triyaniyulianaAvatar border
TS
triyaniyuliana
Jodoh Pilihan
#Masa_Lalu




"Apa penampilanku sudah rapi? Ini pertama kalinya aku ikut reuni. Dan pertama kalinya bertemu teman-teman sekolahmu. Aku tak ingin mempermalukanmu."

Aku menoleh sejenak. Menatap istriku yang berpenampilan sederhana namun memesona. Ia mengenakan dress pink dengan kerudung senada. Wajahnya selalu bersinar, sekalipun tanpa make up.

Tak ada jawaban dariku. Karena bagiku, tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan betapa aku memujanya. Tak peduli orang berkata apa.

"Apakah semua temanmu sudah menikah?"

Hening.

"Kita sudah sampai," selaku setelah memarkirkan kendaraan.

"Apakah Fatma sudah menikah?"

Hening lagi.

Kuhela napas sejenak. Jujur saja, aku tak ingin membahas apa yang akan menyakiti hatinya.

"Kita sudah telat. Teman-teman sudah menunggu."

"Aku tunggu di sini saja."

"Please, Saina! Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan apapun!"

"Bagaimana tidak khawatir, setelah ...."

Kudaratkan kecupan singkat di bibirnya. Begitulah caraku membungkam segala pertanyaan dan kekhawatiran yang tiada hentinya.

"Sebagian sudah, sebagian lainnya ada yang masih kerja maupun melanjutkan kuliah. Kita sudah telat. Tak ada waktu berdebat," kataku sembari membuka pintu mobil. Setelah keluar dan memutari mobil, kubukakan pintu untuknya.

"Aku di sini saja."

Aku tak peduli ucapannya. Setelah mengeluarkan kursi roda yang tersimpan di jok belakang, kuangkat badannya yang semakin kurus. Padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin membahagiakannya. Entah mengapa setelah menikah denganku justru tak bertambah berisi malah semakin
berkurang berat badannya.

"Ada aku di sisimu." Kubisikkan kata itu sembari mendaratkan kecupan singkat di keningnya. Setelah itu, kudorong pelan kursi roda memasuki tempat tujuan.

**

"Wow, dokter idola sudah datang."

"Ciye, istrinya ya? Cantik banget."

"Wah, patah hati aku."

Terdengar suara-suara temanku menyambut kedatangan kami. Aku hanya
membalas ucapan mereka dengan
menampilkan selarik senyum seperti biasa. Karena kutahu, mereka hanya menggoda saja.

Sesampainya di meja kosong, kuposisikan Saina senyaman mungkin sembari memperhatikan wajahnya. Tampak sekali gurat kekhawatiran dan ketegangan.

Seperti dugaanku, acara ini bukan acara reuni biasa. Namun lebih dari itu. Entah mengapa, firasatku sejak awal memang ada sesuatu yang disembunyikan dari teman-temanku.

"Kita panggil tamu istimewa kita, Dokter ... Adrian."

Aku begitu terkejut mendengar suara MC yang memanggil namaku. Apa-apaan ini?
Begitu pula wajah istriku yang tak kalah terkejut.

Riuh tepuk tangan memenuhi seluruh penjuru ruangan yang telah dihias sedemikian rupa.

Berulang kali MC memanggil namaku, namun aku masih bergeming seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Sehingga
semua mata tertuju padaku.

Setelah itu ....

Datang seseorang dari masa lalu entah datang dari mana. Menghampiriku dan menyodorkan sekuntum mawar biru. Senyumnya merekah. Senyum itu ... yang pernah kuimpikan untuk mendampingi hidupku. Namun ... ada sesuatu, sehingga impian itu menjadi sirna.

Tanganku mengepal. Aku merasa dipermainkan. Bangkit dari tempat duduk dan kembali memutar kursi roda Saina. Berniat untuk meninggalkan ruangan yang memuakkan ini.

"Menikahlah denganku!"

Deg! Langkahku terhenti.

"Apa kau bahagia dengan menikahi perempuan cacat?"

Dadaku kian bergemuruh. Dan rahangku kian mengeras. Dari mana dia belajar kata-kata yang menyakitkan itu?

"Aku tak akan menyerah, Saina! Tunggu saja! Pasti aku akan merebutnya kembali. Kau tak pantas mendampinginya!"

Tak kugubris semua ocehannya. Kini, ada rasa penyesalan yang teramat dalam karena pernah mengaguminya. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu, baru kusadari, ternyata bagaikan ribuan anak panah yang kapan saja siap melesat menghunus hatiku dan hati Saina.

Kutinggalkan ruangan dengan mendorong kursi roda Saina. Mengabaikan setiap tatapan aneh yang tertuju padaku. Aku tak peduli! Yang kupedulikan saat ini adalah hati Saina yang kembali hancur berkeping-keping. Bukan hanya luka fisik yang dia dapatkan dari keegoisan Fatma. Namun, luka batinnya ternyata kian menganga.

Aku sungguh menyesal. Menyesal karena selama ini telah mengabaikan ucapan Saina. Ucapan bahwa Fatma selalu mengirim pesan ancaman. Ucapan bahwa Fatma akan merebutku kapan saja.

"Maaf." Hanya itu ucapan yang bisa terlontar dari mulutku.

Isak tangis Saina kian tak terkendali. Kubiarkan dia menangis dalam pelukanku.

"Aku berjanji akan menjauh dari masa lalu. Membuangnya. Bahkan tak tersisa. Kini, aku akan lebih berjuang membahagiakanmu," ucapku sambil mengusap pelan punggungnya.

"Aku memang tak pantas untukmu," lirihnya disela isak tangis yang semakin menyayat hati.

"Saina! Aku mencintaimu karena Allah. Maafkan aku."

Maaf. Maafkan aku Saina. Yang sempat ragu, dan sempat ingin meninggalkanmu.

Saat ini, aku benar-benar yakin bahwa kau adalah jodoh terbaik yang Allah berikan untukku.

#Sangatta
#Bumi_Etam

Sumber gambar dari kawan imut
Diubah oleh triyaniyuliana 06-04-2020 23:13
4iinchAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
958
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan