sumber gambar

Malam semakin larut sebagai kurir belanja online aku mau tak mau harus mengantarkan paket yang tersisa, karena semua ini tanggung jawabku.

Namaku Aryadi sering dipanggil Arya, kiriman paket tinggal satu lagi beralamat di Jalan Jeruk Purut. Sebuah kawasan mewah di pinggir kota Jakarta Selatan, ketika memasuki kawasan Jeruk Purut suasana jalan terlihat sepi dan berkabut. Tapi demi sebuah tugas aku terus memacu kendaraan roda duaku.

"Tulalit...tulalit.... " suara ponselku berdering.

"Ya pak"

"Bapak kurir xxxx kan?"

"Ohhh iya nanti paket saya kalau sudah sampai dirumah saya belum datang, di lempar aja ya pak"

"Ohhh iya pak, ini yang alamatnya Jeruk Purutkan?"

"Iya pak"

"Oke, pak ini sedikit lagi saya sampai sih"

"Ya, udah ntar gitu aja ya pak kalau dah sampai ga ada orang"

"Ok pak" sambungan telepon pun terputus.

Hingga tak berapa lama tibalah diriku disebuah rumah mewah dan megah, kusesuaikan dengan alamatnya pun cocok. Aku parkirkan kendaraanku di samping rumah tersebut, kupencet bel rumah yang berada di luar namun sunyi seperti tak ada penghuninya.

Kupencet hingga berkali-kali lalu aku pun disambut anjing hitam yang langsung mengonggong. Nyaliku pun ciut, mata anjing itu menyala merah. Akupun mundur teratur, lalu menaruh paket itu dengan kujatuhkan dari atas melewati pagar rumah.

"Brukk.."

"Aduhhh.... " terdengar suara dri dalam rumah.

Sepertinya ada orang! Aku kembali mengintip namun kosong, seperti tak berpenghuni. Aku pun mulai kembali mengendarai motor untuk segera pulang, lampu motor tak mampu menembus gelapnya kabut jalan pun bekelok-kelok dan aku pun merasa janggal kenapa aku balik lagi kerumah tadi.

Rumah mewah itu tepat di hadapanku, sepertinya aku nyasar kupacu motorku sekali lagi dan ketika sudah beberapa menit aku kembali ke rumah yang tadi, bensinku juga sudah menipis kupaksakan sekali lagi untuk menjalankan motorku sedangkan perasaanku sudah was-was ini pasti ada sesuatu yang ga beres.

Benar saja kali ketiga aku berjalan sampai lagi aku di rumah itu, bensinku habis total lalu dari dalam rumah seperti ada orang keluar bajunya seperti pendeta hitam panjang semakin dekat dan dekat ternyata orang itu tak berkepala.

Sudah pasti aku ambil langkah seribu, "setannn" teriakku. Ia mengambil bingkisan yang kubawa lalu di bukanya ternyata paket itu adalah kepalanya dan ia seperti memanggilku, dan berusaha mengejarku bersama anjingnya. Langkahnya cepat, tangannya pun seakan ingin menggapai pundakku.

Kepalanya ia jinjing sambil berlari, kepala itu tertawa terkekeh melihatku ketakutan. Darah mengalir dari wajahnya seakan sudah siap untuk menyantapku. Pikiranku kalut baru kali ini bertemu hantu kepala buntung.

Ia tak lelah mengikuti langkahku entah aku bingung sudah berada dimana, yang penting terus berlari. Hantu pendeta itu pun terus berada di belakangku.

Maks semakin kencang lah lariku, "tolong... tolong.... " teriakku tapi suasana sepi tak ada orang yang mendengar suaraku. Hingga tiba-tiba aku terjatuh, dan disitu pandanganku gelap aku tertelungkup pasrah hingga mataku pun tak sanggup untuk membukannya.

Namun terus kupaksakan mata itu untuk terbuka, tiba-tiba matahari sudah meninggi beberapa orang nampak berkeliling. Tapi tempat ku terjatuh adalah sebuah makam dengan nama pendeta Albert.

"Mas kenapa, kok bisa tiduran di makam? " ujar warga disana.

Kuceritakan secara detail kejadian yang kualami, hingga akhirnya warga pun mengerti namun tak ada raut wajah takut dari mereka.

"Sudah sering mas kejadian kaya gini, mungkin masnya ga permisi-permisi dulu ya masuk kawasan jeruk purut ini"

"Iya, aku waktu itu ga ada permisi"

"Memang hantu yang mas lihat penjaga makam ini, lain kali hati-hati kalau masuk kawasan Ini ya mas"

Aku hanya mengangguk, kulihat motorku tak jauh dari tempat ini kuhampiri kendaraanku terlihat ada sisa paket tinggal satu lagi, lalu ku cek bensin pun masih penuh.

Sepertinya inilah balasan bila aku masuk ke wilayah orang tanpa permisi hingga bertemu dengan hantu jeruk purut.

######

Penulis rahma