- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kumpulan Cerpen Menarik


TS
nurulnadlifa
Kumpulan Cerpen Menarik
ELLENA



Quote:
Gadis kecil dengan rambut ekor kuda, berlari keluar rumah menuju rumah neneknya, yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal orangtuanya.
"Lala" panggilnya
Ia pun masuk kedalam rumah yang kebetulan pintunya terbuka. Sambil memanggil saudara sepupunya.
"Lala" Tidak ada sahutan, Ia pun kedepan. Kebetulan tadi lewat pintu belakang.
"Asalamualaikum, Nenek, Kakek! Lala mana? " berondongnya.
" Waalaikumsalam, sini! Lala ada di kamar sedang maen sama Mas Helmi" jawab nenek.
Dengan langkah kecil sambil melihat kesemua kamar mencari keberadaan Lala, kudengar suara Lala dan Mas Helmi. mendekati asal suara itu, kusibakkan sedikit horden yang menutup pintu kamar.
"Sakit Mas," ujar Lala
"Kan disuntik, jadi sakit" jelas Mas Helmi.
Mas Helmi itu saudara sepupu kami juga dia rumahnya menyebrangi jalanan gede, tapi setiap sore dia pasti maen dengan Lala, kadang aku iri melihat mereka bisa bermaen bersama, mereka tidak pernah mengijinkan aku ikut bermain. Seperti sekarang mereka asyik maen dokter, Lala sebagai pasien Mas Helmi sebagai dokter.
Kulihat, Lala terbaring di kasur dan roknya dibuka, lalu Mas Helmi akan menindihnya, entahlah aku gadis kecil lima tahun, seperti halnya Lala. Dia pasti akan kesakitan jika sudah maen dengan Mas Helmi yang lebih dewasa.
Aku segera berlari pulang karena Mas Helmi melihat kearahku dan matanya melotot sambil mengacungkan tangan.
Sampai di rumah aku segera mengambil gelas di dapur dan meminum air yang dari kendi rasanya segar.
Aku sangat bosan, lalu aku memutuskan maen kerumah Mbak Ati yang terletak di depan rumahku. Usianya dua tahun di atasku, ia sudah bersekolah kelas satu SD.
"Mbak Ati ... " panggilku.
"Masuk Len," jawabnya.
"Mbak, kita dengerin sandiwara radio yuk! " ajakku.
"Nanti Len, jam 4 habis ashar, kamu mandi terus salat ashar dulu gih, nanti kalau sudah mulai sandiwaranya aku panggil"
Tanpa menjawab aku pulang dan segera mandi, Suara adzan terdengar dari mushola dekat rumah kakek, aku segera menyambar mukena dan berlari menuju mushola.
Selesai salat kulihat Lala duduk bersila dengan wajah pucat.
Mendekati sambil bertanya, "Kenapa kamu La?"
Lala menggeleng sambil matanya melihat sekitar.
"Kamu sakit? "
Wajahnya yang pucat, sambil meringis seperti menahan sakit.
*******
Sepulang dari mushola aku langsung menuju rumah mbak Ati dan kamipun terlena dengan sandiwara radio yang menceritakan anak kecil yag di siksa oleh ibu tiri, bahkan kami ikut menangis sedih.
Permainan Lala dan Mas Helmi masih sering dilakukan, entahlah aku sudah ngga peduli, Aku dan Lala mulai sekolah, tapi Lala sangat cengeng di sekolah jika pingin pipis maka dia menangis dan minta pulang, aku kadang gemes sama Lala ingin sekali ngga peduli tapi Ibu selalu berpesan sama saudara harus rukun.
Aku sudah kelas 6 Sekolah Dasar, Lala dan aku di perintah oleh Bu Guru agar latihan menari di Balai Desa, dan akupun berlatih dengan guru mensri yang didatangkan dari Kabupaten,
Ketika selesai latihan kulihat banyak ibu-ibu yang sedang penyuluhan, Aku dan Lala ikut mendengarkan, alangkah kagetnya kami ketika mereka bicara masalah pelecehan.
Aku memandangnya, Lala menunduk dan menangis.
"La, mending kita laporin saja ke kakek atau bapak kamu? "
" Tapi, Lala takut Len, gimana kalau Mas Helmi marah? "
" Apa kamu sama Mas Helmi masih sering maen dokter-dokteran? "
" Sudah lama ngga, waktu aku ngomong mau laporin ke kakek"
"Ya sudah kita rahasiakan aja takut Mas Helmi marah"
*******
"Elena ... Hai, kamu lagi apa? "
"Eh, Mas Helmi, lagi belajar mas"
"Bapak sama Ibu kamu mana? "
"Mereka pergi kekota Mas, lagi jenguk temen bapak yang sakit"
Tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawanya ketempat tidur, aku berusaha meronta, tapi cekalannya lebih kuat dari tenagaku.
Aku tahu ini yang namanya pelecehan, dan berusaha melawan. Ku meraih apapun yang ada di dekatku, oh ini sepertinya pisau lipat kecil yang tadi bekas meraut pensil, mungkin dengan ini aku bisa melukainya.
Dia berusaha menarik rok yang aku kenakan, berusaha kuhentak-hentakkan kaki ini, dan sreett.... Darah mengucur dari tangannya, ia lari pergi sambil memegang tangan yang terluka.
Aku bersyukur bisa melawan Mas Helmi yang berusaha melecehkanku.
Akhirnya dengan kejadian tersebut, Kakek mengusir keluarga Mas Helmi kekota lain.
"Lala" panggilnya
Ia pun masuk kedalam rumah yang kebetulan pintunya terbuka. Sambil memanggil saudara sepupunya.
"Lala" Tidak ada sahutan, Ia pun kedepan. Kebetulan tadi lewat pintu belakang.
"Asalamualaikum, Nenek, Kakek! Lala mana? " berondongnya.
" Waalaikumsalam, sini! Lala ada di kamar sedang maen sama Mas Helmi" jawab nenek.
Dengan langkah kecil sambil melihat kesemua kamar mencari keberadaan Lala, kudengar suara Lala dan Mas Helmi. mendekati asal suara itu, kusibakkan sedikit horden yang menutup pintu kamar.
"Sakit Mas," ujar Lala
"Kan disuntik, jadi sakit" jelas Mas Helmi.
Mas Helmi itu saudara sepupu kami juga dia rumahnya menyebrangi jalanan gede, tapi setiap sore dia pasti maen dengan Lala, kadang aku iri melihat mereka bisa bermaen bersama, mereka tidak pernah mengijinkan aku ikut bermain. Seperti sekarang mereka asyik maen dokter, Lala sebagai pasien Mas Helmi sebagai dokter.
Kulihat, Lala terbaring di kasur dan roknya dibuka, lalu Mas Helmi akan menindihnya, entahlah aku gadis kecil lima tahun, seperti halnya Lala. Dia pasti akan kesakitan jika sudah maen dengan Mas Helmi yang lebih dewasa.
Aku segera berlari pulang karena Mas Helmi melihat kearahku dan matanya melotot sambil mengacungkan tangan.
Sampai di rumah aku segera mengambil gelas di dapur dan meminum air yang dari kendi rasanya segar.
Aku sangat bosan, lalu aku memutuskan maen kerumah Mbak Ati yang terletak di depan rumahku. Usianya dua tahun di atasku, ia sudah bersekolah kelas satu SD.
"Mbak Ati ... " panggilku.
"Masuk Len," jawabnya.
"Mbak, kita dengerin sandiwara radio yuk! " ajakku.
"Nanti Len, jam 4 habis ashar, kamu mandi terus salat ashar dulu gih, nanti kalau sudah mulai sandiwaranya aku panggil"
Tanpa menjawab aku pulang dan segera mandi, Suara adzan terdengar dari mushola dekat rumah kakek, aku segera menyambar mukena dan berlari menuju mushola.
Selesai salat kulihat Lala duduk bersila dengan wajah pucat.
Mendekati sambil bertanya, "Kenapa kamu La?"
Lala menggeleng sambil matanya melihat sekitar.
"Kamu sakit? "
Wajahnya yang pucat, sambil meringis seperti menahan sakit.
*******
Sepulang dari mushola aku langsung menuju rumah mbak Ati dan kamipun terlena dengan sandiwara radio yang menceritakan anak kecil yag di siksa oleh ibu tiri, bahkan kami ikut menangis sedih.
Permainan Lala dan Mas Helmi masih sering dilakukan, entahlah aku sudah ngga peduli, Aku dan Lala mulai sekolah, tapi Lala sangat cengeng di sekolah jika pingin pipis maka dia menangis dan minta pulang, aku kadang gemes sama Lala ingin sekali ngga peduli tapi Ibu selalu berpesan sama saudara harus rukun.
Aku sudah kelas 6 Sekolah Dasar, Lala dan aku di perintah oleh Bu Guru agar latihan menari di Balai Desa, dan akupun berlatih dengan guru mensri yang didatangkan dari Kabupaten,
Ketika selesai latihan kulihat banyak ibu-ibu yang sedang penyuluhan, Aku dan Lala ikut mendengarkan, alangkah kagetnya kami ketika mereka bicara masalah pelecehan.
Aku memandangnya, Lala menunduk dan menangis.
"La, mending kita laporin saja ke kakek atau bapak kamu? "
" Tapi, Lala takut Len, gimana kalau Mas Helmi marah? "
" Apa kamu sama Mas Helmi masih sering maen dokter-dokteran? "
" Sudah lama ngga, waktu aku ngomong mau laporin ke kakek"
"Ya sudah kita rahasiakan aja takut Mas Helmi marah"
*******
"Elena ... Hai, kamu lagi apa? "
"Eh, Mas Helmi, lagi belajar mas"
"Bapak sama Ibu kamu mana? "
"Mereka pergi kekota Mas, lagi jenguk temen bapak yang sakit"
Tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawanya ketempat tidur, aku berusaha meronta, tapi cekalannya lebih kuat dari tenagaku.
Aku tahu ini yang namanya pelecehan, dan berusaha melawan. Ku meraih apapun yang ada di dekatku, oh ini sepertinya pisau lipat kecil yang tadi bekas meraut pensil, mungkin dengan ini aku bisa melukainya.
Dia berusaha menarik rok yang aku kenakan, berusaha kuhentak-hentakkan kaki ini, dan sreett.... Darah mengucur dari tangannya, ia lari pergi sambil memegang tangan yang terluka.
Aku bersyukur bisa melawan Mas Helmi yang berusaha melecehkanku.
Akhirnya dengan kejadian tersebut, Kakek mengusir keluarga Mas Helmi kekota lain.

Diubah oleh nurulnadlifa 07-04-2020 16:28






nona212 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
4.7K
Kutip
103
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan