dapat hadiah dari Putra, kan? Sudah dibuka?"

"Belum."

"Coba dibuka."

"Kenapa?"

"Ibu penasaran."

Aku menatap Ibu dengan kening berkerut. Sejak kapan ibuku yang cuek ini kepo dengan kehidupan anak gadisnya.

Aku menuruti perintah Ibu. Kubuka pelan-pelan kotak pemberian Mas Putra itu.

Di dalamnya, terdapat tiga buah buku tebal, sebuah kotak ponsel dan selembar amplop besar berwarna cokelat.

Aku mengerjap tidak percaya mendapat hadiah yang begitu mewah.

Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada amplop cokelat yang terletak di bawah tumpukan buku. Kubuka pelan-pelan. Aku menatap Ibu yang memandangku dengan tatapan was-was.

Rasanya jantungku berhenti berdetak saat itu juga. Tubuhku gemetar. Di tanganku, sebuah undangan berwarna merah jambu membisu. Undangan bertuliskan nama Mas Putra dengan perempuan lain.

"Ibu ... ini ...."

Quote:


Aku dan Mas Putra, sejak awal memang tidak pernah bersama. Kami hanya ....


Untuk kalian yang mempunyai cinta luar biasa di dada kalian ... berbahagialah!


Purworejo, 21 April 2020

Sumber gambar: 12 3
Diubah oleh Vieee111 21-04-2020 05:23
haqqisyauqiAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
827
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan