Kaskus

Entertainment

Surobledhek746Avatar border
TS
Surobledhek746
Lalu Apa yang Masih Kurang?


Lalu Apa yang Masih Kurang?

Gan/Sist, Gimana rasanya setelah sekian minggu #DiRumahSaja? Pasti galau. Gw Juga. Tapi mau gimana lagi. Nikmati apa adanya.

Pandemi corona telah merubah hampir segala kehidupan kita. Keyakinan pada agama yang mulai mengambang akibat ketidaktahuaan. Pengetahuan dan perhatian pada agama tak berbanding lurus dengan kejadian yang dihadapi.

Kesulitan hidup yang seakan tak pernah pergi. Cobaan dan cobaan silih berganti menjadikan kalap nalar memaknai.

Bukan itu saja, pelarangan pelaksanaan ibadah harian dan mingguan mengakibatkan sebagian orang menjadi sedih berkepanjangan. Biasanya setiap jumat, setiap minggu, setiap lima kali sehari berjamaah dan berkumpul bersama warga, lenyap seketika.

Kita tidak sedang menyalahkan apa yang terjadi sekarang. Kita juga belum tahu pasti kapan semua ini terjadi. Pengalaman sejarah telah membuktikan, pandemi tak akan berakhir dalam sehari dua hari.

Seperti yang terjadi pada tahun 1500, wabah justinian yang terjadi di Benzantium menewaskan hampir 30 - 50 juta orang. Black death, tahun 1347 dan 1351, menewaskan setidaknya 25 juta orang. Sars, dan Flu babi yang juga pernah terjadi, belum lagi ebola dan lainnya. Banyak nyawa menjadi korban.

Sejarah harusnya mampu kita jadikan pelajaran. Pandemi akan datang pada masa yang telah ditentukan. Menjadi salah satu seleksi alam disamping peperangan dan bencana alam lainnya. Penyebab kematian manusia ada berjuta cara. Terserah yang Maha Kuasa melakukan dengan caranya.

Dan kini kita juga sedang menghadapi. Tanpa pandemi kita juga akan mati. Lalu apa yang sangat kita takutkan. Penolakan mayat menjadikan salah satu bukti bahwa transisi kemanusiaan sedikit demi sedikit telah hilang.

Siapa saja dari kita mungkin saja jadi salah satu korbannya. Mungkin juga jadi penyebab orang lain menemui kematiannya.

Pada saat bersamaan, empati kita pada para petugas kesehatan yang siang malam bertugas memberikan perawatan pada pasien positif corona. Menahan kantuk, menahan lelah, menahan segala macam stigma hingga kematiannya saja lebih dianggap hina daripada binatang yang sangat menjijikkan. Mengerikan memang.

Kita pernah ingat beberapa bulan yang lalu sebel musim hujan datang, beberapa wilayah dunia mengalami kekeringan parah, akibat elnimo kemarau. Termasuk beberapa daerah di negara kita yang mengalami kesulitan air hebat.

Pada saat yang sama kita meminta agar kemarau segera hilang, dan doa kita terkabul, kemarau hilang. Musim hujan datang, digantikan dengan banjir yang menggenang. Beberapa kota terendam banjir.

Keluh kesah dan sumpah serapah saling menyalahkan keluar dari mulut sebagian besar kita. Tak peduli bagaimana siang malam pemerintah berpikir keras menanggulangi dampak ekonomi, sosial dan sebagainya demi kenyamanan kita.

Kebutuhan pokok tersedia, keamanan terkendali seperti biasa. Kemudian sebagian kita bisa tidur dengan nyenyaknya. Adakah kita sempat berpikir, kejadian semuanya telah ada yang mengatur? Mungkin kita tak usah munafik. Hanya sedikit dari kita yang berterima kasih atas apa yang telah menimpa.

Kini pandemi corona jadi episode menakar keimanan kita, selepah kemarau dan kabut asap, setelah hujan dan banjirnya. Menyusul gunung meletus dan segala efek ketakutannya.

Sebagian kita juga masih ingat tentang gunung Galunggung yang meletus tanpa sempat di deteksi , saat itu BMKG sedang sibuk memantau gunung di sebelahnya ternyata aman dan tak terjadi apa-apa. Malah galunggung yang banyak.memghancur dan memuluhlantakan perkampungan.

Kejadian-kejadian itu telah membuktikan bahwa manusia punya segudang bahkan lebih keterbatasan. Lalu.mengapa kita tidak minta pada Tuhan Yang Maha segalanya.

Jika kamu bersyukur atas nikmatKu, maka akan Aku tambah nikmat itu. Jika kamu ingkar, maka azabku sangat pedih

Apakah kita sedang diazab atas dosa dan kesalahan kita? Hanya individu masing-masing yang mampu menjawabnya. Kita tidak perlu toleh kiri kanan mencari kesalahan yang telah dilakulan orang lain.

Tidak perlu juga merada paling benar. Nyatanya kita sedang mendapat cobaan. Pandemi corona terlepas dari segala analisis kesehatan dan lingkunga, nyatanya kita sedang diuji. Apakah kita akan semakin menjauhi Penguasa Tunggal Bumi ini atau kembali dan taat berbakti.

Ketika musim kemarau mbuat kita berkeluh kesah, seakan-akan mati jika hujan tak datang lalu Tuhan turunkan hujan. "Hujan Deras Telah Aku Turunkan, Lalu Apa yang Masih Kurang?"

Ternyata kita masih kurang bersyukur pada sang Pencipta. Marilah kita kembali mentafakkuri apa yang selama ini telah kita lakukan? Muhasabah atas segala kesalahan yang pernah dikerjakan.

Mengaku salah dan minta ampunan seraya berdoa semoga pandemi segera sirna. Hanya itu barangkali yang mampu kita lakukan saat ini, di samping mentaati anjuran yang telah pemerintah berikan. Menjaga jarak dan menjaga kesehatan.



Lalu Apa yang Masih Kurang?
milktoasthoneyAvatar border
sebelahblogAvatar border
infinitesoulAvatar border
infinitesoul dan 10 lainnya memberi reputasi
11
923
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan