Kaskus

Hobby

pionic24Avatar border
TS
pionic24
Pohon Bambu
selamat siang agan-agan sekalian kali ini pionic24 bakal berbagi sedikit cerita pengalaman temen pion nih gan, bwt para senior semua pion minta suport ya.. maklum kalo seandainya salah atau ceritanya kurang enak dibaca,, saya masih pemula jadi langsung aja..
Pohon Bambu


cerita ini terjadi sekitar 10th yang lalu di sebuah desa di selatan pulau bali, nama desanya disamarkan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. temen pion ini namanya Arix, dia lahir dan besar didesa tersebut, desa yang masih sangat asri dan jauh dari hiruk pikuk kota yang memuakkan, namanya desa kehidupan disana benar-benar masih sangat sederhana, kebanyakan warganya masih bertani dan berladang, hanya beberapa saja yang bekerja merantau keluar itupun kebanyakan merantau karena urusan pendidikan, maklum jarak SMP dan SMA cukup jauh.

Arik saat itu sudah menginjak SD kelas 6 dan sudah menyelesaikan UN nya, dia ingin melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu SMP, dan ahirnya dia bisa di terima di SMP yang dikehendakinya karena nilainnya cukup bagus (jaman itu belum ada zonasi). karena jarak sekolah dan rumah yang cukup jauh dan biaya yang pas-pasan membuat orang tua Arix tidak bisa menyewakan kos-kosan, jadi sehari2 Arix harus diantar pagi2  ke batas desa kemudian numpang angkot bersama pedagang2 ke terminal kemudian dari terminal meski jalan kaki sekitar 200m ke sekolahnya. begitu pula pulang sekolah dia harus bejalan ke terminal dulu kemudian naik ojek atau angkot kebatas desanya kemudian di jemput lagi oleh ortunya, atau kadang bapaknya menjemput langsung ke sekolahnya Arix, meski cukup melelahkan tapi Arix sangat menikmatinya.

singkat cerita beberapa bulan telah berlalu hari2 si Arix menjalani rutinitasnya sebagai siswa SMP, suatu ketika karena ada kegiatan ekskul Arix pulang agak malam, untungnya Arix sudah bilang ke ortunya sehingga ayahnya menjemput agak sore sekitar jam 6 Arix pulang dibonceng ayahnya, motor butut itu berjalan pelan menysuri jalan desa yang agak berlubang2 sambil sesekali canda tawa mewarnai perjalanan ayah dan anak itu, Ayahnya Arix bercerita bagaimana pengalaman mudanya dulu kala desa itu masih belum ada listrik gelap gulita dan cuma ada penernagan dari petromax belum lagi kondisi desa yang rimbun membuat kehidupan desa mencekam jaman dahulu. arix dengan semangat mendengar cerita ayahnya yang mulai membuat badannya meriding. sampai pada batas desa dengan gapura kecil yang ditumbuhi pohon bambu, terlihat tinggi dan agak merunduk membuat jalan nampak seperti gua yang lembab disertai terpaan lembut angin yang membuat daun bambu kering berguguran. ayahnya Arix berhenti bercerita dia diam hanya menatap lurus, Arix pun ikut terdiam, setelah lewat agak jauh dari rumpun bambu itu ayahnya kembali bercerita dengan lantang seolah tak terjadi apa2, Arix terheran dan menanyakan pada ayahnya kenapa tadi lewat batas desa terdiam mendadak, tapi ayahnya seolah2 tidak mendengar dan makin bersemangat bercerita. karena telalu asik mendengar cerita ayahnya Arik melupakan rasa penasarannya itu. singkat cerita mereka sampai dirumah dan melakukan hal seperti biasa.

hari itu hari sabtu Arix kembali pulang agak sore sayangnya tidak begitu sore sekitar jam 4, dia pikir ayahnya mungkin menjemput jam 6 seperti biasanya, karena malas menunggu dan uang bekal yang masih cukup, Arix memutuskan untung ngojek saja siapa tau nanti ketemu dijalan pikirnya Arix, singkat cerita Arix diantar ojek sampai perbatasan desa, disana ia turun tepat di gapura desa, jam tangannya masih menunjukan pukul 5 sore, "sekalian jalan saja mumpung dekat" gumam Arix, sambil bernyanyi2 sediri dia berjalan pulang sambil sesekali mengayunkan sabitnya ke tanaman sekitar jalan (hari sabtu bersih2 anak2 sekolah biasanya bawa alat masing2), sapai ahirnya di bawah pohon bambu yang rimbun yang mengatapi jalan itu, Arix tidak banyak berfikir dia masih santai bernyanyi tanpa ada rasa takut sedikit pun.

sepersekian detik ia menoleh ketepi kiri jalan matanya terfokus sosok putih yang bulat dipawah pohon bambu, yang ternyata adalah tanaman jamur bulan beitu orang desa menyebutnya, tanaman ini enak kalo dimasak sayur, bergegas Arix menyebrang iya berjongkok dibawah pohon bambu dan mencungkil tanaman itu dengan sabitnya kemudian memasukan jamur itu ke tas, "lumayan bisa suruh ibu masak jamur, biar tas kotor isi tanah dikit, toh esok libur", begitu menutup tas Arik yang berjongkok kemudian berdiri. keanehan pun terjadi entah kenapa saat berdiri kepalanya terasa agak pening dan sekitar terasa berputar seolah-olah Arik seperti berjongkok sudah begitu lama, dipandanginya sekeliling suasananya nampak sedikit berbeda, cahaya matahari yang remang2 menembus celah daun pohon bambu itu yang tadinya mkuning senja sekarang terlihat redup malah lebih mirib suasana subuh menjelang pagi, antara remang terang matahari dan bulan bercampur jadi satu. dipandangi sekeliling Arik bisa melihat beberapa rumah berjejer di tepi jalan diselah2 pohon bambu itu, pohon bambu yang tadinya rimbun tak terawat kini begitu rapi tumbuh di sela2 rumah-rumah itu bagaikan menjadi tanaman peneduh, tanah yang sebelumnya ditutup dedaunan kering kini terlihat tanah kering yang disapu rapi nampak guratan2 debu yang tersapu begitu asri. 

rumah2 itu ukurannya hampir serupa satu dengan yang lainnya, ada sekitar 7 rumah yang Arix lihat letaknya 3 berjejer menghadap jalan, dan 4 lainnya berjejer dibelakang 3 rumah sebelumnya, uniknya rumah itu hanya ada berupa satu bangunan saja, tidak seperti rumah umumnya yang ada banguanan lain (umumnya rumah orang bali itu terdiri dari beberapa banunan yang terpisah). rumah2 itu bercat putih, tapi temboknya tidak semulus tembok tembok batako malah lebih terlihat begelombang seperti terbuat dari batu, dan atapnya dari genteng, tapi gentennya dari tanah liat yang tidak di cat merah, malah terkesan agak kekuningan. melihat apa apa yang ada didepan matanya Arik beberapakali mengucek mata seolah tidak percaya apa yang terjadi tapi apa yang dilihatnnya begitu nyata dan bukan mimpi, kini rasa takut mulai membuat seluruh badannya merinding dan mengigil.

"pluk!!", sebuah tepukan mendarat dipundaknya Arix, ia terkejut bukan kepalang badanya terasa kaku keringat dingin membasahi dahinya, perlahan ia menoleh kepundaknya terlihat sebuat tangan, "syukur jarinya masih lima" gumam Arix mencoba menenangkan diri, hingga pelan2 arik melirik wajah daru si pemilik tangan itu "dug!!" jantung Arix terasa mau berhenti, ketika melihat wajah sosok itu. sosok perempuan berambut panjang terurai, bedaster putih, wajahnya nampak begitu cantik, mungkin umurnya sekitar 30an, terlihat memandang Arix namun kadang beberapa kali menoleh kanan-kiri dan mengedipkan mata beberapa kali. perempuan itu kemudian memegang bahu Arix dan mengajaknya berjalaan ke satu rumah didepannya, entah kenapa Arix nurut saja meski tidak keluar sepatah katapun dari mereka berdua.
 
sampai di teras rumah arik disambut beberapa orang, mereka nampak terheran menatap Arik, arik melihat orang2 itu penampilannya ada beberapa laki2 tidak jelas berapa yang pasti mereka semua bertelanjang dada, hanya memakai kain batik sebagai sarungnya, kulit mereka agak gelap dan rambutnya kriting panjang berwarna kemerahan, dan untuk wanitanya kebanyakan berdaster, puti tapi ada juga yang bertelanjang dada sehingga maaf payudaranya kelihatan, rambut mereka terurai semua, ada yang lurus ada yang kriting dan semua bersemu merah.

beberapa saat orang2 mulai keluar dari rumah2 itu, nampak laki permpuan tua muda anak2, semuannya keluar, mereka nampak bingung melihat Arix yang juga bingung melihat mereka, beberapa dari mereka bahkan mencoba menyentuh2 tangan dan badan Arix, nampak anak2 yang bertelnjang berlarian mencoba mencubit2 paha Arix, anehnya meski seramai itu tidak satu katapun yang terucap dari orang2 itu semua, dan entah bagaimana Arix juga merasa enggan untuk bicara.

sampai ahirnya para lelaki masuk kerumah dan para wanitannya sibuk mengeluarkan baskom dari rumah mereka berjalan menuju sebuah sumur di tengah2 kompleks rumah itu, air ditimba dan terlihat beberapa rempah dicuci oleh wanita2 itu, ada lengkuas, kunyit kencur, dan beberapa wanita mengupas bawang di teras rumah mereka, para lelaki sibuk merecah rempah tadi dengan pisau di talenan mereka, mendadak suasana penuh hirukpikuk seperti penampahan galungan (satu hari menjelang hari raya galungan, mirib hari kurban gitu mungkin), "wah sepertinya mereka mau ada upacara besar, atau mungkin mau mengajak makan" gumam Arix dalam hati, melihat semua sibuk arik menjadi tidak enak untu melihat saja, jadi ia ikut mengambil baskom dan berjalan mendekat ke sumur, "paling tidak ikut membantu" pikirnya, dilihatnya sekeliling tidak ada peliharaan apapun dirumah2 itu, jangankan sapi ataupun babi, anjing dan ayam seekorpun tidak ada. "apa pekerjaan warga sini ya kok tidak memelihara ternak, apa yang mau dimasak sehari2?" pikir Arix keheranan, sampai di bibir sumur  Arix pun menimba air, para warga malah keheranan menatap Arix, dia cuek saja dan tetap menimba sambil melihat kedalam sumur. alamgkah terkejutnya dia ketika melihat kedalam sumur, tulang belulang dan tengkorak manusia merserakan didasar sumur berair jernih itu, tubuhnya terasa lemas dan kesemutan ketika iya melihat pantulan bayangannya di air sumur itu, bukan wajahnya yang iya lihat tapi seekor babi memegang ember. 

Arix berusaha menjerit tapi suaranya seolah habis dan serak di tenggorokan, iya melempar ember itu dan berlari tapi entah kenapa larinya seolah begitu lemas dan lambat, beberapa laki2 yang sibuk memasak mengengjar sambil mnenteng pisau yang mengkilat berkilauan, Arix berlari sejadinya ketika laki2 itu semakin mengejar mendekat, hingga "bruugggkk!" arik menabrak wanita berdaster yang pertama iya temui tadi wanita itu membelakangi Arik, dan kemudian membelai rambut panjangnya kesampng depan, alangkah terkejutnya arik ketika melihat lubang besar yang menganga di pungggung wanita itu, nampak belatung berkeliaran menggeliat dan darah nanah membusuk menetesi gaun putih wanita itu, nampak pula tulang belakang, rusuk dan paru2 nya terpampang begitu jelas. Arix terperajat langsung mental kebelakang, belum sempat iya mengambil nafas 2 laki2 sudah memegang lengannya, dan satu lagi langsung menindih bannnya, sisanya memengangi kaki Arix, Arix dipegangi layaknya sapi yang mau disembelih, seorang wanita membawakan baskom dan meletakannya didekat leher Arix, sementara seorang laki2 bersimpuh dan mendekatkan pisau ke leher Arix.

Arix sesengukan menangis, meski suara tangisnya mentok dileher. dipejamkan matanya dan seketika teringat dia akan kedua orangtuanya yang begitu disayanginya, Arix sudah begitu pasrah hidupnya mungkin akan berahir sekarang, iyapun berdoa dalam hati, lama2 doa itu semakin bergumam, dan semakin jelas, hinnga di ahir doa itu sebuah kata terucap begitu keras "TIANG DAMUH IDA RATU !!" (terjemahannya kurang lebih : "saya adalah hamba dari Ida Ratu ").. Arix seketika membuka mata ternyata suaranya kembali, orang-orang itu melepasnya dan mundur beberapa langkah dan menatapnya, Arik langsung berjongkok dan menangis, terdengar sayup, suara gambelan ditelingannya, gambelan yang biasa Arix dengar kala ada upacara agama dan ketika perhujudan dari Ida Ratu keliling desa dan "BURRR!!", Arix menjerit sekeras kerasnya ketika suara gong berdengung tepat dikupingnya, iya berdiri dan membuka mata ketika melihat hari sudah kembali menampakan sejanya iya terkejut bukan kepalang ketika para warga desanya memukuli peralatan masak, panci pengorengan sampai penyok dipukuli warga, warga justru gembira sekali mereka bersorak seraya menggendong Arix dari rerimbunan bambu, hilang sudah rumah dan orang2 misterius itu yang ada hanyalah rumpun bambu, ibu dan bapak sai Arik begitu gembira melihat anaknya yang lama telah hilang dicari2 baru ketemu, Arix begitu terharu melihat keluarganya, arikpun berkata sambil melihat jam tangannya yang kotor belepotan lumpur "walaupun cuma 1jam tapi itu bukan mimpi". warga malah semakin terheran, ayahnya Arik langsung menjawab kesal "1 jam apanya?.. kamu ilang 5 hari, bapak cari di sekolah katanya sudah pulang, cari diterminal katanya sudah dia antar ojek, bapak cari2 kerumah temen tidak ada, ahirnya bapak sepakat cari ornag pitar katanya kamudisembunyiin di sekitar sini, 5hari mencari bahkan sampai datengin polisi kamu ahirnya ketemu", mendengar hal itu Arik pun menceritakan apa yang dialaminya.

ternyata Arik tanpa sengaja masuk ke alam lain. saat iya menemukan jamur itu, merupakan tapal batas alam kita dan mereka, bukannya di jauhi, tapal batas wilayah mereka malah dibongkar, sama saja seperti kita membongkar tapal batas desa tetangga dengan godam, pasti dah pala kita bakal digodam juga sama warga besyukur ternyata gong yang dipinjam dari pura desa bisa membuat kembali kesadaran kealam nyata. bersyukur juga Beliau Tuhan Yang Maha Esa dalam berhujudannya bernama "Ida Ratu" yang dipuja warga desa menyelamatkan dari mahluk2 menyeramkan itu.

"men trus ahirnya jamur itu kamu masak ya?", tanyaku sama si Arix
"enggak!!, ketika tasku ditemukan trus dibuka warga ternyata isinya bangkai kucing putih yang udah membusuk gitu", jawab Arix sambil mematikan rokoknya, kemudian diambilnya sebatang rokok lagi dari kotaknya dan disulut kembali.
"sejak saat itu aku dititpin dirumah pamanku dan dipindahin sekolah, ahirnya aku sadar bahwa kita harus selalu berdoa dan sembahyang yang rajin sama Sesuhunan di Pura (perhujudan Tuhan yang di puja di Pura, maaf kalau salah, susah sekali membahasa Indonesia-kannya). terus ya gitu deh ceritanaya" jawab Arix menutup ceritanya.
"makasi ceritanaya Rix, btw rokok aku dari tadi kamu sedot berapa Kleng!!"
"sorry Pon, kadung enak hehe"

oke.. gimana ceritanya, panjang dan membosankan, terimakasi sekali buat para agan2 yang udah dengan santai membaca dan menyimak, mohon maaf kalo banyak typo.. ini ibu saya manggil2 dari tadi minta naikin jemuran dah mendung katanya... sekali lagi cerita diatas tidak bermaksud mengungkit apapun kalo ada yang kebetulan ngalamin.. ya namanya kebetulan.. di ahir kata saya pamit wasalamemoticon-Hai
binyominAvatar border
binyomin memberi reputasi
1
860
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan