- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
JoJo's Bizarre Adventure : Deadman Question Chapter 1


TS
alexstewart
JoJo's Bizarre Adventure : Deadman Question Chapter 1
Sang protagonis digambarkan sebagai roh pengelana yang tidak menyadari kehidupannya ketika dia masih hidup. Ketika seorang Hantu terperangkap di dunia yang hidup setelah kematiannya, dia bekerja untuk seorang biksu, dan melakukan "pekerjaan kotor" membunuh target yang diberikan kepadanya dengan imbalan uang. Dia percaya bahwa, dengan menjadikan pekerjaan ini adalah tujuannya untuk hidup, dan dia mungkin menemukan kebahagiaan. Untuk salah satu kontraknya, ia dikirim untuk membunuh seorang pembunuh anak yang sedang melarikan diri bersembunyi di sebuah apartemen bersama orang penting lainnya. Setelah upaya berbelit-belit untuk memasuki apartemen karena aturan menjadi hantu, target dihilangkan, di mana titik protagonis mengungkapkan namanya menjadi Yoshikage Kira.
Terlihat seorang pria tengah duduk disebuah kereta, rupanya ia sedang membaca surat kabar dengan berita utamanya "Kasus Pembunuhan Anak-Anak Bukit Pohon Eek Tengah Malam", kemudian pria itu membaca berita olahraga disampingnya, ia membaca surat kabar yang dibawa oleh mahasiswa yang duduk disampingnya. Ia membacanya disepanjang perjalanan melewati 5 stasiun. Pria itu layaknya seorang yang memiliki fashion sense tersendiri, disaat cuaca yang terik ini pria itu malah memakai jas lengkap dengan topi . Beberapa menit kemudian kereta sampai di Stasiun Nijigaoka, pria itu pun turun dari kereta tak lupa dia mencium wangi mawar yang menjadi sekedar hiasan di peron stasiun itu. Pria itu dengan santai keluar dari Stasiun menuju perkotaan, berjalan pelan berusaha menghindari orang-orang bahkan rela berjalan diantara sepeda yang terparkir hanya untuk menghindari orang. Pria itu kemudian memutuskan untuk menuju ke arah Toko Buku yang ada di Kota. Sesampainya di Toko Buku, pria itu nampaknya tertarik pada rak-rak buku yang nampaknya tidak terlalu populer, pria itu mengambil satu buku dan membaca judulnya "Kisah Gajah yang Kehilangan Belalainya", "apa ini?", pikirnya. Sejenak pria itu memikirkan isi cerita dari buku yang tak populer itu, mencoba menerka-nerka apa isinya tanpa membukanya. Dirasa cukup membuang waktu, pria itu kemudian beralih ke tumpukan majalah dan mengambilnya secara acak, pria itu mengamati gambar dari majalah itu, seorang pria yang memakai topi dan seragam yang nampaknya itu adalah sebuah iklan di majalah. Wajahnya lumayan juga, tangannya terpotong tapi itu tidak jadi masalah, gumamnya. Pria itu kemudian menyobek gambar yang ada dimajalah dan tanpa sepengatahuan penjaga toko, dia memasukkan sobekan majalah itu kedalam jasnya, seolah tak terjadi apa-apa pria itu berusaha tenang. Pria itu kemudian keluar dari Toko Buku dengan tenang dan santai. "Selanjutnya adalah telepon, ah tapi aku harus mencari apartemen dulu, apartemen akan lebih baik daripada rumah biasa, aku bisa meminjam telepon disana, dan juga sebuah pisau, ya aku butuh sebuah pisau," ucap pria itu pada dirinya sendiri. Alasan pria itu meminjam telepon ialah karena dia tidak memiliki telepon seluler bahkan uang 1¥ pun. Pria itu menyusuri jalanan di Prefektur Nijigaoka, mencari-cari apartemen terdekat.
Setelah dirasa cocok untuknya, dengan acak pria itu memecet tombol pada salah satu apartemen dan pria itu mengeluarkan gambar majalah yang ia sobek di toko buku tadi, menunjukkannya ke arah lubang intip apartemen, pria itu berpura-pura menjadi seorang kurir rupanya. "Siapa?" jawab seorang wanita dibalik pintu itu. Pria itu kemudian menjawab, "Saya dari Mitsumaru Departemen Store, ada kiriman paket untuk anda", wanita itu merasa aneh karena dia merasa tidak pernah memesan sesuatu dari Mitsumaru Department Store, "aku tak pernah memesan barang disana", jawabnya kemudian, pria itu berusaha meyakinkan wanita itu dengan berkata bahwa ia tak punya cukup waktu disini karena dia juga banyak pekerjaan yang harus dilakukan. "apa isi paketnya?" tanya wanita itu, "sebuah manequin", "hah? Manequin? Aku bahkan tidak pernah memesan manequin!", "mungkin itu suamimu yang memesan" jawab pria itu santai, terdengar samar-samar wanita itu bertanya pada suaminya apa benar dia memesan sebuah manequin yang tentu saja dijawab tidak oleh suami wanita itu. "suamiku tidak memesannya, bisakah kau kembalikan saja paket itu?" jawab wanita itu, "baiklah tapi aku butuh stempel darimu", "hah? Kenapa?", "ini adalah aturan di perusahaan tempat aku bekerja, tanpa stempel aku tidak dapat kembali", "aku tidak mau membukakan pintu untukmu", jawab wanita itu sedikit tidak sabar menghadapi pria ini. "kalau begitu apa bisa aku taruh kertasnya di lubang pos surat pada pintu? Kau bisa menstempelnya lewat sana", wanita itu melirik lubang pos pada pintu apartemennya, "baiklah" jawabnya singkat. Menunggu kertas tanda bukti pengiriman dari pria itu dirasa cukup lama, wanita itupun mengintip keluar dari lubang pos pintu. "Hah? Kemana orang itu? Kenapa tidak ada orang diluar?", pekik wanita itu, "gyaa menakutkan sekali untung saja aku tidak membukakan pintu, dan lagi apa itu manequin? Siapa juga yang memesan barang seperti itu?", tidak sadar, pria itu menyelinap masuk kedalam apartemen lewat lubang pos pintu. Meskipun pria itu bukan makhluk dunia ini, tetapi dia memiliki peraturannya sendiri, seperti tak akan masuk tanpa seijin pemilik rumah, dengan dibukanya lubang pos itu dapat diartikan juga wanita itu memberi ijin masuk kepada Pria aneh itu. Pria itu melihat wanita itu yang hanya memakai sebuah handuk, rupanya dia habis mandi, ia berasumsi bahwa alasan si wanita tak memberinya ijin masuk tadi karena dia hanya memakai handuk dan malu untuk bertemu pria lain.
Sepertinya dia menganggap apartemen itu seperti miliknya sendiri, dengan menyusuri tiap ruangan yang ada di apartemen itu, dia sedang mencari sebuah telepon. Melalui getaran tangannya yang menyentuh dinding, pria itu tau apa saja isi dari sebuah ruangan. Pria itu berjalan ke ruangan lain, dia dapat merasakan adanya seorang pria didalam ruangan, "tidak ada, tidak ada telepon diruangan ini, aku harus mencari ruangan yang lain", pria itu berjalan masuk lebih dalam ke apartemen dan menemukan sebuah telepon di ruangan keluarga. Pria itu menyambar gagang telepon dan memecet nomor telepon, sejenak sambil menunggu teleponnya dijawab, pria itu memikirkan tentang kehidupannya. Sebelum aku mati dan menjadi hanya roh seperti saat ini, 'nilai sentral' hanyalah sebuah angka, untuk mendapatkan jumlah uang yang lebih tinggi daripada yang lain, untuk memiliki jumlah yang lebih rendah daripada yang lain dalam daftar penilaian, menjadi satu menit lebih cepat melalui kereta peluru, menjadi satu tahun lebih muda, untuk memiliki satu rambut lagi, memiliki kurang dari 20% lemak tubuh, apa nilaiku sekarang, agar hati ini menemukan sebuah kedamaian? aku tak ingin naik kereta cepat dan aku tak perlu obat penumbuh rambut. Pria itu kemudian melihat buku yang tak populer di Toko Buku sebelumnya dan melihat-lihatnya, "heh, jadi ada seseorang yang bena-benar membeli buku ini? Jika wanita itu membaca buku ini pasti buku ini menarik, tapi bagaimana bisa 'seekor gajah yang memakan rumput atau mandi dibawah shower tanpa hidungnya", ucap pria itu membalikkan buku itu.
Sambil menunggu jawaban dari telepon, pria itu berkeliling ruangan itu, dia tengah berdiri didepan jendela dan melihat keluar. Setelah pekerjaan ini selesai, aku ingin mengunjungi suatu tempat seperti ini entah disuatu tempat, sebuah tempat dengan pemandangan indah, tempat dimana aku bisa melukis bunga-bunga atau sekedar membaca buku, tempat yang memiliki pengeras suara dan menikmati musik tanpa headphone, tempat dimana tidak akan ada orang yang bergosip 'hei, disana ada hantu' yang bahkan jaringan televisi tidak akan menggangguku, tempat yang hanya aku yang bisa memasukinya, tempat yang menjadi pembatasku, gumamnya dalam hati. Pria itu menengok keluar jendela, melihat sekumpulan hantu-hantu rendahan yang tengah bersembunyi dibalik bayang-bayang tiang telepon atau dahan-dahan pohon tengah melihat pria itu dengan wajah yang memelas sekaligus cukup berantakan. Pria itu berpaling merasa tak nyaman untuk dilihat seperti itu. Dia masih gigih dengan teleponnya, menunggu jawaban dari seseorang diseberang telepon. Dia mulai kesal karena teleponnya tidak ada yang menjawab. Aku ahirnya mendapatkan lokasi dan nomor telepon, aku hanya akan berbicara 'dengannya' dan pekerjaanku kali ini selesai, batas waktu untuk pekerjaan kali ini adalah malam ini, jika besok itu sudah terlambat, gumamnya pelan. Pria itu kemudian menutup telepon dengan kesal. "ah iya aku butuh pisau", ucap si pria tengah meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju arah dapur.
Sesampainya didapur, pria itu mulai mencari-cari pisau, terdapat banyak jenis pisau-pisau pada rak, tapi ia hanya mengambil pisau buah yang tidak begitu besar. Krauuk kraukk, pria itu mendengar suara aneh, terkejutlah pria itu dia mendapati seekor anjing tengah makan didalam dapur. Saat pria itu akan meninggalkan dapur, anjing itu mendengar dan melihatnya, menganggapnya sebagai orang asing dan ancaman, anjing itu langsung menyerang dan mengoyak lengan dan kaki si pria. Merasa ada ribut-ribut dari arah dapur, munculah wanita si pemilik anjing itu untuk menenangkan anjingnya, anjingnya terus menggonggong menyudutkan pria roh sampai badannya menabrak dan menembus wanita pemilik anjing. Wanita itu merasa ada yang aneh dengan anjingnya yang terus-terusan menggonggong, lalu ia tak sengaja menemukan pisau buah yang tergeletak di lantai, rupanya pisau itu terjatuh saat si pria roh diserang oleh anjingnya. Wanita itu curiga bahwa ada seseorang yang masuk kedalam apartemennya, ia lalu bertanya kepada suaminya apa ada orang lain yang bertamu mungkin saja suaminya sedang menerima tamu, suaminya berkata ia tidak menerima tamu. Pria roh masih terpojokkan oleh anjing itu, tidak kusangka ada anjing disini alasan aku memilih apartemen karena biasanya apartemen tidak memperbolehkan binatang peliharaan tidak seperti rumah biasa, gumamnya. Saat si pria roh ingin mengambil lengan dan kakinya yang terputus akibat koyakan anjing, anjing itu langsung menyerang si pria roh, untung saja dia dapat menembus dinding, menghindari serangan anjing gila itu. Segera si pria roh menyambung kembali lengan dan kakinya yang sempat putus, memutuskan untuk mencari pisau lain diluar.Disisi lain, terlihat seorang pria berambut gondrong dengan kumis dan jenggot yang berantakan mirip dengan ruangan yang ia tempati saat ini, seperti tidak terawat selama bertahun-tahun. Ruangan itu berantakan dan gelap, seluruh jendela ia tutup dengan gorden, pintu kamarnya ia kunci dan beberapa kayu menambal pintu itu menandakan ia tidak mau keluar dan tidak akan keluar dari kamarnya. Knock knock, terdengar suara ketukan dari arah jendela kamarnya. Pria gondrong itu membuka gorden dan mendapati beberapa burung merpati bertengger di pagar diseberang kamarnya. Hehe.. HAAAHAAAHAAHAAAAAA.... Pria itu tertawa lepas, tertawa seperti merasakan kelegaan yang luar biasa, tawa yang juga mengandung cukup misteri. "Hanya imajinasi, selalu imajinasi, kemarin juga imajinasi, hari ini juga imajinasi, aku selalu menang! Tidak seorangpun yang bisa menangkapku! Polisi atau bahkan burung merpatipun tidak akan bisa menemukanku, hehehe", diketahui pria itu adalah seorang buronan polisi, tersangka pembunuhan anak 15 tahun yang lalu, dia berhasil menghindari polisi dengan mengisolasi dirinya sendiri dikamarnya. Pria buronan yang masih memandang kearah jendela tiba-tiba dikejutkan oleh si pria roh, pria roh itu menampakkan dirinya dan masuk kedalam kamar melalui celah-celah jendela. Pria buronan yang terkejut tidak dapat menghindari hantaman si pria roh, pria buronan itu babak belur dibuatnya. "Waktumu telah habis, sebenarnya aku akan mengirimu pulang, pekerjaanku untuk membawamu disaat momen terindahmu, kukira kau bisa ada di surat kabar lagi, siapa yang mengirimku? Kau tak perlu tau itu", ucap si pria roh setelah menghajar pria buronan itu. Si pria roh memencet sebuah nomor telepon yang diketahui nomor istrinya dan meletakkannya disamping pria buronan, "kau harus meneleponnya" kata si pria roh sembari meninggalkannya yang berbicara saja sudah sangat sulit akibat luka yang diterimanya. Pria roh itu keluar dari kamar dan berjalan dilorong-lorong rumah, didapatinya seorang wanita tengah menelepon seseorang, rupanya wanita itu ialah istri buronan tadi, wanita itu mencoba berbicara degan suaminya tapi nampaknya tidak ada respon dari pria buronan itu. Namaku Kira Yoshikage, Aku tak dapat mengingat bagaimana aku mati, tapi satu hal yang bisa kukatakan, aku merasa perasaan tertentu, aku tak bisa menuju surga. Apa yang aku lakukan disini? Aku tak punya jawaban untuk itu, tetapi jika waktu terus bergulir, aku mungkin akan menemukan setitik kebahagiaan untuk membuat 'pekerjaanku' menjadi 'tujuanku' untuk hidup, gumam si pria roh.
Terlihat seorang pria tengah duduk disebuah kereta, rupanya ia sedang membaca surat kabar dengan berita utamanya "Kasus Pembunuhan Anak-Anak Bukit Pohon Eek Tengah Malam", kemudian pria itu membaca berita olahraga disampingnya, ia membaca surat kabar yang dibawa oleh mahasiswa yang duduk disampingnya. Ia membacanya disepanjang perjalanan melewati 5 stasiun. Pria itu layaknya seorang yang memiliki fashion sense tersendiri, disaat cuaca yang terik ini pria itu malah memakai jas lengkap dengan topi . Beberapa menit kemudian kereta sampai di Stasiun Nijigaoka, pria itu pun turun dari kereta tak lupa dia mencium wangi mawar yang menjadi sekedar hiasan di peron stasiun itu. Pria itu dengan santai keluar dari Stasiun menuju perkotaan, berjalan pelan berusaha menghindari orang-orang bahkan rela berjalan diantara sepeda yang terparkir hanya untuk menghindari orang. Pria itu kemudian memutuskan untuk menuju ke arah Toko Buku yang ada di Kota. Sesampainya di Toko Buku, pria itu nampaknya tertarik pada rak-rak buku yang nampaknya tidak terlalu populer, pria itu mengambil satu buku dan membaca judulnya "Kisah Gajah yang Kehilangan Belalainya", "apa ini?", pikirnya. Sejenak pria itu memikirkan isi cerita dari buku yang tak populer itu, mencoba menerka-nerka apa isinya tanpa membukanya. Dirasa cukup membuang waktu, pria itu kemudian beralih ke tumpukan majalah dan mengambilnya secara acak, pria itu mengamati gambar dari majalah itu, seorang pria yang memakai topi dan seragam yang nampaknya itu adalah sebuah iklan di majalah. Wajahnya lumayan juga, tangannya terpotong tapi itu tidak jadi masalah, gumamnya. Pria itu kemudian menyobek gambar yang ada dimajalah dan tanpa sepengatahuan penjaga toko, dia memasukkan sobekan majalah itu kedalam jasnya, seolah tak terjadi apa-apa pria itu berusaha tenang. Pria itu kemudian keluar dari Toko Buku dengan tenang dan santai. "Selanjutnya adalah telepon, ah tapi aku harus mencari apartemen dulu, apartemen akan lebih baik daripada rumah biasa, aku bisa meminjam telepon disana, dan juga sebuah pisau, ya aku butuh sebuah pisau," ucap pria itu pada dirinya sendiri. Alasan pria itu meminjam telepon ialah karena dia tidak memiliki telepon seluler bahkan uang 1¥ pun. Pria itu menyusuri jalanan di Prefektur Nijigaoka, mencari-cari apartemen terdekat.
Setelah dirasa cocok untuknya, dengan acak pria itu memecet tombol pada salah satu apartemen dan pria itu mengeluarkan gambar majalah yang ia sobek di toko buku tadi, menunjukkannya ke arah lubang intip apartemen, pria itu berpura-pura menjadi seorang kurir rupanya. "Siapa?" jawab seorang wanita dibalik pintu itu. Pria itu kemudian menjawab, "Saya dari Mitsumaru Departemen Store, ada kiriman paket untuk anda", wanita itu merasa aneh karena dia merasa tidak pernah memesan sesuatu dari Mitsumaru Department Store, "aku tak pernah memesan barang disana", jawabnya kemudian, pria itu berusaha meyakinkan wanita itu dengan berkata bahwa ia tak punya cukup waktu disini karena dia juga banyak pekerjaan yang harus dilakukan. "apa isi paketnya?" tanya wanita itu, "sebuah manequin", "hah? Manequin? Aku bahkan tidak pernah memesan manequin!", "mungkin itu suamimu yang memesan" jawab pria itu santai, terdengar samar-samar wanita itu bertanya pada suaminya apa benar dia memesan sebuah manequin yang tentu saja dijawab tidak oleh suami wanita itu. "suamiku tidak memesannya, bisakah kau kembalikan saja paket itu?" jawab wanita itu, "baiklah tapi aku butuh stempel darimu", "hah? Kenapa?", "ini adalah aturan di perusahaan tempat aku bekerja, tanpa stempel aku tidak dapat kembali", "aku tidak mau membukakan pintu untukmu", jawab wanita itu sedikit tidak sabar menghadapi pria ini. "kalau begitu apa bisa aku taruh kertasnya di lubang pos surat pada pintu? Kau bisa menstempelnya lewat sana", wanita itu melirik lubang pos pada pintu apartemennya, "baiklah" jawabnya singkat. Menunggu kertas tanda bukti pengiriman dari pria itu dirasa cukup lama, wanita itupun mengintip keluar dari lubang pos pintu. "Hah? Kemana orang itu? Kenapa tidak ada orang diluar?", pekik wanita itu, "gyaa menakutkan sekali untung saja aku tidak membukakan pintu, dan lagi apa itu manequin? Siapa juga yang memesan barang seperti itu?", tidak sadar, pria itu menyelinap masuk kedalam apartemen lewat lubang pos pintu. Meskipun pria itu bukan makhluk dunia ini, tetapi dia memiliki peraturannya sendiri, seperti tak akan masuk tanpa seijin pemilik rumah, dengan dibukanya lubang pos itu dapat diartikan juga wanita itu memberi ijin masuk kepada Pria aneh itu. Pria itu melihat wanita itu yang hanya memakai sebuah handuk, rupanya dia habis mandi, ia berasumsi bahwa alasan si wanita tak memberinya ijin masuk tadi karena dia hanya memakai handuk dan malu untuk bertemu pria lain.
Sepertinya dia menganggap apartemen itu seperti miliknya sendiri, dengan menyusuri tiap ruangan yang ada di apartemen itu, dia sedang mencari sebuah telepon. Melalui getaran tangannya yang menyentuh dinding, pria itu tau apa saja isi dari sebuah ruangan. Pria itu berjalan ke ruangan lain, dia dapat merasakan adanya seorang pria didalam ruangan, "tidak ada, tidak ada telepon diruangan ini, aku harus mencari ruangan yang lain", pria itu berjalan masuk lebih dalam ke apartemen dan menemukan sebuah telepon di ruangan keluarga. Pria itu menyambar gagang telepon dan memecet nomor telepon, sejenak sambil menunggu teleponnya dijawab, pria itu memikirkan tentang kehidupannya. Sebelum aku mati dan menjadi hanya roh seperti saat ini, 'nilai sentral' hanyalah sebuah angka, untuk mendapatkan jumlah uang yang lebih tinggi daripada yang lain, untuk memiliki jumlah yang lebih rendah daripada yang lain dalam daftar penilaian, menjadi satu menit lebih cepat melalui kereta peluru, menjadi satu tahun lebih muda, untuk memiliki satu rambut lagi, memiliki kurang dari 20% lemak tubuh, apa nilaiku sekarang, agar hati ini menemukan sebuah kedamaian? aku tak ingin naik kereta cepat dan aku tak perlu obat penumbuh rambut. Pria itu kemudian melihat buku yang tak populer di Toko Buku sebelumnya dan melihat-lihatnya, "heh, jadi ada seseorang yang bena-benar membeli buku ini? Jika wanita itu membaca buku ini pasti buku ini menarik, tapi bagaimana bisa 'seekor gajah yang memakan rumput atau mandi dibawah shower tanpa hidungnya", ucap pria itu membalikkan buku itu.
Sambil menunggu jawaban dari telepon, pria itu berkeliling ruangan itu, dia tengah berdiri didepan jendela dan melihat keluar. Setelah pekerjaan ini selesai, aku ingin mengunjungi suatu tempat seperti ini entah disuatu tempat, sebuah tempat dengan pemandangan indah, tempat dimana aku bisa melukis bunga-bunga atau sekedar membaca buku, tempat yang memiliki pengeras suara dan menikmati musik tanpa headphone, tempat dimana tidak akan ada orang yang bergosip 'hei, disana ada hantu' yang bahkan jaringan televisi tidak akan menggangguku, tempat yang hanya aku yang bisa memasukinya, tempat yang menjadi pembatasku, gumamnya dalam hati. Pria itu menengok keluar jendela, melihat sekumpulan hantu-hantu rendahan yang tengah bersembunyi dibalik bayang-bayang tiang telepon atau dahan-dahan pohon tengah melihat pria itu dengan wajah yang memelas sekaligus cukup berantakan. Pria itu berpaling merasa tak nyaman untuk dilihat seperti itu. Dia masih gigih dengan teleponnya, menunggu jawaban dari seseorang diseberang telepon. Dia mulai kesal karena teleponnya tidak ada yang menjawab. Aku ahirnya mendapatkan lokasi dan nomor telepon, aku hanya akan berbicara 'dengannya' dan pekerjaanku kali ini selesai, batas waktu untuk pekerjaan kali ini adalah malam ini, jika besok itu sudah terlambat, gumamnya pelan. Pria itu kemudian menutup telepon dengan kesal. "ah iya aku butuh pisau", ucap si pria tengah meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju arah dapur.
Sesampainya didapur, pria itu mulai mencari-cari pisau, terdapat banyak jenis pisau-pisau pada rak, tapi ia hanya mengambil pisau buah yang tidak begitu besar. Krauuk kraukk, pria itu mendengar suara aneh, terkejutlah pria itu dia mendapati seekor anjing tengah makan didalam dapur. Saat pria itu akan meninggalkan dapur, anjing itu mendengar dan melihatnya, menganggapnya sebagai orang asing dan ancaman, anjing itu langsung menyerang dan mengoyak lengan dan kaki si pria. Merasa ada ribut-ribut dari arah dapur, munculah wanita si pemilik anjing itu untuk menenangkan anjingnya, anjingnya terus menggonggong menyudutkan pria roh sampai badannya menabrak dan menembus wanita pemilik anjing. Wanita itu merasa ada yang aneh dengan anjingnya yang terus-terusan menggonggong, lalu ia tak sengaja menemukan pisau buah yang tergeletak di lantai, rupanya pisau itu terjatuh saat si pria roh diserang oleh anjingnya. Wanita itu curiga bahwa ada seseorang yang masuk kedalam apartemennya, ia lalu bertanya kepada suaminya apa ada orang lain yang bertamu mungkin saja suaminya sedang menerima tamu, suaminya berkata ia tidak menerima tamu. Pria roh masih terpojokkan oleh anjing itu, tidak kusangka ada anjing disini alasan aku memilih apartemen karena biasanya apartemen tidak memperbolehkan binatang peliharaan tidak seperti rumah biasa, gumamnya. Saat si pria roh ingin mengambil lengan dan kakinya yang terputus akibat koyakan anjing, anjing itu langsung menyerang si pria roh, untung saja dia dapat menembus dinding, menghindari serangan anjing gila itu. Segera si pria roh menyambung kembali lengan dan kakinya yang sempat putus, memutuskan untuk mencari pisau lain diluar.Disisi lain, terlihat seorang pria berambut gondrong dengan kumis dan jenggot yang berantakan mirip dengan ruangan yang ia tempati saat ini, seperti tidak terawat selama bertahun-tahun. Ruangan itu berantakan dan gelap, seluruh jendela ia tutup dengan gorden, pintu kamarnya ia kunci dan beberapa kayu menambal pintu itu menandakan ia tidak mau keluar dan tidak akan keluar dari kamarnya. Knock knock, terdengar suara ketukan dari arah jendela kamarnya. Pria gondrong itu membuka gorden dan mendapati beberapa burung merpati bertengger di pagar diseberang kamarnya. Hehe.. HAAAHAAAHAAHAAAAAA.... Pria itu tertawa lepas, tertawa seperti merasakan kelegaan yang luar biasa, tawa yang juga mengandung cukup misteri. "Hanya imajinasi, selalu imajinasi, kemarin juga imajinasi, hari ini juga imajinasi, aku selalu menang! Tidak seorangpun yang bisa menangkapku! Polisi atau bahkan burung merpatipun tidak akan bisa menemukanku, hehehe", diketahui pria itu adalah seorang buronan polisi, tersangka pembunuhan anak 15 tahun yang lalu, dia berhasil menghindari polisi dengan mengisolasi dirinya sendiri dikamarnya. Pria buronan yang masih memandang kearah jendela tiba-tiba dikejutkan oleh si pria roh, pria roh itu menampakkan dirinya dan masuk kedalam kamar melalui celah-celah jendela. Pria buronan yang terkejut tidak dapat menghindari hantaman si pria roh, pria buronan itu babak belur dibuatnya. "Waktumu telah habis, sebenarnya aku akan mengirimu pulang, pekerjaanku untuk membawamu disaat momen terindahmu, kukira kau bisa ada di surat kabar lagi, siapa yang mengirimku? Kau tak perlu tau itu", ucap si pria roh setelah menghajar pria buronan itu. Si pria roh memencet sebuah nomor telepon yang diketahui nomor istrinya dan meletakkannya disamping pria buronan, "kau harus meneleponnya" kata si pria roh sembari meninggalkannya yang berbicara saja sudah sangat sulit akibat luka yang diterimanya. Pria roh itu keluar dari kamar dan berjalan dilorong-lorong rumah, didapatinya seorang wanita tengah menelepon seseorang, rupanya wanita itu ialah istri buronan tadi, wanita itu mencoba berbicara degan suaminya tapi nampaknya tidak ada respon dari pria buronan itu. Namaku Kira Yoshikage, Aku tak dapat mengingat bagaimana aku mati, tapi satu hal yang bisa kukatakan, aku merasa perasaan tertentu, aku tak bisa menuju surga. Apa yang aku lakukan disini? Aku tak punya jawaban untuk itu, tetapi jika waktu terus bergulir, aku mungkin akan menemukan setitik kebahagiaan untuk membuat 'pekerjaanku' menjadi 'tujuanku' untuk hidup, gumam si pria roh.






shanmazundar dan 13 lainnya memberi reputasi
14
957
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan