Sebelum kalian membaca tulisanku ini, aku menegaskan ini adalah kisah nyata pengalamanku dalam dunia percintaan.

Hi... Aku anto, tinggal di kabupaten sumatera bagian barat dan masih dalam proses pembelajaran kuliah. Tapi aku memiliki mantan pacar yang hingga saat ini perbuatannya masih membekas dalam hati.

Waktu itu, aku mengulang dari awal perkuliahanku di salah satu universitas di dekat lokasiku. Aku bertemu dengan seorang wanita, dian namanya.

Kami bercumpa melalui salah satu jejaringan sosial, kemudian memutuskan untuk berjumpa seperti halnya remaja lain lakukan. Dian lebih tua 2 tahun dari umurku dan pada saat itu dia telah menyelesaikan gelar D3.

Pada pertemuan pertama kami berkenalan dan saling menceritakan pengalaman hidup, asmara, hingga kerjaan. Kami membahas kerjaan karena pada saat itu aku adalah seorang freelance atau pekerja lepas.

Dia menceritakan tentang keluh kesahnya untuk mencari pekerjaan, banyak perusahaan yang menolak dia, karena belum rejeki dan suatu alasan. Kemudian dia menceritakan perlakuan mantan dan keluarganya terhadapnya yang jauh dari kata baik.

Mendengar cerita dari dia, aku tergerak untuk membantu, aku berusaha menemani dia untuk mengantarkan surat lamaran. Aku bantu dia tanpa menghiraukan panas dan hujan, aku tetap yakin dia pasti mendapat pekerjaan.

Hingga 1 minggu tidak berhasil mendapat pekerjaan, aku mulai menyerah, lalu dia berkata "aku masih semangat cari kerja" kemudian aku memandang wajahnya. Pada saat itu aku melihat semangat pantang menyerahnya dan dari situ sudah timbul rasa ingin memilikinya.

Setelah berfikir sangat panjang, aku memutuskan untuk menjadikan dia sebagai pacar. Dia sempat menolak, namun akhirnya pada akhirnya. Aku merasa bahagia, kemudian kami berstatus pacaran.

Singkat cerita, dibulan pertama aku menitipkan uang kepadanya dengan harapan dia dapat dipercaya. Tapi hasilnya aku kecewa, dia memberi semua uang yang aku titipkan kepada mantannya dengan alasan mantannya dulu pernah memberi sejumlah uang untuk membantu orang tuanya. 

"Aku gk ada minjam yank, dia sendiri yang ngirim uang untuk ibuku. Ibuku dulu lagi ada masalah, jadi dia niat bantu. Tapi setelah jadi mantan, dia nganggap bantuan dia jadi utang", kata dian kepadaku.

"Aku udah malu didatangi terus kekosan", sambungnya.

Aku kemudian percaya dan iklhas dengan syarat dia mengembalikan uang tersebut nanti kalau sudah kerja. Dan sejak itu kami mencari kosan yang bisa tinggal berdua.

Pada awal-awal kami hidup bersama di suatu sala satu kos, kami mulai menemukan problem. Dia kehabisan uang dan aku diberhentikan dari pekerjaanku saat itu. Aku hanya menerima uang kiriman dari kampung dan harus rela dibagi dua dengannya.

Orang tua dan keluarganya tidak peduli dengan keadaannya saat itu, yang membuat aku semangat menemani dia. Kadang dia menangis dan meratapi nasib karena orang tua dan keluarganya hanya mempedulikan dia jika hanya mengirim uang ke kampung.

Singkatnya banyak sekali pertengkaran yang kami hadapi, namun aku tetap komitmen menemani dia untuk mencari pekerjaan yang di inginkannya.

Bulan ke 6 kami pacaran, dia berhasil mendapat pekerjaan disalah satu toko perlengkapan bayi, dan menjadi SPG (Sales Promotion Girls). Awalnya dia menolak, tapi aku tetap meyakinkan dia agar mau bekerja di tempat itu sebagai batu loncatan.

Dia pun nurut dan bekerja selama 4 bulan, sementara itu aku tetap membantu medaftarkan dia ke segala situ penerimaan kerja.

Hingga akhirnya dia diterima interview disalah satu perusahaan wahana permainan disalah satu mall 3 bulan setelahnya, aku sangat bahagia dia diterima interview sebagai SPV (Supervisor).

"Aku gugup, udah sering aku ditolak di interview", kata dia

Akupun mulai mencari cara dan mengajari dia cara diinterview, walaupun sebenarnya aku kurang mahir dalam bagian ini. Namun, beruntung aku memiliki banyak teman yang sudah bekerja, sehingga aku bisa mendapatkan refrensi sedikit.

Singkatnya, dia diterima di tempat itu. Sontak kami dua merasa bahagia dan aku merasa bangga, walau sebenarnya inilah awal kehancuranku.

Ditempat kerjanya yang baru dia berjumpa dengan abang mantannya dan kemudian memberitahukan kalau Dian bekerja di tempat uang sama dengan abang mantannya. 

Mendengar hal itu, mantannya jadi sering datang ke tempat dia bekerja, dengan alasan ingin bermain ke wahana bermain tempat Dian bekerja.

"Heri sering main ketempat kerjaanku"
"Trus, apa responmu?"
"Ya aku gk kasih respon apa-apa"
"Oh, Baguslah"

Ternyata benar kata orang yang sering dikumandangkan orang, "Batu pun bisa terbelah walau hanya di tetesi air yang kecil". begitulah keadaan dia.

Dia mulai sering mencari masalah untuk memancing pertengkaran, hingga seringnya kami bertengkar, dia memutuskan untuk pindah kos.

Selama kami pisah, kami masih sering komunikasi dan janji jumpaan, tapi sudah kelihatan gak seromantis dulu lagi. Dia mulai angkuh, kasar dan gak jarang dia seolah bisa menjadi seperti sekarang ini adalah karena keringatnya.

Aku gk mau menaruh terlalu rasa curiga kepadanya, hingga suatu hari, aku melihat dia berduaan dengan mantannya di kosnya. Hati ini panas, tapi aku sadar jodoh Tuhanlah yang mengaturnya.

Aku kemudian pergi sembari dia datang menghampiriku dan meminta maaf, namun aku hanya diam sambil menyalakan motor ku.

Sejak saat itu aku sadar betapa bodohnya aku berjuang untuk dia, kenapa aku mau berjuang secara materi dan tenaga untuk dia kalau ujungnya dia kembali kepangkuan mantannya?. 

Begitulah isi pertanyaan dalam hatiku, hatiku sangat kacau dan hancur. Tapi seiring berjalannya waktu aku mulai dapat melupakan kepedihan itu, dan memberanikan diri menulis kisahku disini.

Pesan dariku untuk pembaca: Hargai seseorang yang berjuang untukmu walau hanya sedikit. Setidaknya katakan terima kasih bukan sakit dalam hati.

Terima kasih untuk kalian yang sudah mau membaca cerita ku  Semoga kita tetap dalam keadaan baik.