- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Budaya
Megengan, Tradisi Menyambut Ramadhan yang Sekarang Belum Boleh Dilakukan!


TS
masnukho
Megengan, Tradisi Menyambut Ramadhan yang Sekarang Belum Boleh Dilakukan!

Megengan, tradisi menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan!
Tradisi, adalah sebuah kegiatan atau kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan turun temurun di suatu tempat, yang menjadi ikon budaya serta menjadi bagian kehidupan masyarakat setempat.
Tentu setiap daerah mempunyai tradisi dan kepercayaan masing-masing, entah itu bersumber dari agama atau pun lahir dari kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Uniknya di Indonesia mempunyai keberagaman tradisi adat dan budaya, itu semua bisa terjadi karena Indonesia luas dan banyak suku.
Dari suku yang menempati daerah-daerah itulah kebudayaan dan tradisi lahir dan terus berkembang hingga saat ini.
Tentu kita semua harus bangga menjadi warga Indonesia, meski pun kita berbeda suku, agama, Ras dan kebudayaan, namun kita semua tetap satu menjunjung Bhineka Tunggal Ika.
Berbicara mengenai tradisi, tentu menjelang bulan suci Ramadhan yang diagungkan oleh umat Islam seperti ini, akan menjadi hari-hari dimana tradisi masyarakat dilangsungkan.
Tradisi penyambutan bulan ramadhan, untuk mengagungkan kebesaran Allah dan Nabi Muhammad dilakukan bersama-sama oleh masyarakat.
Semua umat beragama islam di suatu tempat berbahagia berkumpul menjadi satu, mengadakan acara saling maaf memaafkan dan melakukan doa bersama memohon keselamatan serta keberkahan bulan Ramadhan.
Tentu setiap daerah mempunyai tradisi dan kepercayaan masing-masing, entah itu bersumber dari agama atau pun lahir dari kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Uniknya di Indonesia mempunyai keberagaman tradisi adat dan budaya, itu semua bisa terjadi karena Indonesia luas dan banyak suku.
Dari suku yang menempati daerah-daerah itulah kebudayaan dan tradisi lahir dan terus berkembang hingga saat ini.
Tentu kita semua harus bangga menjadi warga Indonesia, meski pun kita berbeda suku, agama, Ras dan kebudayaan, namun kita semua tetap satu menjunjung Bhineka Tunggal Ika.
Berbicara mengenai tradisi, tentu menjelang bulan suci Ramadhan yang diagungkan oleh umat Islam seperti ini, akan menjadi hari-hari dimana tradisi masyarakat dilangsungkan.
Tradisi penyambutan bulan ramadhan, untuk mengagungkan kebesaran Allah dan Nabi Muhammad dilakukan bersama-sama oleh masyarakat.
Semua umat beragama islam di suatu tempat berbahagia berkumpul menjadi satu, mengadakan acara saling maaf memaafkan dan melakukan doa bersama memohon keselamatan serta keberkahan bulan Ramadhan.

Kali ini Agan TS akan membahas sebuah tradisi yang biasa dilakukan di masyarakat Lampung menjelang bulan Ramadhan.
Tradisi ini bernama Megenganatau Punggahan, sebuah kegiatan masyarakat Lampung yang diadopsi dari suku Jawa dan biasanya diadakan di Surau, Masjid atau Mushola.
Tradisi Megengan sendiri adalah sebuah kebiasaan masyarakat beragama islam di Lampung yang dilakukan di malam tiga hari sebelum ramadhan.
Masyarakat baik muda, tua, laki-laki atau perempuan, berbondong-bondong datang ke masjid membawa berkat atau takir (bungkusan berisi nasi dan lauk pauk) sebagai bentuk penyambutan dan pengungkapan rasa puji dan syukur bisa bertemu kembali dengan bulan ramadhan.
Setelah seluruh warga masyarakat tiba di masjid, takir dikumpulkan menjadi satu di tengah ruangan, untuk selanjutnya diadakan acara doa bersama yang dipimpin oleh Kyai atau Ustadz yang dituakan. Tentu doa ini adalah doa ungkapan rasa syukur, memohon kesehatan, keselamatan dan harapan kelancaran dalam menjalani bulan Ramadhan satu bulan ke depan.
Sesaat doa selesai dipanjatkan, kemudian para pemuda membagikan takir kepada seluruh masyarakat yang telah hadir untuk kemudian disantap bersama-sama.
Sebelum pulang, salam-salaman saling memaafkan juga dilakukan menutup rangkaian tradisi megengan atau punggahan ini.
Tradisi ini bernama Megenganatau Punggahan, sebuah kegiatan masyarakat Lampung yang diadopsi dari suku Jawa dan biasanya diadakan di Surau, Masjid atau Mushola.
Tradisi Megengan sendiri adalah sebuah kebiasaan masyarakat beragama islam di Lampung yang dilakukan di malam tiga hari sebelum ramadhan.
Masyarakat baik muda, tua, laki-laki atau perempuan, berbondong-bondong datang ke masjid membawa berkat atau takir (bungkusan berisi nasi dan lauk pauk) sebagai bentuk penyambutan dan pengungkapan rasa puji dan syukur bisa bertemu kembali dengan bulan ramadhan.
Setelah seluruh warga masyarakat tiba di masjid, takir dikumpulkan menjadi satu di tengah ruangan, untuk selanjutnya diadakan acara doa bersama yang dipimpin oleh Kyai atau Ustadz yang dituakan. Tentu doa ini adalah doa ungkapan rasa syukur, memohon kesehatan, keselamatan dan harapan kelancaran dalam menjalani bulan Ramadhan satu bulan ke depan.
Sesaat doa selesai dipanjatkan, kemudian para pemuda membagikan takir kepada seluruh masyarakat yang telah hadir untuk kemudian disantap bersama-sama.
Sebelum pulang, salam-salaman saling memaafkan juga dilakukan menutup rangkaian tradisi megengan atau punggahan ini.

Namun nampaknya tradisi megengantidak dapat dilakukan dalam penyambutan ramadhan tahun ini, situasi dan kondisi tidak mendukung untuk diadakannya sebuah perkumpulan atau keramaian, karena seperti kita ketahui bahwa virus covid-19 yang muncul sejak akhir tahun 2019 masih mengancam dan terus berlangsung sampai sekarang.
Di tempat Agan TS tinggal, para tokoh ulama dan masyarakat telah sepakat untuk tidak mengadakan tradisi megengan dengan alasan keselamatan bersama, sebagai gantinya masyarakat mengadakan syukuran di rumah masing-masing dan kemudian berkat atau takir dibagikan dari rumah ke rumah.
Mengutip himbauan dari Pemerintah, untuk saat ini masyarakat dilarang mengadakan acara yang melibatkan banyak orang dan dilakukan di dalam satu ruangan, himbauan ini diberlakukan sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
Ada pun peraturan dan kebijakan ini diambil adalah sebagai cara pencegahan penyebaran virus covid-19, serta menekan angka penambahan suspect positif covid-19.
Tentu meskipun megengan adalah sebuah tradisi bernilai positif, tapi jika keadaan memaksa untuk tidak dilakukannya tradisi ini untuk sementara waktu, maka keputusan paling bijak adalah dengan meniadakannya.
Rasa rindu kebersamaan tentu saja ada, tapi kalau sampai memaksakan diri berkumpul di tengah keadaan yang seperti sekarang, itu sama saja mencari penyakit dan tidak sayang kepada diri sendiri dan orang lain.
Di tempat Agan TS tinggal, para tokoh ulama dan masyarakat telah sepakat untuk tidak mengadakan tradisi megengan dengan alasan keselamatan bersama, sebagai gantinya masyarakat mengadakan syukuran di rumah masing-masing dan kemudian berkat atau takir dibagikan dari rumah ke rumah.
Mengutip himbauan dari Pemerintah, untuk saat ini masyarakat dilarang mengadakan acara yang melibatkan banyak orang dan dilakukan di dalam satu ruangan, himbauan ini diberlakukan sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
Ada pun peraturan dan kebijakan ini diambil adalah sebagai cara pencegahan penyebaran virus covid-19, serta menekan angka penambahan suspect positif covid-19.
Tentu meskipun megengan adalah sebuah tradisi bernilai positif, tapi jika keadaan memaksa untuk tidak dilakukannya tradisi ini untuk sementara waktu, maka keputusan paling bijak adalah dengan meniadakannya.
Rasa rindu kebersamaan tentu saja ada, tapi kalau sampai memaksakan diri berkumpul di tengah keadaan yang seperti sekarang, itu sama saja mencari penyakit dan tidak sayang kepada diri sendiri dan orang lain.

Quote:
Penulis: @masnukho
Narasi Pribadi
Narasi Pribadi



Ss berbagi cendol

Diubah oleh masnukho 20-04-2020 04:04






nona212 dan 52 lainnya memberi reputasi
53
1.8K
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan