- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Meta-Analisis Mengungkapkan Siapa yang Harusnya Lebih Hati-Hati dengan COVID-19


TS
Salkrye
Meta-Analisis Mengungkapkan Siapa yang Harusnya Lebih Hati-Hati dengan COVID-19
Pada tanggal 8 April, para peneliti China di Universitas Kedokteran Weifang menerbitkan meta-analisis peer-review pertama tentang komorbiditas medis dan keparahan penyakit COVID-19.
Mereka menyaring beberapa database literatur dan mengambil 6 studi untuk dianalisis. Semua penelitian berkualitas tinggi dengan skor Newcastle-Ottawa Scale (NOS) minimal 6 poin.
• 6 studi meneliti Hipertensi, Diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
• 5 studi meneliti Penyakit hati.
• 4 studi meliputi Maligna, Penyakit ginjal, dan Penyakit kardiovaskular.
• 3 studi mengevaluasi Penyakit serebrovaskular (pembuluh darah).

Pasien COVID-19 dengan Penyakit serebrovaskular (OR: 3,89), Penyakit kardiovaskular (OR: 2,93), Hipertensi (OR: 2,29), Diabetes (OR: 2,47), dan PPOK (OR: 5,97)memiliki peningkatan risiko eksaserbasi penyakit / perkembangan.
Untuk menerjemahkan apa yang telah mereka laporkan, pasien COVID-19 dengan Penyakit serebrovaskular (atau pembuluh darah)memiliki peningkatan peluang 289% (atau 3,89 kali lebih besar) untuk berkembang menjadi kondisi yang lebih parah.
Demikian juga untuk beberapa diantaranya:
• Penyakit Serebrovaskular: peningkatan peluang 289% (atau 3,89 kali lebih besar).
• Penyakit kardiovaskular: peningkatan peluang 193% (atau 2,93 kali lebih besar).
• Hipertensi: peningkatan peluang 129% (atau 2,29 kali lebih besar).
• Diabetes: peningkatan peluang 147% (atau 2,47 kali lebih besar).
• PPOK: peningkatan peluang 497% (atau 5,97 kali lebih besr).
• Penyakit hati, tumor ganas, atau penyakit ginjal: Tidak ada korelasi yang signifikan.
Penyakit hati, tumor ganas, atau penyakit ginjal tampaknya tidak terlibat dalam prognosis COVID-19. “Meta-analisis kami tidak memberikan bukti yang cukup bahwa ada korelasi antara penyakit hati, tumor ganas atau penyakit ginjal, dan pembengkakan pada pasien COVID-19,” para peneliti menjelaskan.
Mereka menyimpulkan bahwa Meta-analisis mengidentifikasi hipertensi, diabetes, PPOK, penyakit kardiovaskular, dan penyakit serebrovaskular sebagai faktor risiko yang sangat signifikan untuk pasien COVID-19,
Dokter juga harus sangat berhati-hati terhadap pasien COVID-19 dengan PPOK, karena pasien COVID-19 dengan PPOK memiliki risiko peningkatan 5,9 kali lipat lebih tinggi daripada pasien tanpa PPOK.

Meta-analisis serupa lainnya yang mencakup 7 studi dari peneliti London - tetapi belum ditinjau lebih lanjut, juga memperingatkan bahwa PPOK adalah 'tanda buruk' untuk pasien COVID-19.
Mereka menyimpulkan, “Sejauh ini PPOK merupakan faktor risiko terkuat untuk tingkat keparahan pasien COVID-19, diikuti oleh Penyakit kardiovaskular dan hipertensi.”
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)mengacu pada kerusakan paru-paru di mana kantung udara telah "hancur". Hal ini menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida menjadi sangat buruk - sesak nafas.
PPOK adalah penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup dan tidak obatnya hingga detik ini. Sekitar 85-95% kasusnya disebabkan karena kebiasaan merokok. - angan hujat saya, karena memang itulah faktanya
Para peneliti di University of British Columbia menemukan bahwa sel paru-paru perokok dan pasien PPOK memiliki reseptor ACE2 yang sangat tinggi. Reseptor inilah yang digunakan SARS-CoV-2 sebagai fasilitas gratis untuk masuk ke dalam sel tubuhmu.

Meningkatnya reseptor ACE2 sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh dalam menanggapi kantung udara yang rusak. ACE-2 berguna untuk melindungi tubuhmu terhadap cedera paru akut yang kronis.
Profesor Weltejuga menyarankan terapi yang dipersonalisasi "Untuk memanipulasi tingkat ACE-2 dan meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien yang terinfeksi COVID-19."
Berita baiknya adalah tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Para peneliti juga mengatakan “Kami juga menemukan bahwa orang yang sudah berhenti merokok memiliki penurunan kadar ACE-2 hingga serupa dengan orang yang tidak pernah merokok.”
Hal ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok. -Ya tapi terserah kamu sih. Saya juga gak maksa
Stay healthy, Stay safe, and Stay away from other people during this pandemic. See ya.
Referensi:
• ncbi.nlm.nih.gov | Does comorbidity increase the risk of patients with COVID-19: evidence from meta-analysis
• medrxiv.org | Systematic review and meta-analysis of predictive symptoms and comorbidities for severe COVID-19 infection
• copdnewstoday.com | What is Chronic obstructive pulmonary disease (PPOK)
• genengnews.com | Extra Coronavirus Entry Points in Lung Cells of Smokers and COPD Patients May Increase Risk of Severe COVID-19 Infection
• erj.ersjournals.com | ACE-2 Expression in the Small Airway Epithelia of Smokers and COPD Patients: Implications for COVID-19
Mereka menyaring beberapa database literatur dan mengambil 6 studi untuk dianalisis. Semua penelitian berkualitas tinggi dengan skor Newcastle-Ottawa Scale (NOS) minimal 6 poin.
• 6 studi meneliti Hipertensi, Diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
• 5 studi meneliti Penyakit hati.
• 4 studi meliputi Maligna, Penyakit ginjal, dan Penyakit kardiovaskular.
• 3 studi mengevaluasi Penyakit serebrovaskular (pembuluh darah).

Hasil Meta Analisis
Pasien COVID-19 dengan Penyakit serebrovaskular (OR: 3,89), Penyakit kardiovaskular (OR: 2,93), Hipertensi (OR: 2,29), Diabetes (OR: 2,47), dan PPOK (OR: 5,97)memiliki peningkatan risiko eksaserbasi penyakit / perkembangan.
Quote:
Untuk menerjemahkan apa yang telah mereka laporkan, pasien COVID-19 dengan Penyakit serebrovaskular (atau pembuluh darah)memiliki peningkatan peluang 289% (atau 3,89 kali lebih besar) untuk berkembang menjadi kondisi yang lebih parah.
Demikian juga untuk beberapa diantaranya:
• Penyakit Serebrovaskular: peningkatan peluang 289% (atau 3,89 kali lebih besar).
• Penyakit kardiovaskular: peningkatan peluang 193% (atau 2,93 kali lebih besar).
• Hipertensi: peningkatan peluang 129% (atau 2,29 kali lebih besar).
• Diabetes: peningkatan peluang 147% (atau 2,47 kali lebih besar).
• PPOK: peningkatan peluang 497% (atau 5,97 kali lebih besr).
• Penyakit hati, tumor ganas, atau penyakit ginjal: Tidak ada korelasi yang signifikan.
Penyakit hati, tumor ganas, atau penyakit ginjal tampaknya tidak terlibat dalam prognosis COVID-19. “Meta-analisis kami tidak memberikan bukti yang cukup bahwa ada korelasi antara penyakit hati, tumor ganas atau penyakit ginjal, dan pembengkakan pada pasien COVID-19,” para peneliti menjelaskan.
Mereka menyimpulkan bahwa Meta-analisis mengidentifikasi hipertensi, diabetes, PPOK, penyakit kardiovaskular, dan penyakit serebrovaskular sebagai faktor risiko yang sangat signifikan untuk pasien COVID-19,
Pengetahuan tentang faktor-faktor ini dapat lebih mendefinisikan pasien COVID-19 yang memiliki risiko lebih tinggi, dengan demkian dapat membantu tim medis untuk lebih fokus dalam memberikan penanganan yang lebih spesfik agar tidak terjadi hal yang lebih fatal
Dokter juga harus sangat berhati-hati terhadap pasien COVID-19 dengan PPOK, karena pasien COVID-19 dengan PPOK memiliki risiko peningkatan 5,9 kali lipat lebih tinggi daripada pasien tanpa PPOK.

Meta-analisis serupa lainnya yang mencakup 7 studi dari peneliti London - tetapi belum ditinjau lebih lanjut, juga memperingatkan bahwa PPOK adalah 'tanda buruk' untuk pasien COVID-19.
Mereka menyimpulkan, “Sejauh ini PPOK merupakan faktor risiko terkuat untuk tingkat keparahan pasien COVID-19, diikuti oleh Penyakit kardiovaskular dan hipertensi.”
Mengapa PPOK Sangat Berisiko?
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)mengacu pada kerusakan paru-paru di mana kantung udara telah "hancur". Hal ini menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida menjadi sangat buruk - sesak nafas.
PPOK adalah penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup dan tidak obatnya hingga detik ini. Sekitar 85-95% kasusnya disebabkan karena kebiasaan merokok. - angan hujat saya, karena memang itulah faktanya

Para peneliti di University of British Columbia menemukan bahwa sel paru-paru perokok dan pasien PPOK memiliki reseptor ACE2 yang sangat tinggi. Reseptor inilah yang digunakan SARS-CoV-2 sebagai fasilitas gratis untuk masuk ke dalam sel tubuhmu.

Meningkatnya reseptor ACE2 sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh dalam menanggapi kantung udara yang rusak. ACE-2 berguna untuk melindungi tubuhmu terhadap cedera paru akut yang kronis.
"Namun disisi lain, ACE2 yang memfaslitasi SARS-CoV-2 untuk masuk ke sel Epitel."
Quote:
Profesor Weltejuga menyarankan terapi yang dipersonalisasi "Untuk memanipulasi tingkat ACE-2 dan meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien yang terinfeksi COVID-19."
Berita baiknya adalah tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Para peneliti juga mengatakan “Kami juga menemukan bahwa orang yang sudah berhenti merokok memiliki penurunan kadar ACE-2 hingga serupa dengan orang yang tidak pernah merokok.”
Hal ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok. -Ya tapi terserah kamu sih. Saya juga gak maksa

Stay healthy, Stay safe, and Stay away from other people during this pandemic. See ya.
Referensi:
• ncbi.nlm.nih.gov | Does comorbidity increase the risk of patients with COVID-19: evidence from meta-analysis
• medrxiv.org | Systematic review and meta-analysis of predictive symptoms and comorbidities for severe COVID-19 infection
• copdnewstoday.com | What is Chronic obstructive pulmonary disease (PPOK)
• genengnews.com | Extra Coronavirus Entry Points in Lung Cells of Smokers and COPD Patients May Increase Risk of Severe COVID-19 Infection
• erj.ersjournals.com | ACE-2 Expression in the Small Airway Epithelia of Smokers and COPD Patients: Implications for COVID-19
Diubah oleh Salkrye 15-04-2020 03:06






infinitesoul dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan