Selamat datang gan di thread saya @caesarpratama, saya ingin menceritakan sebuah pengalaman supranatural, yang saya alami bersama teman saya.

Saya ingin agan tahu, bahwa saya tidak percaya hantu, yang saya percaya adalah jin. Yang saya tahu, jin dan hantu adalah hal berbeda. Sedikit akan saya jelaskan, jika jin, ia adalah makhluk dari dimensi lain, dan hantu, ia adalah roh gentayangan dari seseorang yang telah mati.

Jadi disuatu siang, saya dan teman saya sedang bermalas-malasan di atas kasur. Teman saya itu bertubuh besar dan tinggi, beratnya mencapai 100kg, tingginya 180cm. Mungkin siang itu, antara jam 12 siang. Teman saya duduk di pinggir kasur, sambil bersandar di dinding, dan memetik gitar. Ia sedang mempelajari lagu milik T-ara yang berjudul Cry-cry. Sedangkan saya hanya berbaring di dekatnya dan memainkan hape, sambil memperhatikan dia bermain.

Gitar yang ia pergunakan adalah milik dari mendiang teman satu band saya, ia adalah seorang pemain bass. Kurang lebih sudah 1 bulan semenjak ia pergi, dan saya meminjam gitarnya dari orang tuanya. Ibanez Gio warna biru, gitarnya masih sangat bersih, dengan tali pundak bertuliskan police, yang berwarna kuning.



Teman satu band saya itu meninggal dikarenakan kecelakaan sepeda motor. Saat ia pulang dari taman pendidikan Qur'an, ada yang mengajaknya untuk adu cepat, singkatnya ia meng-iya-kan, namun naas belum juga mendapat kemenangan, ia sudah harus menabrak pembatas jalan, yang memisahkan antara dua sisi jalan yang lebar. Tanpa helm, kepalanya membentur aspal, bagaikan jeruk yang ditekan dengan jari jempol, kepalanya pecah. Ia sempat dirawat di rumah sakit, mungkin sekitar seminggu, lalu ia dinyatakan meninggal.





Berulang kali teman saya yang besar itu berusaha memainkan lagu Cry-cry dari T-ara, tapi tidak kunjung berhasil, dan berulang kali pula saya mengajarinya. Mungkin sudah berlalu 4 jam ia masih belum bisa menguasai intro lagu tersebut, hingga sekitar jam 12 siang. Tiba-tiba terdengarlah suara perempuan tertawa, suaranya seperti tertawa yang melengking dan keras, khas suara kuntilanak seperti yang ada di film-film, namun yang ini lebih terdengar sedikit meremehkan. Suaranya terdengar jauh nan dalam, seolah berada di dalam gitar Ibanez tersebut. Beberapa detik mendengar suara itu, saya dan teman saya terdiam, dan saling memandang. Ia bertanya kepada saya, "kamu dengar Sar?" Lantas saya jawab, "ya aku dengar". Teman saya kemudian meletakkan gitar diatas kasur, dan bergegas keluar kamar, begitupun saya mengikutinya. Di depan pintu kamar saya, ia bertanya "apa yang kamu dengar?" Saya menjawab, "perempuan tertawa, lalu apa yang kamu dengar?" Dan teman saya menjawab, "sama perempuan tertawa".



Kami segera membungkus gitar itu, dan mengembalikannya kepada orang tua mendiang teman saya, dan tidak pernah menceritakan kejadian itu sampai sekarang.