- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mudik Saat Pandemi Corona Covid-19, Jadikanlah Hal Yang Bermanfaat


TS
arbib
Mudik Saat Pandemi Corona Covid-19, Jadikanlah Hal Yang Bermanfaat

gambar hanya sekedar ilustrasi pulang kampung, koleksi pribadi
Quote:
Imbas novel corona virus covid-19 yang mewabah di dunia sekarang terus bermunculan. Pembatasan berbagai aktivitas mula dari pembatasan total hingga longgar dilakukan berbagai wilayah dari daerah hingga berbagai negara.
Masyarakat daerah yang menjadi perantau di area perkotaan, yang bergelut dalam berbagai profesi, kini kehilangan mata pencaharian. Salah satu pilihan adalah pulang kampung ke daerah masing masing.
Salah satu kota di indonesia yang dipadati kaum perantau adalah jakarta. Di kota ini, berbagai orang dari multi wilayah berdiam. Dari yang sementara, hingga yang sudah menetap. Kebanyakan, merupakan masyarakat yang merantau untuk mengubah nasib. Dari desa yang perekonomiannya dinilai tumbuh lamban. Perantau melakukan perjalanan dengan muatan mengubah nasib perekonomian masing masing.
Orang orang yang lebih dahulu berada di jakarta dan memiliki aset tentu memanfaatkan para pendatang sebaik mungkin. Terutama para juragan lahan. Bangunan kontrakan dari rumah petak hingga kos kosan menjadi salah satu bisnis yang cukup menghasilkan. Pesatnya laju pertumbuhan kota menarik minat beragam kalangan untuk mencoba mengadu nasib. Termasuk TS yang 2004 lalu menyeberangi selat sunda. Dari sumatera menuju pulau jawa, dengan maksud mencoba adu nasib di jakarta.
Lika liku perjalanan dan perjuangan hidup dilalui. Dari bermukim di kontrakan petak beralaskan kardus hingga berkeluarga dan mencoba berbagai usaha dilakoni. Jutaan orang mungkin mengalami hal serupa. Bergelut dengan kesibukan kota, hingga lupa kita sudah berapa lama dan akan kemana lagi setelah ini.
Penghasilan yang memadai walau kadang ada waktunya menghela nafas dalam karena roda kehidupan tak selalu diatas, terasa mengasyikan. Berbagai kemudahan bisa didapatkan di kota, berbeda dengan di desa. Ini yang membuat masyarakat terus beralih mencoba mengadu nasib di kota. Berjibaku, bergelut dan hidup dalam gegap gempita keramaian.
Namun, kini hal berbeda terjadi. Masyarakat perkotaan justru sedang dihantui suasana mencekam. Wabah virus yang melanda berbagai negara, sejak penutupan tahun 2020, yang pertama kali diberitakan ada di negeri tirai bambu, kini sudah menyebar luas hampir ke seluruh dunia. Ini membuat perubahan besar. Kemudahan mendapatkan peluang penghasilan di kota kini redup dan surut.
Wabah virus yang cepat menyebar di perkotaan karena kepadatan masyarakat kini menjadi dilema yang rumit. Orang orang yang berniaga di perkotaan, khususnya di tempat hiburan, tempat perdagangan, lokasi wisata dan sekitaran sekolah atau dunia pendidikan kini mengalami nihil pendapatan. Ini terjadi sejak ditutupnya berbagai tempat tersebut, sejak diberlakukannya upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat pendatang. Apalagi tidak memiliki aset dan cadangan hidup memadai untuk di kota. Sudah menjadi kebiasaan perantau di kota, yang mengadu nasib di kota, seperti jakarta, umumnya menjadikan kota sebagai tempat sementara. Kerja keras di kota mengumpulkan modal, untuk menyiapkan aset yang direncanakan sebagai tujuan lanjutan. Setelah modal ada biasanya pulang kampung. Dan mencoba berbagai pengalaman serta modal yang didapat untuk hidup di tanah kelahirannya.
Kejadian luar biasa sekarang ini, menjadikan semua rencana kacau berantakan. Berbagai sektor bisnis dari usaha warung kecil hingga bisnis besar perlahan tumbang. Para pedagang yang berlokasi pada tempat yang sudah ditutup sementara tentu kehilangan pendapatan. Terombang ambing dalam ketidak pastian yang entah kapan akan berakhir.
Berbagai bisnis besar yang tumbang, terpaksa merumahkan para karyawan yang ada, karena tidak cukup dana untuk bertahan, menambah kerumitan masalah yang terjadi. Ini terjadi di berbagai negara di belahan dunia. Khususnya negara yang mengalami kasus penyebaran pendemi covid-19 dengan signifikan, jutaan orang dirumahkan karena masalah ini. Ini akan menambah masalah baru selain akibat dari penyebaran virus corona.
Himbauan untuk tidak mudik, untuk mencegah penyebaran virus di kampung halaman memang bisa dianggap sebagai seruan yang tepat. Daripada pulang kampung membawa virusdan menularkan kepada keluarga serta orang sekitar di kampung halaman, memang merupakan sesuatu yang mestinya di patuhi. Karena ini demi kebaikan bersama. Kebaikan untuk semua. Pada prinsipnya begitu.
Namun, berbagai masalah sebagai akibat virus covid-19, membuat banyak orang kehilangan pendapatan. Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari hari itu perlu biaya. Mulai dari sewa kontrakan hingga biaya buang air kecil dan bab itu butuh dana. Yang menjadi pertanyaan dan sulit untuk ditemukan solusi terbaik, jika terus bertahan dikota, biaya hidup dapat dari mana ?... Inilah yang mendorang, banyak orang di kota, khususnya para perantau pulang kampung alias mudik.
Pulang kampung bukanlah solusi terbaik. Namun, jalan ini ditempuh karena terpaksa. Mereka yang pulang ke kampung halaman mungkin berpikir akan mengolah aset yang ada di kampung halaman. Misalnya punya tanah atau lahan bercocok tanam, yang selama ini menjadi lahan tidur tak terawat, karena ditinggal ke kota, bisa diolah untuk melanjutkan hidup.
Ini menjadi salah satu pemikiran kaum perantau. Ada juga yang pulang kampung, cuma ingin liburan dan menghilangkan kepenatan karena redupnya kegiatan ekonomi perkotaan. Nah kelompok ini yang cukup berbahaya dan potensial menjadi pembawa dan penyebar virus. Walaupun belum tentu orang yang dari kota, yang sedang dilanda wabah penyakit, itu membawa bibit penyakit.
Bagi yang sudah berada di kampung halaman, jangan berpikir akan segera cepat balik ke kota. Karena ujung penghabisan masa penyebaran virus covid-19 sampai saat ini, tidak ada yang bisa tahu, kapan akan berhenti. Menurut organisasi kesehatan dunia, wabah ini akan terus menyebar, hingga vaksin yang tepat untuk mencegahnya tersedia secara masal.
Krisis global ada didepan mata. Bukan cuma negeri kita saja. Ini terjadi hampir diseluruh negeri. Hampir semuanya. Yang paling terkena dampaknya adalah tempat yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Wilayah perkotaan pada umumnya begitu. Jumlah penduduk di perkotaan padat dan penat.
Hampir tidak ada lahan bercocok tanam. Mula dari kebutuhan pangan, sayuran buah buahan dan tanaman obat tradisional di supali dari luar kota. Ini tentu akan menambah masalah dikemudian hari, untuk wilayah kota bila musibah wabah ini sudah mulai berkurang atau berhenti.
Bagi warga yang sudah terlanjur pulang kampung, dan berada di desa desa, serta masih memiliki lahan yang bisa dikelola, sekarang adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkannya. Segeralah tanam sebanyak mungkin tanaman pangan, dan obat obatan tradisional. Karena pada waktu krisis ini memuncak, dua atau tiga bulan bahkan setahun kemudian, beban krisis yang terjadi bisa sedikit berkurang.
Syukur syukur bila , hasil panen yang didapatkan nanti, cukup besar dan memadai. Sehingga kekhawatiran akan krisis di depan, tidak berdampak menyeluruh kepada kita. Tidak membuat kita kesulitan mencari makanan dan obat obatan. Jadi, yang sudah terlanjur pulang kampung, jangan cuma diam dan kebanyakan melamun saja. Kebanyakan diam dengan beban pikiran berat, akan membuat stres dan menjadi penyebab penurunan kondisi kesehatan fisik.
Harapan kita semuanya, tentu saja penyebaran wabah penyakit ini, segera berakhir. Segera kembali seperti semula. Dan kekhawatiran TS akan krisis pangan serta tanaman obat obatan tradisional, di kemudian hari, sudah diperhitungkan oleh pemerintah. Sudah di perhitungkan dan sudah mulai melakukan berbagai langkah solusi untuk nanti.
Jika belum ada langkah antisipasi, dari pemerintah, terhadap kekhawatiran krisis pangan serta tanaman obat obatan tradisional, dua tiga bulan atau setahun kedepan, maka keterpurukan yang mengerikan sudah menanti di depan. Sedangkan persiapan kita tidak ada sama sekali. Kita kini cuma terpaku pada masalah covid-19 saja yang sedang melanda.
Semoga saja, para pejabat, petugas, penyelenggara negara dan orang orang yang penting serta punya kuasa di negeri ini, sudah menyiapkan berbagai langkah setelah mungkin untuk ragam masalah kita di hari hari atau waktu kedepan.
Sebagai penutup, kita tentu berharap, yang pulang kampung bukanlah lari dari masalah. Namun mereka sedang menyiapkan berbagai senjata dan strategi untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi sekarang ini.
Masyarakat daerah yang menjadi perantau di area perkotaan, yang bergelut dalam berbagai profesi, kini kehilangan mata pencaharian. Salah satu pilihan adalah pulang kampung ke daerah masing masing.
Salah satu kota di indonesia yang dipadati kaum perantau adalah jakarta. Di kota ini, berbagai orang dari multi wilayah berdiam. Dari yang sementara, hingga yang sudah menetap. Kebanyakan, merupakan masyarakat yang merantau untuk mengubah nasib. Dari desa yang perekonomiannya dinilai tumbuh lamban. Perantau melakukan perjalanan dengan muatan mengubah nasib perekonomian masing masing.
Orang orang yang lebih dahulu berada di jakarta dan memiliki aset tentu memanfaatkan para pendatang sebaik mungkin. Terutama para juragan lahan. Bangunan kontrakan dari rumah petak hingga kos kosan menjadi salah satu bisnis yang cukup menghasilkan. Pesatnya laju pertumbuhan kota menarik minat beragam kalangan untuk mencoba mengadu nasib. Termasuk TS yang 2004 lalu menyeberangi selat sunda. Dari sumatera menuju pulau jawa, dengan maksud mencoba adu nasib di jakarta.
Lika liku perjalanan dan perjuangan hidup dilalui. Dari bermukim di kontrakan petak beralaskan kardus hingga berkeluarga dan mencoba berbagai usaha dilakoni. Jutaan orang mungkin mengalami hal serupa. Bergelut dengan kesibukan kota, hingga lupa kita sudah berapa lama dan akan kemana lagi setelah ini.
Penghasilan yang memadai walau kadang ada waktunya menghela nafas dalam karena roda kehidupan tak selalu diatas, terasa mengasyikan. Berbagai kemudahan bisa didapatkan di kota, berbeda dengan di desa. Ini yang membuat masyarakat terus beralih mencoba mengadu nasib di kota. Berjibaku, bergelut dan hidup dalam gegap gempita keramaian.
Namun, kini hal berbeda terjadi. Masyarakat perkotaan justru sedang dihantui suasana mencekam. Wabah virus yang melanda berbagai negara, sejak penutupan tahun 2020, yang pertama kali diberitakan ada di negeri tirai bambu, kini sudah menyebar luas hampir ke seluruh dunia. Ini membuat perubahan besar. Kemudahan mendapatkan peluang penghasilan di kota kini redup dan surut.
Wabah virus yang cepat menyebar di perkotaan karena kepadatan masyarakat kini menjadi dilema yang rumit. Orang orang yang berniaga di perkotaan, khususnya di tempat hiburan, tempat perdagangan, lokasi wisata dan sekitaran sekolah atau dunia pendidikan kini mengalami nihil pendapatan. Ini terjadi sejak ditutupnya berbagai tempat tersebut, sejak diberlakukannya upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat pendatang. Apalagi tidak memiliki aset dan cadangan hidup memadai untuk di kota. Sudah menjadi kebiasaan perantau di kota, yang mengadu nasib di kota, seperti jakarta, umumnya menjadikan kota sebagai tempat sementara. Kerja keras di kota mengumpulkan modal, untuk menyiapkan aset yang direncanakan sebagai tujuan lanjutan. Setelah modal ada biasanya pulang kampung. Dan mencoba berbagai pengalaman serta modal yang didapat untuk hidup di tanah kelahirannya.
Kejadian luar biasa sekarang ini, menjadikan semua rencana kacau berantakan. Berbagai sektor bisnis dari usaha warung kecil hingga bisnis besar perlahan tumbang. Para pedagang yang berlokasi pada tempat yang sudah ditutup sementara tentu kehilangan pendapatan. Terombang ambing dalam ketidak pastian yang entah kapan akan berakhir.
Berbagai bisnis besar yang tumbang, terpaksa merumahkan para karyawan yang ada, karena tidak cukup dana untuk bertahan, menambah kerumitan masalah yang terjadi. Ini terjadi di berbagai negara di belahan dunia. Khususnya negara yang mengalami kasus penyebaran pendemi covid-19 dengan signifikan, jutaan orang dirumahkan karena masalah ini. Ini akan menambah masalah baru selain akibat dari penyebaran virus corona.
Himbauan untuk tidak mudik, untuk mencegah penyebaran virus di kampung halaman memang bisa dianggap sebagai seruan yang tepat. Daripada pulang kampung membawa virusdan menularkan kepada keluarga serta orang sekitar di kampung halaman, memang merupakan sesuatu yang mestinya di patuhi. Karena ini demi kebaikan bersama. Kebaikan untuk semua. Pada prinsipnya begitu.
