Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adnanamiAvatar border
TS
adnanami
Robek Gara - Gara Malam Minggu
*Sebenernya agak malu dan aneh sih buat cerita tentang kisah cinta pribadi dalam sebuah thread. Biasanya cuma nulis di diary yang dirahasiakan rapat - rapat dari siapapun, tapi kali ini demi event kaskus dan juga mood yang sedang baik untuk menulis, ditambah kenangan - kenangan masa lalu yang sudah terlanjur melintas di pikiran maka kuputuskan untuk membagikannya pada para pembaca forum Stories From The Heart.*

Inilah kisah cinta yang paling ANEH dan berkesan diantara kisah - kisah cinta yang lain dalam hidupku.


Singkat cerita, setelah lulus SMA aku tinggal di sebuah asrama dekat kampus tempatku menimba ilmu. Di tempat belajarku inilah, aku bertemu dengan seorang anak lelaki yang sangat berbeda dari cowok pada umumnya. Jika pemuda pada umumnya akan banyak modus dan rayuan gombal untuk menarik perhatian gadis impiannya, anak lelaki ini justru mencuri hatiku dengan cara yang bisa dibilang mengesankan, yaitu menundukkan pandangan.

Dia tak pernah memandang ke arahku saat kita berdua berbincang. Aku bukanlah tipe perempuan yang mudah jatuh hati, tapi dia sudah berhasil membuat aku merasakan jatuh cinta yang melalui sebuah proses. Karena saat itu aku tidak pernah menemukan pria semacam ini. Latar belakangku berasal dari lingkungan yang heterogen dan tidak terlalu agamis, sedangkan dia adalah seorang santri penghafal Al- quran yang sepanjang hidupnya dihabiskan di pesantren. Namanya Muhammad Sultan (bukan nama sebenarnya).

Kalian pasti tau bagaimana kehidupan seorang santri yang sangat menjaga interaksi antar lawan jenis. Sedangkan aku? Sejak kecil sampai SMA selalu menempuh pendidikan di sekolah umum yang tidak terlalu banyak membahas pelajaran agama. Bersentuhan dengan teman lelaki, bercanda dengan lawan jenis adalah hal yang biasa bagiku. Melihat teman - teman yang berpasangan, punya pacar dan kencan juga adalah hal yang aku pandang normal. Tapi rupanya latar belakang dan pandangan inilah yang kelak membedakan dan memisahkan aku dengan Sultan.

Awalnya aku tidak tau bahwa dia seorang hafidz quran karena dia tidak pernah menunjukkannya secara gamblang. Kita sering bertemu di dalam kampus, seiring waktu menjadi kian dekat karena berada di satu kelompok belajar bersama yang mau tidak mau membuka interaksi yang semakin intens diantara kami meski lebih sering hanya lewat ponsel. Interaksi itu selalu dominan oleh berbagai macam pertanyaannya tentang aku. Tapi tak sedikitpun dia menjelaskan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Sehingga aku pikir kita berdua sama.

Gara - gara komunikasi yang semakin sering itulah, aku memahami sedikit karakternya. Dia mengajakku bertemu tapi selalu ditemani oleh satu rekannya. Itu artinya kita selalu berbincang dalam keadaan tidak berdua saja, tapi bertiga. Aku tidak merasakan keanehan pada mulanya, karena kita hanyalah teman.

Beberapa bulan kemudian, dia mengutarakan perasaannya padaku dan aku menerima dia menjadi kekasihku. Bahagia? Pasti! Karena akhirnya aku menjalin kasih dengan pria yang pas di hati. Malam itu, di pelataran masjid selepas isya' dia menemuiku untuk memberiku sesuatu. Lagi - lagi dia bersama dengan seorang temannya. Kupandang wajahnya dari sisi kiri, wajah yang tersorot lampu kuning di tengah gelapnya malam.



Baru kusadari betapa rupawannya paras itu. Dia berbicara tanpa memandang wajahku. Kemudian dia kembali ke tempat tinggalnya yang aku pikir adalah rumah kos biasa.

Satu bulan setelah kita menyandang status sebagai "pasangan", aku merasakan keanehan. Setiap malam minggu aku coba menghubungi ponselnya namun selalu tak ada jawaban. Pesan singkat yang aku kirim pun tak dibaca.

Sudah naluri perempuan untuk selalu gelisah saat pasangannya tak memberi kabar tanpa penjelasan dan parahnya pikiran negatif selalu merasuki kepala ini. Pemikiran seperti "Apa dia selingkuh?" , "Malam mingguan ama siapa sih dia?" selalu datang pada benakku. Menerka - nerka sendiri adalah kecenderungan normal yang dipilih perempuan jika berada pada posisi ini.

Hari Minggu pagi dia baru membalas pesanku.

"Maaf kemarin aku ketiduran"

Kejadian ini selalu berulang di malam - malam minggu berikutnya. Hal itu membuat aku sangat jengah. Aku yakin dia berbohong. Pikiranku melayang - layang ke masa depan hubungan ini. Kembali lagi aku dirasuki pikiran negatif seperti "Apakah dia mempermainkanku?", "Percuma hubungan tidak jelas ini dipertahankan, toh jadi teman dan kekasih sama saja tidak ada bedanya!"

Aku bertemu dengannya saat istirahat jam kuliah, kita bertengkar hebat hingga bibir ini tak mampu menahan kata - kata perpisahan. Kita akhirnya berpisah tanpa penjelasan logis dari dia tentang kemana menghilangnya dia setiap malam minggu. Sejak hari itu aku membenci Sultan. Dia benar - benar telah mempermainkanku. Tak ada lagi senyum manis saat kita berpapasan, tak ada lagi tegur sapa ramah seperti dulu.
__________

Namun, tabir perlahan - lahan tersingkap. Satu per satu bukti kebaikan dan skenario yang menunjukkan bahwa Sultan tidak seperti yang aku pikirkan semakin terlihat jelas dan terbuka lebar. Kejadian ini terkumpul dari narasumber yang berbeda - beda.

Suatu pagi aku mendengar teman - teman cewek sedang membicarakan Sultan di depanku. Mereka tidak mengetahui hubungan kita sebelumnya.

"Eh tau nggak sih ama Sultan? Dia hebat tau! Udah kelar hafalannya 30 juzz!"

Aku mengernyitkan dahi mendengar kedua temanku yang membahas dia. Karena kepo aku pun bertanya, "Sultan yang mana sih?"

"Anak jurusan xx yang barusan lewat di depan kita ini tadi!"

Ternyata yang mereka maksud, si Sultan mantan gue? Dia penghafal Al-quran?.
______________

Skenario selanjutnya, waktu itu aku ada kegiatan kepanitiaan di UKM yang mengharuskanku satu seksi dengan kakak tingkat dari jurusan Psikologi.

"Kak, bahas susunan acaranya pas libur aja kenapa? Malam minggu gitu ama anak - anak yang lain" kataku pada si kakak tingkat

"Nggak bisa, di tempatku malam minggu ada pengajian rutin sampe jam 1 malam. Mana bisa absen" jawabnya

"Yaelah, Malam minggu masih ngaji aja. Emang tinggal di mana sih kak?" tanyaku

"Di pondok XY, hari Minggu pagi aja nyusun acaranya."

Keesokan paginya, aku nggak sengaja lihat kakak tingkat ini boncengan ama Sultan. Dan ternyata mereka tinggal di tempat yang sama. Sekarang aku tau kemana Sultan menghilang selama malam Minggu, dia mengaji tapi bilangnya ketiduran. Padahal dia hanya tidak ingin sombong saja.

Aku tak tau situasi macam apa ini? Kenapa harus kuketahui setelah semuanya terlambat? Saat hubunganku sudah rusak dan hatiku telah robek gara - gara Malam Minggu.Sebenernya ceritanya panjang, tapi dipersingkat pada intinya saja.

Dear, Sultan yang mungkin baca thread ini. Gue minta maaf udah berburuk sangka sama orang sebaik lu!
Diubah oleh adnanami 21-04-2020 18:17
NadarNadzAvatar border
iwakendogAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 59 lainnya memberi reputasi
60
1.7K
137
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan