- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Sepasang Mata Di Jendela


TS
monicamey
Sepasang Mata Di Jendela
Hai GanSis jumpa lagi dengan saya di sini. Masih ingat dengan event tentang mitos yang diselenggarakan kaskus tempo hari? Nah ceritanya begini, GanSis. Saat itu ada teman saya yang ikutan baca mengenai cerita yang saya tulis tersebut. Mengalirlah cerita yang membuat bulu kuduk merinding. Ternyata dia pernah diintip oleh sesosok tak kasat mata menyerupai nenek tua saat masih kecil di jendela rumahnya. Nanti akan saya ceritakan tentang dirinya.
Saat itulah saya teringat mengenai adik kandung yang bisa melihat makhluk tak kasat. Adik saya itu memang sudah melihat seperti itu sejak kecil. Bercerita mengenai adik dan teman saya itu memang tidak habisnya. Dan yang bikin aneh, GanSis. Nenek yang dilihat sama teman dan adik itu memiliki ciri yang sama. Kan, aneh gitu? Karena teman saya dan adik tidak saling kenal.
Simak cerita adik saya di bawah ini, ya. Bagi yang penakut jangan baca, ya. Ini cerita dari sisi adik yang saya bantu tulis. 👇
°
°
°
Hari itu aku ditugaskan ke tempat yang berhubungan dengan investasi. Perasaanku sejak pagi sudah merasa tak nyaman seperti ada sesuatu yang menunggu aku di sana.
"Mungkin hanya perasaanmu saja, Hana. Sudah abaikan saja."
Aku sedikit curhat kepada rekan kerja, tetapi mereka mengganggap tidak apa-apa. Mungkin hanya perasaan saja. Ya sudah aku tak memikikan lagi mengenai perasaan yang tak tenang. Dijalani saja meski tidak tahu apa yang akan terjadi di sana.
"Tenangkan saja pikiranmu. Mungkin ini pertama kalinya kamu ke sana."
Benar juga kata teman, mungkin karena saking gugupnya aku melakukan pekerjaan yang baru pertama kali dilakukan membuat aku memiliki perasaan tak nyaman.
Perjalanan dari tempat kerja menuju tempat yang dituju lumayan jauh karena berada di pusat kota. Tempat yang aku tuju semacam tempat untuk menanam modal / investasi. Bukan aku yang akan melakukan hal itu, tetapi bos. Aku hanya mengikuti saja sambil mencatat.
"Kamu di sini saja, Hana. Biar saya yang masuk."
Ditinggal sendirian di ruangan resepsionis membuat aku was - was karena sedari kami berada di lantai bawah menuju lantai delapan naik lift aku merasakan ada yang mengikuti dan mengintip.
"Hiks ... hiks ..."
Ada suara tangisan saat aku duduk di dekat meja resepsionis. Tidak mau tahu dan tidak peduli akhirnya aku diamkan saja walau suara itu mengusik.
"Tak ... tak ..."
Suara langkah kaki terdengar di samping kanan tempat aku duduk. Saat dilihat suara itu berhenti dan akan kembali terdengar ketika aku tak melihat. Memang waktu itu aku sedang sendirian. Semua pegawai sedang sibuk. Yang namanya pekerja harus menunggu sang bos selesai rapat mengenai invest tersebut meski lama.
"Tak ... tak ..."
Mulai lagi suara itu terdengar dengan diiringi pintu lift yang terbuka. Kupikir ada yang datang nyatanya bukan orang yang aku lihat. Ada wanita tua yang sudah bungkuk sambil jalan dan melihatku dengan sinis. Tentu aku merasa tak nyaman ditatap seperti itu. Saat nenek tersebut mulai melangkah menuju ke arahku seketika itu aku langsung menutup mata dengan telapak tangan.
Maklum tempat resepsionis ini langsung berhadapan dengan pintu keluar dan beberapa langkah ada lift menuju lantai dasar.
Di tempat ini kami sampai malam. Entah apa yang sedang di bicarakan si bos ini. Untung perginya tadi menjelang sore kalau dari pagi bisa tepar aku.
Kembali lagi mengenai si nenek itu. Saat aku membuka mata ternyata si nenek hanya berjalan hilir mudik hanya sampai pintu keluar tidak sampai ke tempatku.
"Duh tadi menakutkan." Aku bergumam sendiri karena yang lain pada sibuk dengan urusan masing - masing.
"Ha ... ha ..."
Baru saja aku mengatakan ada yang sedang menertawai gumaman ini. Dia pikir lucu apa, ya? Aku yang ketakutan melihat nenek yang tiba-tiba datang, malah ditertawai oleh mereka.
Si nenek itu tetap saja berjalan maju ke arahku kemudian kembali lagi mundur. Bersamaan dengan si nenek yang berjalan tak tentu arah, ada sepasang mata yang melihatku dari balik jendela dekat lift. Aku sampai menajamkan mata ini apa benar ada orang? Padahal ini lantai delapan sedangkan mata yang aku lihat berada di luar jendela. Aku sampai tak bisa konsentrasi saat itu. Bagaimana mungkin ada sesosok manusia berada di luar jendela sambil menatapku dengan sorot mata tajam?
Tidak mungkin jika pekerja kebersihan jendela membersihkan di hari yang sudah gelap. Semakin aku melihat dan memperhatikan itu bukan hanya sepasang mata, tetapi juga menyerupai manusia. Aku sampai memfoto jendela tersebut saking penasarannya.
"Hi ... hi ..."
Tawa itu lagi terdengar, tetapi bukan si nenek yang tertawa melainkan dari dalam ruangan yang lainnya. Kalau tidak salah tempat itu pantry yang dimiliki kantor ini. Jarak antara tempat aku duduk dengan pantry tersebut tidak jauh. Pantry itu hanya beberapa langkah saja jadi aku bisa tahu siapa yang ada di dalamnya. Namun, tak seorangpun yang aku jumpai. Para karyawan kantor ini berada di ruangan lainnya.
Hari semakin menjelang malam hampir pukul tujuh. Bapak bos belum kunjung selesai sehingga mengharuskan aku menunggu. Aku hanya ditemani oleh "mereka" dan beberapa karyawan yang hanya hilir mudik.
"Belum selesai Mbak acaranya?"
"Belum Pak. Sebentar lagi."
Beberapa kali pak satpam menanyaiku karena aku masih di sana. Aku kan tidak bisa pulang jika Pak Bos belum pulang meski ingin rasanya aku cepat pulang dan meninggalkan kantor ini.
"Krak .. krak ..."
Semakin malam tempat ini sungguh membuat aku ingin cepat melangkahkan kaki menuju luar. Di pintu luar atau tepatnya di pintu lift ada sesosok hitam yang sedang merangkak naik ke dinding sambil mencakar - cakar. Ya seperti sadako deh.
Bukan hanya satu, tetapi dua sosok yang merangkak naik kemudian turun lagi. Kadang diam di tengah-tengah pintu masuk menatapku dan hilang.
"Krak ... krak ..."
Suara kaki yang merangkak ke dinding dan nenek yang berjalan maju lalu mundur kembali. Aku tidak tahu apa sebab si nenek maupun sosok hitam itu tidak berani mendekat. 'Mereka' hanya diam tepat di pintu masuk dan akan kembali mundur.
"Ayo kita pulang, Hana. Saya sudah selesai."
Akhirnya Pak Bos selesai rapatnya dan kami akan pulang. Merasa lega karena aku akan meninggalkan tempat ini. Menunggu pintu lift yang akan mengantarkan kami turun tanpa sadar aku melihat ke atas ( =angka lantai yang naik turun itu) eh ada rambut yang menjuntai ke bawah hingga aku bisa mencium bau yang menyengat. Duh rasanya ingin cepat menghilang dari hadapan 'mereka' saat itu juga.
Lega bercampur senang karena kami sudah berada di lantai bawah dan akan pulang. Pak Bos naik mobilnya sedangkan aku menunggu jemputan. Meski sudah berada di luar tetap saja bayangan sosok itu masih menghantui. Kembali aku mendongakkan kepala ke lantai atas. Ya 'mereka' masih ada di sana tapi tidak melihat aku.
Memangnya dulu ini kantor apa, ya? Seram sekali dan menegangkan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Baru pertama kali itu aku melihat sosok - sosok yang merangkak naik ke dinding. Iya kalau spiderman yang merangkak naik lah ini sosok hitam tanpa tubuh. Jadi transparan saat aku melihatnya.
Aku bersyukur karena 'mereka' tidak sampai melukai atau ikut sampai ke kos. Bisa celaka jika 'mereka' sampai mengikut karena akan menakutkan kalau 'mereka' berada dinding kamarku, bukan? 😁
Beruntungnya aku karena Pak Bos tidak akan ke tempat itu lagi. Jujur aku tidak mau ke sana lagi. 'Penunggu ' di tempat itu menyeramkan.
=Selesai=
Surabaya, 15 April 2020
Hana menunggu di depan laptop itu. Nah gambar dilingkari itulah yang ada sepasang mata mengintip dari arah luar jendela.
Sosok yang merangkak itu naik ke dinding lift tersebut sampai naik atas lampu.
Maaf kami tidak bisa menyebutkan nama kantornya. Itu privasi, GanSis
Bagaimana Gansis? Apa di antara kalian ada yang bisa melihat sesosok tak kasat mata? Coba cerita di kolom komentar.
Beri cendol, komentar dan share, GanSis
Saat itulah saya teringat mengenai adik kandung yang bisa melihat makhluk tak kasat. Adik saya itu memang sudah melihat seperti itu sejak kecil. Bercerita mengenai adik dan teman saya itu memang tidak habisnya. Dan yang bikin aneh, GanSis. Nenek yang dilihat sama teman dan adik itu memiliki ciri yang sama. Kan, aneh gitu? Karena teman saya dan adik tidak saling kenal.
Simak cerita adik saya di bawah ini, ya. Bagi yang penakut jangan baca, ya. Ini cerita dari sisi adik yang saya bantu tulis. 👇
°
°
°
Hari itu aku ditugaskan ke tempat yang berhubungan dengan investasi. Perasaanku sejak pagi sudah merasa tak nyaman seperti ada sesuatu yang menunggu aku di sana.
"Mungkin hanya perasaanmu saja, Hana. Sudah abaikan saja."
Aku sedikit curhat kepada rekan kerja, tetapi mereka mengganggap tidak apa-apa. Mungkin hanya perasaan saja. Ya sudah aku tak memikikan lagi mengenai perasaan yang tak tenang. Dijalani saja meski tidak tahu apa yang akan terjadi di sana.
"Tenangkan saja pikiranmu. Mungkin ini pertama kalinya kamu ke sana."
Benar juga kata teman, mungkin karena saking gugupnya aku melakukan pekerjaan yang baru pertama kali dilakukan membuat aku memiliki perasaan tak nyaman.
Perjalanan dari tempat kerja menuju tempat yang dituju lumayan jauh karena berada di pusat kota. Tempat yang aku tuju semacam tempat untuk menanam modal / investasi. Bukan aku yang akan melakukan hal itu, tetapi bos. Aku hanya mengikuti saja sambil mencatat.
"Kamu di sini saja, Hana. Biar saya yang masuk."
Ditinggal sendirian di ruangan resepsionis membuat aku was - was karena sedari kami berada di lantai bawah menuju lantai delapan naik lift aku merasakan ada yang mengikuti dan mengintip.
"Hiks ... hiks ..."
Ada suara tangisan saat aku duduk di dekat meja resepsionis. Tidak mau tahu dan tidak peduli akhirnya aku diamkan saja walau suara itu mengusik.
"Tak ... tak ..."
Suara langkah kaki terdengar di samping kanan tempat aku duduk. Saat dilihat suara itu berhenti dan akan kembali terdengar ketika aku tak melihat. Memang waktu itu aku sedang sendirian. Semua pegawai sedang sibuk. Yang namanya pekerja harus menunggu sang bos selesai rapat mengenai invest tersebut meski lama.
"Tak ... tak ..."
Mulai lagi suara itu terdengar dengan diiringi pintu lift yang terbuka. Kupikir ada yang datang nyatanya bukan orang yang aku lihat. Ada wanita tua yang sudah bungkuk sambil jalan dan melihatku dengan sinis. Tentu aku merasa tak nyaman ditatap seperti itu. Saat nenek tersebut mulai melangkah menuju ke arahku seketika itu aku langsung menutup mata dengan telapak tangan.
Maklum tempat resepsionis ini langsung berhadapan dengan pintu keluar dan beberapa langkah ada lift menuju lantai dasar.
Di tempat ini kami sampai malam. Entah apa yang sedang di bicarakan si bos ini. Untung perginya tadi menjelang sore kalau dari pagi bisa tepar aku.
Kembali lagi mengenai si nenek itu. Saat aku membuka mata ternyata si nenek hanya berjalan hilir mudik hanya sampai pintu keluar tidak sampai ke tempatku.
"Duh tadi menakutkan." Aku bergumam sendiri karena yang lain pada sibuk dengan urusan masing - masing.
"Ha ... ha ..."
Baru saja aku mengatakan ada yang sedang menertawai gumaman ini. Dia pikir lucu apa, ya? Aku yang ketakutan melihat nenek yang tiba-tiba datang, malah ditertawai oleh mereka.
Si nenek itu tetap saja berjalan maju ke arahku kemudian kembali lagi mundur. Bersamaan dengan si nenek yang berjalan tak tentu arah, ada sepasang mata yang melihatku dari balik jendela dekat lift. Aku sampai menajamkan mata ini apa benar ada orang? Padahal ini lantai delapan sedangkan mata yang aku lihat berada di luar jendela. Aku sampai tak bisa konsentrasi saat itu. Bagaimana mungkin ada sesosok manusia berada di luar jendela sambil menatapku dengan sorot mata tajam?
Tidak mungkin jika pekerja kebersihan jendela membersihkan di hari yang sudah gelap. Semakin aku melihat dan memperhatikan itu bukan hanya sepasang mata, tetapi juga menyerupai manusia. Aku sampai memfoto jendela tersebut saking penasarannya.
"Hi ... hi ..."
Tawa itu lagi terdengar, tetapi bukan si nenek yang tertawa melainkan dari dalam ruangan yang lainnya. Kalau tidak salah tempat itu pantry yang dimiliki kantor ini. Jarak antara tempat aku duduk dengan pantry tersebut tidak jauh. Pantry itu hanya beberapa langkah saja jadi aku bisa tahu siapa yang ada di dalamnya. Namun, tak seorangpun yang aku jumpai. Para karyawan kantor ini berada di ruangan lainnya.
Hari semakin menjelang malam hampir pukul tujuh. Bapak bos belum kunjung selesai sehingga mengharuskan aku menunggu. Aku hanya ditemani oleh "mereka" dan beberapa karyawan yang hanya hilir mudik.
"Belum selesai Mbak acaranya?"
"Belum Pak. Sebentar lagi."
Beberapa kali pak satpam menanyaiku karena aku masih di sana. Aku kan tidak bisa pulang jika Pak Bos belum pulang meski ingin rasanya aku cepat pulang dan meninggalkan kantor ini.
"Krak .. krak ..."
Semakin malam tempat ini sungguh membuat aku ingin cepat melangkahkan kaki menuju luar. Di pintu luar atau tepatnya di pintu lift ada sesosok hitam yang sedang merangkak naik ke dinding sambil mencakar - cakar. Ya seperti sadako deh.
Bukan hanya satu, tetapi dua sosok yang merangkak naik kemudian turun lagi. Kadang diam di tengah-tengah pintu masuk menatapku dan hilang.
"Krak ... krak ..."
Suara kaki yang merangkak ke dinding dan nenek yang berjalan maju lalu mundur kembali. Aku tidak tahu apa sebab si nenek maupun sosok hitam itu tidak berani mendekat. 'Mereka' hanya diam tepat di pintu masuk dan akan kembali mundur.
"Ayo kita pulang, Hana. Saya sudah selesai."
Akhirnya Pak Bos selesai rapatnya dan kami akan pulang. Merasa lega karena aku akan meninggalkan tempat ini. Menunggu pintu lift yang akan mengantarkan kami turun tanpa sadar aku melihat ke atas ( =angka lantai yang naik turun itu) eh ada rambut yang menjuntai ke bawah hingga aku bisa mencium bau yang menyengat. Duh rasanya ingin cepat menghilang dari hadapan 'mereka' saat itu juga.
Lega bercampur senang karena kami sudah berada di lantai bawah dan akan pulang. Pak Bos naik mobilnya sedangkan aku menunggu jemputan. Meski sudah berada di luar tetap saja bayangan sosok itu masih menghantui. Kembali aku mendongakkan kepala ke lantai atas. Ya 'mereka' masih ada di sana tapi tidak melihat aku.
Memangnya dulu ini kantor apa, ya? Seram sekali dan menegangkan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Baru pertama kali itu aku melihat sosok - sosok yang merangkak naik ke dinding. Iya kalau spiderman yang merangkak naik lah ini sosok hitam tanpa tubuh. Jadi transparan saat aku melihatnya.
Aku bersyukur karena 'mereka' tidak sampai melukai atau ikut sampai ke kos. Bisa celaka jika 'mereka' sampai mengikut karena akan menakutkan kalau 'mereka' berada dinding kamarku, bukan? 😁
Beruntungnya aku karena Pak Bos tidak akan ke tempat itu lagi. Jujur aku tidak mau ke sana lagi. 'Penunggu ' di tempat itu menyeramkan.
=Selesai=
Surabaya, 15 April 2020
Spoiler for Ini fotonya:
Hana menunggu di depan laptop itu. Nah gambar dilingkari itulah yang ada sepasang mata mengintip dari arah luar jendela.
Sosok yang merangkak itu naik ke dinding lift tersebut sampai naik atas lampu.
Maaf kami tidak bisa menyebutkan nama kantornya. Itu privasi, GanSis
Bagaimana Gansis? Apa di antara kalian ada yang bisa melihat sesosok tak kasat mata? Coba cerita di kolom komentar.
Beri cendol, komentar dan share, GanSis






nona212 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
911
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan