radithyam.aAvatar border
TS
radithyam.a
NARKOBA MERUGIKAN SEMUA PIHAK
Namaku Fandi, aku bekerja di salah satu pabrik besar di Bandung. Aku adalah seorang single parent. Istriku yang bernama Fina meninggal dua bulan lalu akibat penyakit yang diidapnya. Aku memiliki anak semata wayang bernama Farel, dia sekolah di SMA PELITA HARAPAN 1 Bandung. Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuknya. Namun, aku terlalu sibuk bekerja untuk membiayai kehidupan kami. Semenjak istriku meninggal, semuanya terasa lebih berat bagiku. Pekerjaanku di pabrik tidak pernah sesuai dengan apa yang diinginkan atasanku. Hampir setiap hari atasanku memanggilku ke ruangannya. Tentunya bukan untuk memujiku, namun untuk memarahiku. Untungnya, aku tidak pernah diperintahkan untuk bekerja lembur sehingga aku dapat mengurus pekerjaan dan anakku dirumah. Tepat pukul 5 sore, aku pulang dari pabrik.
...
Perkenalkan namaku Farel. Aku seorang remaja tujuh belas tahun yang masih terombang-ambing. Aku bersekolah di SMA PELITA HARAPAN 1 Bandung. Kehidupanku sama dengan orang-orang diluar yang seumuran denganku. Sekolah, bermain dengan teman-teman, dan sebagainya. Ayahku bekerja di pabrik yang cukup besar di kota. Aku hanya hidup bersama ayahku. Ibuku baru saja meninggal dua bulan lalu akibat penyakit yang diidapnya. Setiap hari ayahku sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami hingga aku sangat jarang berkumpul dan berkomunikasi dengannya. Seperti biasa saat pagi aku pergi ke sekolah seperti layaknya anak seumuranku, mengikuti pelajaran seperti biasa tanpa perkembangan.

Namaku Vio, usiaku tujuh belas tahun. Aku bersekolah di SMA PELITA HARAPAN 1 Bandung, sekolah yang dibilang cukup elit dan sebenarnya tidak cocok dengan latar belakang keluargaku. Aku sendiri beruntung bisa sekolah di tempat itu karena majikan ibuku. Ibuku hanya bekerja sebagai pembantu. Akhir-akhir ini kebutuhan ekonomi kami cukup sulit. Ayahku sakit keras, sehingga uang yang harusnya untuk pembayaran SPP sekolahku digunakan untuk membayar pengobatan ayahku. Terkadang, aku iri dengan teman-teman yang bisa nongkrong di kafe-kafe dan mall.

Pada saat istirahat di SMA PELITA HARAPAN 1, teman-teman Farel tiba-tiba datang menghampirinya. “Rel ikut aku yuk! Lomba essay sama karya ilmiah, kelompokku kurang 1 nih” Ucap temannya. “Tapi aku nggak ahli di bidang itu. Ngapain kamu ngajak aku? Malah memperburuk ntar..” Balas Farel dengan tegas. “Sudahlah ikut saja” Ucap temannya yang lain dengan nada memaksa. Akhirnya Farel memutuskan ikut ke tim mereka. “Nanti jangan lupa kita kerja kelompok jam 7 ya”. Akhirnya pada saat pengumpulan karya ilmiah dan essay, kelompok Farel mendapat e-mail dari penyelenggara bahwa kelompoknya mendapatkan juara 1. Mereka sangat senang sekali dan Farel berencana untuk menunjukkan e-mail tersebut ke ayahnya ketika di rumah nanti.

Hari ini hari yang sangat cerah di Bandung. Udara yang sejuk membuat semua orang merasa tenang. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Pak Fandi. Hari ini dia dipanggil ke ruangan atasannya lagi. Untuk kesekian kalinya.
Brak!
"Mengerjakan hal sepele seperti ini aja kau tidak bisa Fan! Bagaimana kau bisa menafkahi anakmu kalau begini?!", teriak atasannya sambil melempar pekerjaannya ke lantai. "Maaf pak, saya akan perbaiki lagi.", ucap Pak Fandi dengan rasa bersalah.
Hari ini juga tidak berjalan baik untuk Pak Fandi. Seperti biasa, tepat pukul 5 sore Pak Fandi pulang ke rumah.
Kriet..
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, Ayah! lihat nih aku punya apa…” Jawab Farel penuh semangat.
“Maaf ya nak, nanti saja, ayah masih capek"
"Tapi yah.. lihat ini, aku dapat juara di perlom-" Ucap Farel sambil menyodorkan smartphone ke arah Pak Fandi.
“Apaan sih kamu! Ayah bilang nanti ya nanti!Ayah masih capek! Pergi belajar sana nilaimu masih banyak yang kurang, bukan malah mainan HP!” jawab Pak Fandi dengan nada marah.
Pak Fandi tidak menghiraukan Farel dan langsung masuk kamar. Farel merasa sangat kecewa dan juga masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar mereka sama-sama memegangi foto Bu Fina, orang yang sangat mereka cintai yang baru saja pergi dari kehidupan mereka dua bulan lalu.
“Sayang aku rindu kamu..” Ucap Pak Fandi.
“Ibu.. Aku rindu ibu..” Ucap Farel.
Derai air mata jatuh di kedua pipi mereka. Mereka pun terlelap sambil mendekap foto Bu Fina dengan erat.

Jam menunnjukkan pukul sepuluh malam, namun ibu Vio belum juga pulang dari rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Hari ini Vio dipanggil oleh kepala sekolah, ia ditagih uang SPP yang sudah menunggak empat bulan. Vio merasa kebingungan, ia tidak tega memberitahukan hal ini kepada ibunya. Vio tahu bahwa ibunya sudah bekerja keras untuk menggantikan ayahnya yang sedang sakit. Vio duduk termenung di depan rumah sambil menunggu ibunya datang. Tak lama kemudian, ibu Vio akhirnya pulang.
“Kok belum tidur nak.” Ucap ibu Vio sambil mengelus kepala anaknya.
“Belum bisa tidur bu.”
“Ayo masuk, nanti masuk angin. Jangan lupa tutup pintunya ya..”
“Iya bu..” Jawabnya sambil beranjak dari tempat duduknya dan menutup pintu.
Melihat wajah ibunya sehabis pulang dari bekerja dan rumah sakit membuat Vio semakin tidak tega untuk mengatakan apa yang terjadi di sekolahnya tadi. Di kamar ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada tetangganya melalui telepon.
“Halo bang, gua mau minta bantuannya. Gimana ya biar dapet uang banyak dan cepet?”
“Gampang mah itu. Kalau lu mau gua ada bisnis nih.”
“Bisnis apa bang?” kata Vio penasaran.
“Jualan obat teler.”
Dengan kaget Vio menjawab, “Hah! Tapi kan itu gak boleh bang, ntar kalau ketangkep gimana?”
“Aman kalau sama gue. Kalau lu mau besok gua kasih barangnya.”
Lingkungan rumah Vio memang bukan lingkungan yang baik, tetangganya banyak yang suka judi, dan minum minuman keras. Vio semakin bingung, ia tergiur dengan ucapan tetangganya itu. Vio pun akhirnya tidur dan berharap bisa menemukan solusi besok.

Hari ini adalah hari paling sial untuk Pak Fandi, ia dipecat dari pekerjaannya karena tuduhan dari temannya. Pak Fandi dituduh telah menjual barang pabrik secara ilegal. Sesampainya di rumah Pak Fandi mengetahui bahwa Farel belum pulang dari sekolah hingga larut malam dan itu membuatnya semakin marah karena dia belum juga pulang. Tidak lama kemudia Farel pulang
“Assalamualaikum”
“Dari mana aja kamu, pasti main lagi!!!” Jawabnya dengan keras.
“Aku habis kerja kelompok yah”
“Kerja kelompok apa pulang jam segini”
“Ban motorku bocor yah”
“Alasan, dasar anak payah anak gak guna kerjaan cuma main aja” kata Pak Fandi, ia langsung pergi masuk ke kamar.
Mendengar perkataan ayahnya itu, Farel merasa sangat terpukul dan bergegas masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya. Semenjak itu Farel mulai berubah menjadi anak yang pendiam dan perlahan-lahan tidak memiliki teman. Setiap hari ia depresi, dihantui rasa kecewa, menangis setiap malam.

Di sekolah, Farel tidak sengaja berpapasan dengan Vio. Mereka memang cukup dekat waktu kelas sepuluh dulu.
“Eh Rel! kamu kok kelihatannya sedih, memangnya ada apa? Ceritalah!” Kata Vio memulai percakapan.
“Akhir-akhir ini aku seperti orang yang tak punya tujuan hidup. Ayahku selalu punya pandangan buruk kepadaku. Aku gak tau harus gimana, rasanya ingin mati saja.”
“Ya ampun! Kasian sekali kamu. Daripada kamu sedih, ini nih kamu coba, rasanya bener bener enak banget..”
“Kamu gila apa ya, kan itu narkoba!”
“Haduh coba aja, ntar kamu ketagihan.” Bujuk Vio
“Nggak ah”
“Udah ah ini kamu bawa aja, coba aja sendiri kalo gak percaya, ini bisa bikin kamu bahagia.”

Sesampainya di rumah Farel penasaran dengan sabu yang diberi Vio tadi, akhirnya ia coba mengonsumsi nya. Saat Farel mengonsumsinya, tiba-tiba muncul perasaan yang sangat bahagia, ia merasa seperti terbang seperti burung. Hari demi hari, Farel mulai kecanduan, ia terus membeli sabu ke Vio. Akan tetapi, lama kelamaan Farel mulai merasa aneh. Matanya sering merah, jantungnya sering berdebar kencang, dan tidak fokus. Alhasil, nilainya jadi memburuk. Pada malam itu, tiba-tiba polisi menangkap Farel karena tuduhan penggunaan narkoba di bawah umur. Akhirnya ia ditangkap dan dipenjara selama sepuluh tahun. Pak Fandi juga ditangkap polisi dan dipenjara karena ia ketahuan melakukan sebuah penipuan. Kondisi Farel sudah sangat parah ketika ditangkap polisi. Hari demi hari di jeruji besi, kondisinya semakin parah. Beberapa hari kemudian Pak Fandi mendapat kabar bahwa Farel telah meninggal dunia. Pak Fandi sangat merasa terpukul dan menjadi hilang akal. Tak lama setelah kematian Farel, Vio ikut tertangkap akibat kasus pengedaran narkoba yang menyebabkan Farel meninggal.

Farel, Pak Fandi, dan Vio terbangun. Semua peristiwa narkoba tersebut hanyalah mimpi. Mereka pun akhirnya sadar. Pak Fandi mulai memperbaiki pekerjaannya dan hubungannya dengan farel, ia dan Farel lebih sering mengobrol di rumah.
“Ayah pulang..”
“Sini yah aku bawain tasnya. Ayah duduk aja, nanti aku pijetin.” Ucap Farel.
“Terimakasih nak. Gimana sekolahmu tadi?” Tanya Pak Fandi.
“Baik yah. Oh iya aku dapat juara satu lomba essay kemarin.” Cerita Farel sambil memijat pundak ayahnya.
“Oh ya! Hebat banget kamu nak! Ibu pasti bangga sama kamu disana.” Ucap Pak Fandi sambil memeluk Farel.
“Makasih yah.”
Sementara itu, Vio mulai membuka usaha online dengan smartphonenya. Usahanya pun cukup sukses, ia dapat menghasilkan penghasilan yang cukup untuk melunasi SPP nya dan juga sedikit membantu biaya pengobatan ayahnya.
“Bu.. ini aku ada sedikit rezeki dari hasil jualan sepatu onlineku kemarin. Uang ini bisa buat nambah biaya pengobatan bapak.” Ucap Vio.
“Ya ampun nak.. makasih banyak.” Ucap ibu Vio sambil memeluknya.
Farel, Pak Fandi dan Vio sangat bersyukur telah mendapatkan mimpi semalam. Mimpi tersebut bisa membuat mereka terjauh dari hal-hal terlarang dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Bagaimana pembaca? Cerita tersebut menunjukkan amanat dari berbagai sudut pandang. Sebagai orang tua kita harus selalu memberikan perhatian dan pendidikan untuk anak kita serta sering komunikasi kepada mereka. Sebagai anak kita juga harus memahami kondisi orang tua kita, kita harus sering bercerita kepada mereka jika punya masalah, jangan dipendam sendiri. Kita juga harus memilih milih dalam berteman, jangan sampai kita berteman dengan teman menjerumuskan kita ke hal yang berbahaya. Kondisi lingkungan pun penting agar kita tidak terjerumus mengikuti lingkungan yang negatif. Ketika kita kesusahan dalam ekonomi pun jangan menjadikan hal-hal kriminal sebagai alternatif mendapatkan uang. Dan yang terpenting kita harus memiliki iman yang kuat agar tidak mudah tergiur melakukan tindakan berbahaya, untuk kita maupun orang lain, yaitu NARKOBA. Marilah kita senantiasa melakukan hal-hal untuk menjauhi NARKOBA.
Berikut ini beberapa langkah pencegahan dari BNN (Badan Narkotika Nasional) :
Program informasi
Program pendidikan efektif
Program penyediaan pendidikan yang bermakna
Pengenalan diri dan intervensi diri
Program pelatihan ketrampilan psikososial
Untuk informasi lebih lanjut cek websitenya di www.bnn.go.id
SAY NO TO DRUGS!
Diubah oleh radithyam.a 24-03-2020 04:35
myaffandy123Avatar border
monkeydfarlyAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 11 lainnya memberi reputasi
12
571
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan