Kaskus

Entertainment

rykenpbAvatar border
TS
rykenpb
Aku Merindukan Pengganti Kepala
Aku Merindukan Pengganti Kepala





Lolongan anjing saling bersahutan terdengar pilu menebarkan aroma mencekam bagi yang mendengar. Desir semilir saling menyapa dengan dinginnya malam.

Pukul 24.00 menjelang dini hari. Saat suara-suara dengkuran terdengar. Kampung begitu sunyi, sesekali sayup-sayup terdengar tangisan bocah dan suara perempuan meninabobokan. Mungkin bayi tersebut merasakan keanehan.

"Bagaimana? Apa sudah ketemu?"

Yan bertanya tanpa menoleh saat ia merasakan hawa dingin. Kehadiran semilir itu tak buatnya terusik.

Tatapannya fokus pada benda pipih berkilau di tangannya, membolak balik dan menyentuh perlahan tepinya dengan jari jempol. Lalu bergumam, "Sepertinya sudah mantap. Menurutmu gimana?"

Tak ada balasan. Sosok di sampingnya hanya sempat menoleh sesaat.

"Bagaimana? Apa sudah ketemu?" Yan mengulang pertanyaannya saat ia melihat Rio murung.

"Belum," sahutan yang sedingin malam itu.

"Terus?"

"Aku haus."

Yan memahami ucapan yang dilontarkan Rio yang berarti lelaki tersebut membutuhkan darah dan kepala.

Rio beranjak dengan menenteng benda berbulu yang meneteskan cairan merah juga sebuah golok.

Sepasang mata yang tergeletak melepas kepergiannya.

Lalu kembali mengamati baja tipis nya. Tatapan itu bukan lagi dari kondisi tergeletak melainkan melayang.

Sepertinya ia begitu puas setelah mendapatkan dagingnya terbelah sedikit tanpa lelehan merah.

Terbayang di benak, bayinya yang belum lahir dengan kepala melesak keluar bersama umbaian usus yang menangis darah dari perut wanita pujaannya sebelum kepala Yumi tergeletak.

"Keparat itu!!" teriaknya mengusik kesunyian sepanjang tanah coklat bergunduk-gunduk. Aroma bunga menguar pada salah satu hamparan tanah dingin yang mencuat sebagai pertanda penghuni baru.

Namun, seketika ia tersenyum saat ia mengingat kepala lelaki itu terlempar jauh ke dinding dengan sekali tebasan baja pipih di suatu rumah lapuk berdebu dipenuhi perkakas rusak.

Sebelum ia merasakan satu pukulan di batok kepala dari seseorang yang tiba-tiba muncul, hingga wajahnya penuh rembesan darah, membuatnya linglung dan tak mengingat apa-apa lagi.


***

Suara tangisan itu terdengar lagi dan lagi kian mengusik telinga Rio saat ia menyusuri lorong kecil. Pilu, tersenyum saling bergantian ada padanya.

Udara malam semakin dingin menyeruak di sela-sela lubang anyaman dinding bambu, dirasakan satu keluarga kecil dari sebuah desa bernama Amonggedu.

Seorang lelaki berambut ikal sebaya Rio semakin merapatkan selimutnya. Di sebelahnya sesosok anak lelaki berusia 4 tahun sedang tertidur.

Tatapan tajam mengamati perempuan cantik berumur 25 tahun sedang menepuk bayi. Sesekali perempuan muda itu menengok ke jendela kecil.

Tangisan bayinya semakin keras. Perempuan bernama Uma merasakan desiran kencang di jantung. Rasa takut menyeruak di dadanya.

"Astaghfirullah. Ombu. Ohawo to inggiro?" (1)

Sepasang mata merah tertangkap Uma di lubang agak besar di dinding.

"Oh Ombu. Onitu mate to deela." (2)

Uma bergidik kemudian,  memalingkan pandangannya ke Yuyu, bocah kecilnya yang tak berhenti menangis.

"Sssss ... bobo ya, Nak!" Suara nyanyian sedikit membuat sosok mengerikan itu terenyuh "Owulele sanggula ... sanggula anawai ...." (3)

Nyanyian yang di selingi lantunan dzikir itu menjadikan Rio yang terenyuh berubah menatap tajam dengan mata garang merahnya. 

Ia semakin menjauh. Suara tangisan pun mulai semakin lirih terdengar di kesunyian malam.

Suasana tak lagi mencekam. Angin yang sebelumnya sedikit berontak bersahutan gesekan pohon bambu tersisa kesunyian. Kampung berpenghuni beberapa kepala serta rumah yang tak seberapa jumlahnya itu hanya terdengar lolongan sesekali satu dua ekor anjing.

Seekor anjing tetangga Uma pun bungkam hanya menirukan suara lenguhan. Berbaring dengan salah satu kaki depan sebagai alas kepala. Sepasang mata dengan sudut menyimpan sebulir kecil masih mengamati sekeliling. Perlahan mengatup.

Beberapa saat kemudian. Suara kokok ayam seakan berseru pada bumi "harimu berganti lagi". Anjing tersebut hanya menggeliat.

***

Sore menjelang magrib. Suara sekelompok anak kecil terdengar riuh sedang bermain di halaman rumah Uma.

Terdengar satu teriakan dari rumah Uma.

"O Wawan, masukmi itu di rumah. Sudah malammi ini hae!" (4)

"Sebentar lagi, Ina," (5) sahut Wawan masih berlarian kejar-kejaran bersama Undi, salah satu sahabat Wawan.

Aku Merindukan Pengganti Kepala



"Wan, ohawo inggiro?" (6)

Satu sosok tanpa kepala memegang golok juga menenteng satu kepala, berdiri di bawah pohon pisang tak jauh dari tempat mereka bermain.

Teman-teman Wawan bergidik ketakutan lalu berlarian masuk ke rumah Uma hingga mengagetkan perempuan tersebut.

"Mana Wawan?" Uma bertanya ke Undi sebab tak melihat anaknya bersama mereka.

"Pegere-gere." (7)

Uma tak mendapat jawaban yang diinginkannya. Tetapi, jawaban Undi membuatnya berfirasat lain. Sontak ia bergegas keluar rumah.

Sedangkan di halaman depan, berbeda dengan reaksi temannya. Wawan hanya terdiam memandangi sosok menakutkan hanya beberapa meter darinya. Rasa takut membuat kakinya terpaku dalam. Sedangkan sosok Rio kian dekat kepadanya.

"Ananggu." (8)

Hanya kata itu yang terucap berulang dari bibir bersudut tetesan darah yang menyeringai itu. Sepasang bola matanya hampir mencuat keluar, menatap Wawan sangat tajam. Darah menetes dari bekas penggalan kepalanya. Rupanya tak utuh lagi.

"Astaghfirullah. Allahu akbar. Onitu mate." (9) Beruntun kata-kata keluar dari bibir Uma.

Seluruh sendinya seakan kaku dan tubuhnya seakan hendak rubuh. Tubuhnya hampir lunglai namun ia tersadar saat melihat sosok mengerikan berada semakin dekat dengan anaknya.

"Wan, pewisooo merare!!" (10) Nada suara Uma yang gemetar masih terdengar di antara jeritannya yang tinggi.








Foot note :

🙎 : (1) "Astaghfirullah. Ombu. Ohawo to iggiro?" ~ "Astaghfirullah. Oh Tuhan. Apa itu?"

🙎 : (2) "Oh Ombu. Onitu mate to deela." ~ "Oh Tuhan. Apakah itu setan?"

🎶 : (3) "Owulele sanggula ... sanggula anawai ...." ~ (Sebuah lagu daerah Sulawesi Tenggara)

🙎: (4) "O Wawan, masukmi itu di rumah. Sudah malammi ini hae!" ~ Wawan, masuklah di rumah. Sekarang sudah malam!"

👦: (5) "Sebentar lagi, Ina," ~ "Sebentar, Ibu,"

👨: (6) "Wan, ohawo inggiro?"  ~ "Wan, apa itu?"

👨: (7) "Pegere-gere." ~ "Pemotong kepala) - Merupakan salah satu jenis setan atau makhluk halus di Sulawesi Tenggara.

👻💀: (8) "Ananggu." ~ "Anakku."

🙎: (9) "Astaghfirullah. Allahu akbar. Onitu mate." ~ "Astaghfirullah. Allahu akbar. Setan."

🙎: (10) "Wan, pewisooo merare!!" ~ :
"Wan, masuk cepat!!"



Quote:
Diubah oleh rykenpb 27-03-2020 16:03
swiitdebbyAvatar border
kumaniaksAvatar border
dieq41Avatar border
dieq41 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.3K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan