Sumber gambar : google

Satu biji matahari
Satu cubit bulan
Lautan setetes
Daratan dan sungai segumpal
orang orang berkepala belerang dengan kaki kaki tunggal
Ini sebuah dunia
dunia di dalam kotak korek api

Kubuka perlahan korek api
dunia kecil lucu yang menggemaskan
satu mahluk berkepala belerang kurenggut
Ia meronta hendak lepas
"Kau hanya mahluk lemah. Waktumu sudah tiba"
Ia meronta, menangis, seraya memanggil sanak saudara di dalam dunia kecil itu
Tak kuijinkan ia berlama-lama, kakinya yang kayu sisa penebangan liar kujepit
Aku menyaksikan wajah belerangnya mengutuk penuh amarah
Birahi untuk membunuh melompat, aku selalu menikmati detik-detik ini

Wajah belerangnya kugesek perlahan. Aku tahu perihnya akan lebih terasa dengan cara seperti itu
Percikan api
Asap menyapa
Api membumbung
Si kepala belerang menatapku tajam.
"Mahluk lemah," batinku bangga
senyum selebar purnama

Kretek aku sulut (memang seperti ini kenyataannya, menghidupkan sesuatu harus membunuh sesuatu)

Si kepala belerang berubah arang, mampus ia tiada nafas
Asap menyembul dari mulutku
Asap padam di kepalanya

Dunia kecil itu lalu aku tutup
Bunyinya sungguh indah, tapi lebih merdu saat membuka
karena diiringi teriak keberatan mati dari para kepala belerang saat aku mulai memilih siapa yang harus kugesek

Kumasukan dunia itu kembali ke dalam kantong
Aku beristirahat setelah selesai mengolah tanah yang akan kutanami singkong

Asap kretek murahan kembali mengepul dari mulutku menghantar doa-doa kelak panen semoga melimpah

Kupandangi mega
hitam selebar mata memandang
Aku tertegun

Mungkinkah aku ada di dalam kotak korek api?
ataukah semut semut di tanah itu juga punya kotak korek api sendiri?




M
Atas kloset, 23 Maret 2020