Kaskus

Sports

FootballStoryAvatar border
TS
FootballStory
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
Seperti yang kita tahu penampilan Ajax di UCL 2018/19 menjadi sensasi jagat sepakbola dunia. Di fase grup mereka tak terkalahkan oleh raksasa Jerman, Bayern Munchen dan 2 fase setelahnya setelahnya mereka mendapat lawan² yang menjadi andalan di negara mereka masing² yakni Real Madrid dan Juventus. Namun Ajax berhasil membungkam kedua tim tersebut dan lolos ke semifinal. Di fase semifinal pun Ajax sebenarnya sudah lebih mendekat ke final kala mereka menaklukan Spurs 0-1 di London, namun mimpi mereka pupus ketika Lucas Moura membuat publik Amsterdam menangis di penghujung laga.

Pemain berbakat hasil akademi mereka dijual ke klub lain merupakan hal lumrah bagi Ajax, mereka yang lulus dari akademi Ajax seolah tinggal menunggu waktu untuk diboyong klub lain. Sepertinya itu sudah menjadi filosofi Ajax "mendapatkan dan menghasilkan pemain hebat". Dua legenda Ajax yakni van Der Sar dan Mark Overmaars yang kini menjabat sebagai Direktur dan CEO klub mengakui hal tersebut, mereka membuka pintu selebar lebarnya untuk pemain didikan Ajax jika ingin bermain di klub lain demi karir yang lebih sukses.
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
van Der Sar pernah bercerita kala itu Andre Onana, De Ligt, van De Beek, Frankie De Jong, Justin Kluivert, Dolberg, dan Neres. Pernah dikumpulkan untuk sebuah pertemuan dan dipertontonkan video mereka masing² dan membandingkan dengan para legenda Ajax yang pernah bermain di posisi yang sama, van Der Sar mengatakan " kalau kamu ingin jadi legenda Ajax, kamu harus mendapatkan sesuatu yang besar, dimataku hal itu sangat menginspirasi". Pembelian Daley Blind dan Tadic pun menjadi strategi Ajax untuk memberi mereka pengalaman bermain di klub besar dan saat kembali ke Ajax mereka bisa memberi pengalaman tersebut kepada pemain² jebolan Ajax.

Momen seperti Ronaldo meninggalkan Madrid dan Madrid tidak segarang dulu lagi, AC Milan yang kini menunjukkan sisi medioker mereka setelah bintang² mereka habis dimakan usia. Namun sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi Ajax, kehilangan pemain seperti De Jong, Kluivert, De Ligt tidak akan menjadi bencana besar bagi mereka, seperti yang diujar van Der Sar "akan ada saat dimana bintang jebolan Ajax memilih untuk hengkang" seperti Koeman yang pindah ke rival PSV Eindhoven, Rijkaard yang menambah ledakan bersama AC Milan, jalan yang sama diambil juga oleh Bergkamp, Seedorf, Edgar Davids, Patrick Kluivert, Civu, Ibrahimovic, Suarez, Eriksen, van Der Vaart, Sneijder, Davy Klassen, Alderweirld, Davinson Sanchez, Verthongen, dan tentunya masih banyak lagi.
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
Padahal jika mereka dikumpulkan itu akan menjadi ultimatum besar bagi Ajax, namun Ajax tidak pernah kehabisan stok pemain muda berbakat. Mati 1 tumbuh 1000, Ajax selalu bisa menciptakan pemain potensial dari akademi mereka sendiri maupun merekrut pemain dari usia yang sangat muda lalu dipoles kemampuannya. Ketika ajax mendapat guyuran uang hasil penjualan jebolan akademi, Ajax tidak membeli pemain lain yang senilai dengan pemain tersebut mereka justru menginvestasikan uang tersebut untuk pengembangan klub dan pemain muda, misalnya ketika Ajax mendapat predikat pemilik akademi terbaik pada 2015 hasil dari capaian tersebut mereka membangun School van de Toekomst yang merupakan sekolah konvensional yang kurikulum pendidikannya digabungkan dengan kurikulum olahraga dan sepakbola. Kehadiran De Toekomst diharapkan mampu mengembangkab skill pemain muda yang diimbangi dengan standard pendidikan yang cukup. Dilaporkan dari ESPN sekolah ini memiliki 17 lapangan dengan fasilitas yang terus diupgrade, terdapat pula stadion berkapasitas 3000 penonton tempat Jong Ajax dan Ajax U19 berlaga. Sejak dini mereka dibiasakan untuk bermain dengan pola 433 dan gaya bermain dari kiper mengoper ke bek tengah atau bek sayap lalu dihubungkan ke gelandang tengah atau gelandang sayap melalui umpan trobosan sementara penyerang dibiasakan untuk bergerak demi mengganggu bentuk pertahanan lawan, jika bola berhasil direbut oleh tim lawan mereka dibiasakan untuk merebutknya kembali dalam tempo 3 detik, jika gagal atau gol tercipta sistem ini diulang lagi dari awal. Mengutip dari Online Ajax Academy, dalam menurunkan filosofi klub Ajax memperkerjakan legenda mereka sendiri, selain van Der Sar dan Overmaars terdapat John Heitingan yang bekerja sebagai pelatih Jong Ajax, Willem Jong sebagai salah satu lulusannya sekarang menjadi kepala akademi, Ten Haag sendiri memang bukan lulusan akademi Ajax namun ia punya dna Ajax karena ia adalah murid dari Pep Guardiola, seperti yang kita tahu Pep adalah pengikut garis keras Johan Cruyff, dan Cruyff sendiri adalah legenda Ajax sebagai pemain maupun pelatih yang turut menciptakan filosofi Ajax.

Lalu apakah hanya ajax yang seperti itu? tentunya tidak, ada klub yang juga berprinsip hampir sama seperti Ajax, jika pantau disisi barat daya eropa sebuah negara yang berbatasan dengan samudra atlantik kita akan menemukan surga untuk para pemain muda untuk kembangkan bakat sepakbola, adalah Sporting Academy yang sering menjulurkan pemain bintang hasil didikan mereka. Terbukti saat Final Euro 2016 lalu 10 dari 14 pemain yang dimainkan timnas Portugal adalah jebolan Sporting Academy. Lisbon sendiri menjadi salah satu tim kuat di Portugal meski belum cukup kuat di kancah Eropa. Terlepas dari hal tersebut jika dilihat dari Ronaldo, Nani, dan Luis Figo jelas menggambarkan bagaimana Sporting Academy membentuk kemampuan pemain muda menjadi seorang pemenang.
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
Tak jauh beda dengan akademi sepakbola yang maju lainnya, Sporting punya cara untuk membangun mental dan kemampuan didikannya. Namun bagi mereka rasa nyaman dan kondusif dalam tim harus terbentuk terlebih dahulu, mereka tau betul mood seorang anak ketika hendak belajar tentunya dengan keadaan kondusif dan nyaman materi yang disampaikan akan lebih menyerap dalam jiwa putra² berbakat di Sporting. Lalu mereka sangat menghargai kedisiplinan, ada benarnya jika kita menilik kesuksesan seseorang pasti orang tersebut dekat dengan yang namanya kedisiplinan artinya hidup mereka sudah tertata dan apa² yang menjadi masalah sudah siap menemukan solusinya, Sporting telah memiliki aturan yang ketat demu anak² mereka tetap berada di koridor yang sudah ditentukan. Dalam hal ini Ronaldo menjadi sosok penting dalam patokan kedisiplinan, pada suatu masa Ronaldo tidak diikutkan dalam laga penting bersama pemain akademi melawan CS Maritimo, Ronaldo muda pun marah dan memaki pelatih yang tidak menyertakannya, namun ternyata Ronaldo tidak bisa bangun tepat waktu dan pelatih sengaja untuk tidak membangunkannya untuk menyertakannya dalam tim, meskipun Ronaldo sudah merengek ia pun dianggap tidak mematuhi aturan yang telah diberlakukan.

Hal tersebut tentu menjadi pembelajaran bagi dirinya tentang arti kedisiplinan, dan hingga saat itu sudah terbiasa jika melihat Ronaldo datang sebelum jam latihan tiba (pasti tau dong ceritanya Carlos Tevez tentang Ronaldo). Manajemen Sporting mengakui bahwa hal tersebut merupakan perlakuan langka dan itu akan menjadi hal yang akan dinikmati bagi para pemainnya saat berkarir di sepakbola profesional. Namun disiplin disana bukanlah disiplin yang kaku, pemain disana juga bebas bermain dengan gaya bermain masing² dengan tidak menyalahi pola² yang sebelumnya telah ada. Latihan² yang ada memang ditujukan agar si anak bisa menemukan kehebatannya masing² namun setelah itu mereka dibimbing dengan pola metode yang sudah ada untuk mengembangkan gaya bermain yang telah mereka ciptakan. Pola² terpenting dari metode yang sudah ada adalah jebolan akademi masih bisa mengikuti gaya permainan tim yang dibelanya meski tetap mengandalkan gaya bermain yang mereka miliki, dengan kata lain mereka diharapkan cepat beradaptasi dengan kondisi permainan yang berbada dari sebuah tim.
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
Sedikit banyak kemiripan antara dari model bisnis yang dijalankan oleh akademi Ajax dan Sporting, mereka mengorbitkan pemain sebanyak²nya dan sebagus²nya lalu menjualnya ke klub besar dengan harga yang tidak murah. Mereka berdua juga memiliki jaringan yang sangat luas dalam hal ini scouting talent berperan besar, dengan kecerdasan para scouting mereka tak segan untuk berbincang dengan warga sekitar demi mendapat talenta yang luas biasa. Bila memang sesuai bukan tidak mungkin para calon bintang dari pelosok negeri akan dimasukkan kedalam akademi untuk mengembangkan bakatnya.

MENURUT ENTE MANA AKADEMI YANG LEBIH SANGAR? AJAX ATAU LISBON? KOMENIN DIBAWAH!
emoticon-Cendol Gan
sumber
sumber
Akademi Ajax vs Akademi Lisbon, Mana Yang Lebih Sangar?
onikAvatar border
nona212Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
3.3K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan