Berawal dari 3 orang laki laki bernama Yudiaz, Yuda, dan Wiwil yang sedang berkumpul dalam kejenuhan. Saat kenyataan dalam dunia permusikkan terlihat membosankan, muncul lah sebuah ide untuk membuat terobosan baru. Yakni; Sebuah video narasi yang dibalut dengan berbagai alunan musik.

Kami pun memikirkan sebuah nama channel untuk mengemas sebuah video ke dalam sebuah wadah yang bernama Youtube. Secara kebetulan, kami bertiga sedang dalam keadaan patah hati. Tetapi, di sini kami memaknainya dalam berbagai maksud, yakni; Ada yang merasa tersakiti karena karya bagus selalu kalah oleh karya yang konyol, ada yang merasa tersakiti karna penolakan masyarakat akan nilai yang berbobot dan memilih untuk sesuatu simpel tanpa mementingkan kualitas, semua ingin serba instant. Bahkan saat kami mengajak seseorang untuk bergabung, hampir semua melakukan penolakan atas dasar pemikiran mereka, bahwa kami hanya membuang waktu dan tak menghasilkan uang.

Oleh karena hal itu, kami pun menyepakati untuk menamai Patah Hati Channel, dengan tujuan, setiap konten yang kami upload dapat menginspirasi siapapun orang orang yang sedang merasa putus asa, atau juga kami berharap dengan adanya Channel ini kami dapat menciptakan sebuah karya dari orang orang biasa menjadi luar biasa. Tak selamanya patah hati itu berujung kepada hal negatif, tapi kami menanggapi patah hati itu dengan sesuatu yang positif, lewat karya yang kami suguhkan kepada khalayak.

Patah Hati Channel terlahir di Pangalengan, Bandung bagian Selatan. Semakin lama, kami semakin berpikir untuk melakukan terobosan lainnya. Akhirnya kolaborasi pertama kami pun dilakukan dengan konsep musikalisasi puisi bersama seorang wanita asal Pangalengan juga. Sheni namanya.

Musikalisasi puisi tampaknya menjadi jati diri kami. Namun, hal itu tidak lah cukup. Kami perlu sentuhan Editor musik yang dapat mengemas kualitas kami menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kami pun menetapkan Egy sebagai Musik Director sekaligus Ia pun dapat berkontribusi untuk membuat konten di Youtube.

Satu bulan kemudian, datanglah seorang Jey dan Abbe ke studio kami. Kami berbicara panjang lebar soal ketertarikannya untuk bekerja sama. Tapi, sebelum kehadiran mereka berdua, sebenarnya kami telah menggandeng Radit dan Rena untuk memperkaya opsional terhadap sebuah Channel ketika kami sedang berada di masa kejenuhan dengan konsep Cover lagu.

Tak lama kemudian, Jey pun menawarkan Evo untuk bergabung. Begitu pun dengan Egy yang secara tak langsung melalui pertemanan, Arsah pun tertarik untuk bergabung. Dengan begitu, kami mempunyai banyak karakter untuk menyuguhkan konten yang akan kami berikan.

Evo dengan selera Britishnya, Jey dengan suara kalemnya, Abbe dengan suara mendayunya, Radit yang merupakan seorang anak muda berbakat, Rena dengan suara merdunya, Asrah dengan suara tingginya, Wiwil yang multi pakai atau bisa masuk di berbagai genre, Yudiaz dengan ketekunannya, Egy dengan ketenangannya, dan Sheni yang akan menjadi spesial puisi di Patah Hati Channel ini.

Kami pun berkumpul dan menyelesaikan satu persatu lagu yang telah kami rencanakan. Hasilnya, 8 lagu telah kami kemas dalam bentuk musik video. 7 lagu cover, dan 1 musikalisasi puisi.

Setelah semua siap untuk diupload ke Youtube, kami tidak mudah begitu saja memilih artis mana yang lebih dulu kami publikasikan. Tetapi, Yudiaz pun telah mempertimpangkan secara matang bersama Egy, dan Ia berhak untuk menjadi artis pembukan di proyekan sesi pertama Patah Hati Channel ini.

Dia adalah, Radit. Seorang anak laki-laki yang masih bersekolah di kelas menengah. Sebelum proyekan itu di mulai, Radit telah lebih dulu menyelesaikan lagu yang telah Ia bawakan untuk konten Youtube di Patah Hati Channel ini. Ia adalah seorang pemalu bila berkumpul bersama kami, tetapi dia semakin beradaptasi dan mampu melewati segala hambatannya.

Ada sebuah kisah ketika kami berasumsi bahwa (sepertinya) kedua orang tua Radit harus tahu, bahwa selama Ia bermain di studio kami, Ia melakukan hal positif, sebuah karya telah Ia kemas dengan kualitas yang baik. Kami pun bangga, semoga saja keluarga dia merasakan hal yang sama. Saat proses pembuatan video di mulai, Ia terlihat ragu dan kurang percaya diri (mungkin), bisa juga Ia merasa biasa dan salah dengan apa yang kami nilai.
Bahkan kami bertanya, Apakah kedua orang tuanya sedang menagih hasil kepada kami? setelah sekian lama sebuah lagu cover Nike Ardilla yang berjudul Seberkas Sinar belum kami berikan kepada mereka.

Sepertinya Ia sangat tak sabar, hingga pada akhirnya kami mengupload video Radit ke Youtube. Hasilnya, cukup memuaskan. Di mana, antusiasme penonton sangat baik dan membuat kami semakin bersemangat untuk membuat konten lainnya.