Namun, berbagai masalah sebagai akibat virus covid-19, membuat banyak orang kehilangan pendapatan. Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari hari itu perlu biaya. Mulai dari sewa kontrakan hingga biaya buang air kecil dan bab itu butuh dana. Yang menjadi pertanyaan dan sulit untuk ditemukan solusi terbaik, jika terus bertahan dikota, biaya hidup dapat dari mana ?... Inilah yang mendorang, banyak orang di kota, khususnya para perantau pulang kampung alias mudik.
Pulang kampung bukanlah solusi terbaik. Namun, jalan ini ditempuh karena terpaksa. Mereka yang pulang ke kampung halaman mungkin berpikir akan mengolah aset yang ada di kampung halaman. Misalnya punya tanah atau lahan bercocok tanam, yang selama ini menjadi lahan tidur tak terawat, karena ditinggal ke kota, bisa diolah untuk melanjutkan hidup.
Ini menjadi salah satu pemikiran kaum perantau. Ada juga yang pulang kampung, cuma ingin liburan dan menghilangkan kepenatan karena redupnya kegiatan ekonomi perkotaan. Nah kelompok ini yang cukup berbahaya dan potensial menjadi pembawa dan penyebar virus. Walaupun belum tentu orang yang dari kota, yang sedang dilanda wabah penyakit, itu membawa bibit penyakit.
Bagi yang sudah berada di kampung halaman, jangan berpikir akan segera cepat balik ke kota. Karena ujung penghabisan masa penyebaran virus covid-19 sampai saat ini, tidak ada yang bisa tahu, kapan akan berhenti. Menurut organisasi kesehatan dunia, wabah ini akan terus menyebar, hingga vaksin yang tepat untuk mencegahnya tersedia secara masal.
Krisis global ada didepan mata. Bukan cuma negeri kita saja. Ini terjadi hampir diseluruh negeri. Hampir semuanya. Yang paling terkena dampaknya adalah tempat yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Wilayah perkotaan pada umumnya begitu. Jumlah penduduk di perkotaan padat dan penat.
Hampir tidak ada lahan bercocok tanam. Mula dari kebutuhan pangan, sayuran buah buahan dan tanaman obat tradisional di supali dari luar kota. Ini tentu akan menambah masalah dikemudian hari, untuk wilayah kota bila musibah wabah ini sudah mulai berkurang atau berhenti.
Bagi warga yang sudah terlanjur pulang kampung, dan berada di desa desa, serta masih memiliki lahan yang bisa dikelola, sekarang adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkannya. Segeralah tanam sebanyak mungkin tanaman pangan, dan obat obatan tradisional. Karena pada waktu krisis ini memuncak, dua atau tiga bulan bahkan setahun kemudian, beban krisis yang terjadi bisa sedikit berkurang.
Syukur syukur bila , hasil panen yang didapatkan nanti, cukup besar dan memadai. Sehingga kekhawatiran akan krisis di depan, tidak berdampak menyeluruh kepada kita. Tidak membuat kita kesulitan mencari makanan dan obat obatan. Jadi, yang sudah terlanjur pulang kampung, jangan cuma diam dan kebanyakan melamun saja. Kebanyakan diam dengan beban pikiran berat, akan membuat stres dan menjadi penyebab penurunan kondisi kesehatan fisik.
Harapan kita semuanya, tentu saja penyebaran wabah penyakit ini, segera berakhir. Segera kembali seperti semula. Dan kekhawatiran TS akan krisis pangan serta tanaman obat obatan tradisional, di kemudian hari, sudah diperhitungkan oleh pemerintah. Sudah di perhitungkan dan sudah mulai melakukan berbagai langkah solusi untuk nanti.
Jika belum ada langkah antisipasi, dari pemerintah, terhadap kekhawatiran krisis pangan serta tanaman obat obatan tradisional, dua tiga bulan atau setahun kedepan, maka keterpurukan yang mengerikan sudah menanti di depan. Sedangkan persiapan kita tidak ada sama sekali. Kita kini cuma terpaku pada masalah covid-19 saja yang sedang melanda.
Semoga saja, para pejabat, petugas, penyelenggara negara dan orang orang yang penting serta punya kuasa di negeri ini, sudah menyiapkan berbagai langkah setelah mungkin untuk ragam masalah kita di hari hari atau waktu kedepan.
Sebagai penutup, kita tentu berharap, yang pulang kampung bukanlah lari dari masalah. Namun mereka sedang menyiapkan berbagai senjata dan strategi untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi sekarang ini.
Sampai jumpa pada Thread lainnya...






typhoe dan 16 lainnya memberi reputasi
17
9.1K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan